Strategi Sosial dan Strategi Ekonomi Nelayan Berdasarkan Kepemilikan Alat Tangkap

Tabel 40. Sebaran Rumahtangga Kuli Nelayan dalam Ragam Diversifikasi Kerja Rumahtangga, Pola Nafkah Ganda, Mobilitas Kerja, Berhutang, Kegiatan Ilegal dan Strategi Lainnya di Kampung Bambu dalam Angka Absolut dan Persen, Kampung Bambu, 2010 Skor Frekuensi Persentase Diversifikasi Kerja Rumahtangga Tidak Ada 1 0,0 Ada 2 5 100,0 Total 5 100,0 Pola Nafkah Ganda Tidak Ada 1 3 60,0 Ada 2 2 40,0 Total 5 100,0 Mobilitas Kerja Tidak Ada 1 5 100,0 Ada 2 0,0 Total 5 100,0 Berhutang Tidak 1 0,0 Ya 2 5 100,0 Total 5 100,0 Kegiatan Ilegal Tidak 1 5 100,0 Ya 2 0,0 Total 5 100,0 Strategi Lainnya Tidak Ada 1 1 20,0 Ada 2 4 80,0 Total 5 100,0 Sumber: data primer diolah

6.4. Strategi Sosial dan Strategi Ekonomi Nelayan Berdasarkan Kepemilikan Alat Tangkap

Dalam rangka memperpanjang distribusi pendapatannya, nelayan melakukan strategi sosial serta strategi ekonomi sebagai bentuk strategi bertahan hidup survival strategy. Telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya mengenai sebaran masing-masing rumahtangga nelayan dengan alat tangkap yang berbeda, strategi sosial yang dilakukan nelayan antara lain adalah ketergantungan pada patron dan pemanfaatan jaringan sosial sementara strategi ekonomi nelayan antara lain diversifikasi kerja rumahtangga, pola nafkah ganda, mobilitas kerja, berhutang, kegiatan illegal serta strategi lainnya. Dalam subbab ini akan dibandingkan secara keseluruhan strategi sosial dan strategi ekonomi yang dilakukan nelayan berdasarkan kepemilikan alat tangkap, sehingga akan terlihat persentase nelayan dengan alat tangkap yang melakukan strategi-strategi tersebut yang kemudian dapat dianalisis strategi apa saja yang dominan dilakukan oleh responden nelayan di daerah penelitian. Secara keseluruhan, strategi sosial nelayan dapat terlihat dari Tabel 41. Tabel. 41 Strategi Sosial Nelayan Berdasarkan Kepemilikan Alat Tangkap, Kampung Bambu, 2010 Nelayan Strategi Sosial Ketergantungan Pada Patron Pemanfaatan Jaringan Sosial Rendah Tinggi Rendah Tinggi Bagang 13 76,47 4 23,53 8 47,05 9 52,95 Sero 2 66,66 1 33,34 2 66,66 1 33,34 Tembak 2 100,0 0 0,0 1 50,0 1 50,0 Jaring 5 62,5 3 37,5 5 62,5 3 37,5 Budidaya 11 84,62 2 15,38 1 7,70 12 92,30 Bagang-Budidaya 13 76,47 4 23,53 7 41,18 10 58,82 Kuli Nelayan 3 60,0 2 40,0 2 40,0 3 60,0 Total 49 75,38 16 24,62 26 40,0 39 60,0 Sumber: data primer diolah Pada Tabel 41 terlihat secara keseluruhan, sebesar 24.62 persen responden memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi pada patron, sementara 75,38 persen memiliki ketergantungan yang rendah pada patron. Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang memiliki ketergantungan pada patron yang rendah, terlihat dari rendahnya pinjaman pada patron pada saat melaut. Meskipun demikian, apabila dilihat secara satu per satu berdasarkan kepemilikan alat tangkap nelayan, terlihat bahwa nelayan tembak dan budidaya memiliki tingkat ketergantungan pada patron yang paling rendah dibandingkan nelayan dengan alat tangkap lainnya. Ketergantungan yang rendah ini disebabkan patron nelayan budidaya berbeda dengan patron nelayan alat tangkap lain, lebih jauh akan dijelaskan pada subbab 6.5.2, sementara nelayan tembak lebih memilih untuk tidak bergantung pada patron yang sama, sehingga intensitas meminjam nelayan tembak pada patron cenderung rendah. Secara teoritis, meminjam pada patron merupakan bentuk strategi bertahan hidup nelayan, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa meminjam kepada nelayan hanya dipilih oleh 16 responden dari keseluruhan responden sebagai srategi bertahan