Pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Negara Maju di ASEAN+6
tinggi untuk konsumsi akan semakin memperbesar tingkat GDP Ackley, 1961. Selanjutnya, kenaikan dari GDP dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Pengaruh pengeluaran konsumsi terhadap pertumbuhan ekonomi juga dapat dijelaskan melalui pendekatan model IS-LM. Pengeluaran konsumsi
merupakan konponen dari pengeluaran yang direncanakan dan didasarkan pada tingkat pendapatan. Ketika pendapatan naik, hasrat untuk konsumsi pun juga akan
mengalami kenaikan. Kenaikan dalam konsumsi akan menaikan tingkat pengeluran yang direncanakan perpotongan Keynesian Keynesian cross.
Selanjutnya, dalam kurva IS-LM, kenaikan pengeluaran yang direncanakan akan menggeser kurva IS ke kanan atas. Dampaknya terhadap keseimbangan pasar
adalah naiknya kurva permintaan agregat yang akan menaikkan tingkat pendapatan nasional output. Naiknya tingkat pendapatan direspon pula oleh
kenaikan pertumbuhan ekonomi Mankiw 2002.
4.3.2. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Negara Maju di ASEAN+6
Berdasarkan hasil faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara maju di ASEAN+6, variabel pengeluaran pemerintah memiliki nilai
probabilitas yang lebih kecil dari taraf nyata 10 persen. Nilai probabilitas tersebut sebesar 0,027, yang mengindikasikan bahwa pengeluaran pemerintah signifikan
dalam memengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi. Sedangkan dari nilai koefisien variabel pengeluaran pemerintah, menunjukkan hubungan yang negatif
dengan nilai koefisien sebesar -0,5192803. Arti dari nilai koefien ini adalah ketika pengeluaran pemerintah naik sebesar 10 persen, akan berakibat pada penurunan
pertumbuhan ekonomi negara maju di ASEAN+6 sebesar 5,192803 persen, cateris paribus
. Hasil untuk pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan
ekonomi pada penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang mendasarinya. Dalam model IS-LM, pengeluaran pemerintah bersama-sama dengan pengeluran
konsumsi dan investasi membentuk pengeluaran yang direncanakan Mankiw 2002. Jika terdapat kenaikan dalam pengeluran pemerintah, dampak yang
ditimbulkannya seharusnya menaikkan pertumbuhan ekonomi. Perbedaan yang dihasilkan oleh penelitian ini disebabkan oleh adanya
ketidakproduktifan pengeluran pemerintah di negara maju. Pengeluaran pemerintah yang sangat besar digunkan untuk membiayai proyek-proyek besar
dengan menggunkan sumberdaya yang besar pula. Pemerintah dalam kondisi ini telah mengeluarkan banyak biaya untuk tenaga kerja ataupun untuk belannja
faktor produksi. Hal ini menyebabkan daya beli masyarakat meningkat dan tingkat permintaan akan barang dan jasa meningkat. Kenaikan permintaan tidak
diimbangi dengan kenaikan penawaran karena terdapat time lag antara pengeluaran pemerintah untuk proyek dengan output dari proyek pemerintah. Hal
semacam ini hanya akan menyebabkan kenaikan tingkat harga. Bertujuan untuk meredam tingginya tingkat harga, biasanya bank sentral mengeluarkan kebijakan
menaikkan suku bunga untuk menarik tingkat tabungan. Keadaan ini dapat menyebabkan crowding out dan akan berdampak pada penurunan investasi yang
pada akhirnya akan menurunkan tingkat pendapatan nasional. Penurunan pendapatan dapat menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Selain itu, proyek
pemerintah yang telah berjalan kurang mendapat perawatan dan seringkali terbengkalai.
Banyaknya inefisiensi, pemborosan serta kegagalan intervensi pemerintah, menyebabkan negara maju lebih berorientasi pada sistem pasar bebas.
Perekonomian di negara maju digerakkan oleh pihak swasta dan tidak banyak terjadi distorsi sistem pasar. Perekonomian liberalisme di negara maju dapat
meningkatakan efisiensi dan mempercepat pertumbuhan ekonomi Todaro dan Smith, 2006. Perekonomian pasar bebas di negara maju didukung oleh
masyarakat dengan produktivitas yang tinggi.