memiliki pinjaman pada patron adalah sebesar 62,5 persen, sementara nelayan jaring yang masih memiliki pinjaman dan masih memiliki hutang kepada patron
sebesar 37,5 persen. Dapat disimpulkan bahwa nelayan jaring masih mengandalkan pinjaman kepada patron sebagai strategi sosial mereka.
Pada ragam kedua yaitu kepuasan interaksi dengan patron, diperlihatkan tingkat kepuasan nelayan jaring pada patron yang diukur pada kepuasan nelayan
pada sistem bagi hasil, berbagi informasi mengenai pekerjaan di luar melaut dan interaksi secara umum nelayan dengan patron. Sebesar 87.5 persen nelayan jaring
merasa tidak puas dengan patron, sementara hanya satu orang nelayan jaring yang merasa puas kepada patron.
Berdasarkan ragam ketiga pada Tabel 28 diperoleh bahwa nelayan jaring memiliki kualitas jaringan sosial yang rendah hingga tinggi. Jaringan sosial ini
turut membantu strategi sosial nelayan antara lain dengan meminjam uang kepada tetangga, mengurus surat keterangan tidak mampu kepada RT ataupun membeli
beras raskin. Dari Tabel 28 terlihat bahwa lima dari delapan orang responden
nelayan jaring memiliki kualitas jaringan sosial yang rendah.
6.2.3. Strategi Sosial
Nelayan Budidaya
Strategi sosial yang dilakukan oleh nelayan budidaya dibagi menjadi intensitas meminjam pada patron, yang kemudian akan diukur pula tingkat
kepuasan terhadap patron, serta jaringan sosial yang dimiliki nelayan budidaya. Dari Tabel 29 diperoleh keterangan antara lain pada ragam pertama mayoritas
responden nelayan budidaya memiliki intensitas meminjam yang rendah, intensitas ini diukur berdasarkan frekuensi meminjam pada saat baratan.
Diperoleh hasil bahwa nelayan budidaya yang tidak memiliki pinjaman pada patron sebesar 84,6 persen intensitas meminjam rendah sementara dua orang
nelayan budidaya masih memiliki pinjaman dan masih memiliki hutang pada patron intensitas meminjam tinggi. Sebaran rumahtangga nelayan budidaya yang
melakukan strategi sosial terlihat dalam Tabel 29.
Tabel 29. Sebaran Rumahtangga Nelayan Budidaya dalam Ragam Intensitas Meminjam pada Patron, Kepuasan pada Patron dan Jaringan Sosial di
Kampung Bambu dalam Angka Absolut dan Persen, Kampung Bambu, 2010
Skor Frekuensi
Persentase
Pinjaman Pada Saat Tidak Melaut
Rendah 5-12 11
84,6 Tinggi 13-20
2 15,4
Total 13
100,0
Interaksi dengan Patron
Tidak Puas 5-12 12
92,3 Puas 13-20
1 7,7
Total 13
100,0
Jaringan Sosial
Rendah 10-25 1
7,7 Tinggi 26-40
12 92,3
Total 13
100,0
Sumber: data primer diolah
Dari Tabel 29 terhat bahwa nelayan budidaya tidak terlalu mengandalkan pinjaman kepada bos sebagai strategi sosial mereka. Karena bos nelayan budidaya
juga memiliki probabilitas ‘gagal panen’ yang sama dengan nelayan budidaya biasa, seperti yang dikemukakan RST 41 seorang nelayan budidaya:
“harga kijing tergantung pasang surut di muara baru. kalo harganya murah jadinya dia bos nggak bisa
ngemodalin, karena dia juga rugi ”
Sementara pada ragam kedua diperlihatkan tingkat kepuasan nelayan budidaya pada patron. Sebesar 92,3 persen responden nelayan budidaya merasa
tidak puas dengan patron, sementara hanya satu orang yang merasa puas. Sementara berdasarkan ragam ketiga pada tabel, diperoleh data bahwa mayoritas
responden nelayan budidaya memiliki kualitas jaringan sosial yang tinggi.
6.2.4. Strategi Sosial Nelayan Sero