2.2.6. Defisit Anggaran Pemerintah Budget Deficit
Defisit anggaran terkait erat dengan pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah dapat menyebabkan defisit anggaran apabila melakukan kebijakan
fiskal yang ekspansif. Defisit anggaran secara konvensional dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana total belanja pemerintah lebih besar dari pada total
pendapatan termasuk didalamnya adalah hibah Wahyuningtyas, 2010.
2.2.7. Keterbukaan Ekonomi Openness of the Economy
Openness of the economy atau keterbukaan ekonomi merupakan indikator
untuk memperlihatkan seberapa besar tingkat ekspor impor suatu negara. Keterbukaan ekonomi dapat diartiakan pula sebagai volume perdagangan
internasional. Keterbukaan ekonomi dapat dijelaskan dengan penjumlahan nilai ekspor dan impor. Perdagangan internasional memiliki sejumlah argumen yang
mendukung serta menolaknya, dengan beragam alasan yang mendasarinya. Namun argumen yang mendukung ataupun menolak tidak ada yang memiliki
kebenaran yang absolut. Manfaat yang diperoleh suatu negara dengan adanya perdagangan internasional bergantung pada struktur perekonomian negara itu
sendiri Lindert dan Kindleberger, 1986.
2.3. Pengukuran Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi diukur berdasarkan tingkat pertumbuhan pendapatan nasional atau GDP Gross Domestic Product. GDP merupakan
indikator yang penting dalam mengukur kinerja perekonomian suatu negara. GDP adalah jumlah nilai tambah jumlah dari keseluruhan barang dan jasa akhir yang
dihasilkan dari keseluruhan unit usaha ekonomi suatu negara dalam periode waktu tertentu Badan Pusat Statistik, 2010. GDP dapat menggambarkan keseluruhan
aktivitas ekonomi para pelaku ekonomi suatu negara. Kemampuan finansial suatu negara dapat terlihat melalui tingkat GDP. GDP juga dipergunakan oleh investor
asing untuk merencanakan investasinya ke negara lain dengan melihat tingkat GDP negara tujuan
.
GDP digolongkan menjadi dua bagian yaitu GDP nominal dan GDP riil. GDP nominal adalah pengukuran keseluruhan barang dan jasa dengan harga yang
berlaku. Sedangkan GDP riil adalah pengukuran keseluruhan barang dan jasa dengan harga konstan pada tahun dasar. Pengukuran dengan menggunakan GDP
riil lebih mencerminkan kesejahteraan masyarakat dari pada GDP nominal. Hal tersebut dikarenakan GDP riil tidak dipengaruhi faktor inflasi serta kemampuan
masyarakat memenuhi kebutuhannya berdasarkan jumlah barang dan jasa yang diproduksi Mankiw, 2002. GDP nominal dapat digunakan untuk melihat
pergeseran struktur ekonomi, sedangkan GDP riil dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun Badan Pusat Statistik,
2010. Selain GDP, pengukuran pendapatan lain dapat menggunakan produk nasional bruto gross national productGNP dan produk nasional netto net
national productNNP . Perbedaan antara GDP dengan GNP adalah nilai GNP
sebagian diperoleh dari luar negeri Dornbusch dan Fischer 1997. Misalnya, perusahaan Honda yang berproduksi di Indonesia, keuntungan dari bisnis Honda
masuk sebagai GNP Jepang dan tidak masuk sebagai GDP Jepang melainkan masuk dalam GDP Indonesia.
Menurut Badan Pusat Statistik 2010 perhitungan GDP dapat menggunakan tiga pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan
serta pendekatan pengeluaran. Dengan ketiga pendekatan ini, dapat diketahui secara jelas cerminan aktivitas ekonomi suatu negara. Pendekatan produksi
menghitung GDP melalui penjumlahan keseluruhan produksi akhir dari semua unit produksi suatu negara dalam kurun waktu tertentu.
Pendekatan pendapatan menghitung GDP dengan menjumlahkan keseluruhan pendapatan yang diterima faktor produksi sebagai imbalan balas jasa.
Pendapatan tersebut mencangkup nilai gaji, upah, sewa, bunga modal dan keuntungan namun belum termasuk pajak penghasilan serta pajak langsung yang
terkait. Pendekatan pengeluaran menghitung GDP dengan menjumlahkan keseluruhan komponen permintaan. Komponen permintaan tersebut antara lain:
pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba pengeluaran konsumsi pemerintah
pembentukan modal tetap domestik bruto investasi, dan
ekspor neto ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor. Terdapat permasalahan dalam pengukuran GDP yakni adanya kegiatan
ekonomi bawah tanah underground economic. Kegiatan ekonomi bawah tanah terdiri dari : pekerjaan sampingan yang tidak terdaftar, perjudian yang illegal,
bekerja sebagai imigran illegal, perdagangan obat-obatan terlarang, prostitusi illegal, dan lain sebagainya. Ada dua jenis kegiatan ekonomi bawah tanah, yang
pertama adalah kegiatan yang tidak melanggar hukum dengan alasan untuk menghindari pajak, dan yang kedua adalah kegiatan yang benar-benar melanggar
hukum, seperti perdagangan obat-obatan terlarang dan sebagainya Dornbusch dan Fischer, 1997.
2.4. Data Panel