hidup. Sementara itu strategi pemanfaatan jaringan sosial dilakukan oleh 60 persen responden penelitian sebagai strategi bertahan hidup. Terlihat dari Tabel 41 bahwa sebanyak 39 responden memiliki jaringan sosial yang tinggi yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Terlihat pula bahwa responden nelayan budidaya memiliki tingkat pemanfaatan jaringan sosial yang tinggi diantara nelayan dengan alat tangkap lainnya. Hal ini disebabkan nelayan budidaya tidak mampu mengandalkan patron mereka untuk meminjam uang sebagai strategi bertahan hidup, sehingga jaringan sosial yang mereka miliki dimanfaatkan secara sebaik-baiknya agar mampu memperpanjang distribusi pendapatan rumahtangga. Secara umum dapat disimpulkan bahwa strategi sosial yang dominan dilakukan oleh nelayan adalah strategi pemanfaatan jaringan sosial. Rendahnya tingkat ketergantungan pada patron turut disebabkan oleh tingkat kepuasan pada patron yang rendah. Tingkat kepuasan patron ini dilihat dari kepuasan pada sistem bagi hasil, berbagi informasi mengenai pekerjaan di luar melaut dan interaksi secara umum nelayan dengan patron. Pada Tabel 42 terlihat sebesar 66,15 persen responden nelayan melakukan strategi ekonomi berupa diversifikasi kerja. Strategi ini dominan dilakukan oleh nelayan budidaya, terlihat pada Tabel 42 bahwa seluruh rumahtangga responden nelayan budidaya melakukan diversifikasi kerja, hal ini berarti rumahtangga nelayan budidaya memanfaatkan seluruh anggota keluarga untuk melakukan diversifikasi kerja, karena nelayan budidaya cenderung mengalami probabilitas gagal yang lebih besar dibandingkan nelayan lain pada usaha produksi. Diversifikasi kerja ini dimaksudkan untuk menutupi kekurangan penghasilan kepala keluarga serta memperpanjang distribusi pendapatan. Diversifikasi kerja juga dilakukan oleh seluruh rumahtangga responden kuli nelayan. Kuli nelayan yang memiliki pekerjaan yang lebih tidak menentu hasilnya dibandingkan nelayan biasa, memanfaatkan seluruh anggota keluarganya untuk melakukan diversifikasi kerja. Hal yang berlawanan terlihat pada rumahtangga responden nelayan jaring yang tidak satupun melakukan diversifikasi kerja. Nelayan jaring cenderung melakukan strategi berhutang untuk memperpanjang distribusi pendapatan mereka. Tabel 42. Strategi Ekonomi Nelayan Berupa Diversifikasi Kerja Rumahtangga, Pola Nafkah Ganda, dan Mobilitas Kerja Berdasarkan Kepemilikan Alat Tangkap, Kampung Bambu, 2010 Nelayan Strategi Ekonomi Diversifikasi Kerja Pola Nafkah Ganda Mobilitas Kerja Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada Bagang 8 47,05 9 52,95 14 82,32 3 17,68 17 100,0 0,0 Sero 0,0 3 100,0 2 66,66 1 33,34 3 100,0 0,0 Tembak 1 50,0 1 50,0 1 50,0 1 50,0 2 100,0 0,0 Jaring 8 100,0 0,0 5 62,5 3 37,5 8 100,0 0,0 Budidaya 0,0 13 100,0 11 84,62 2 15,38 13 100,0 0,0 Bagang ‐budidaya 5 29,42 12 70,58 15 88,23 2 11,77 17 100,0 0,0 Kuli nelayan 0,0 5 100,0 3 60,0 2 40,0 5 100,0 0,0 Total 22 33,85 43 66,15 51 78,46 14 21,54 65 100,0 0,0 Sumber: data primer diolah Sementara pada strategi ekonomi pola nafkah ganda, terlihat bahwa seluruh responden nelayan 78,6 persen cenderung tidak melakukannya. Hal ini disebabkan oleh nelayan lebih memilih untuk mengandalkan satu jenis pekerjaan yang mereka kuasai daripada menyambi dengan pekerjaan lain yang mereka tidak terlalu paham bidangnya. Nelayan juga mengaku bahwa mereka tidak punya ‘waktu’ untuk bekerja selain di laut, apabila ada waktu kosong mereka akan memilih untuk memeriksa peralatan tangkap atau perahu untuk melaut. Strategi ekonomi berupa mobilitas kerja perpindahan kerja saat musim barat juga tidak dilakukan oleh satu responden pun, walaupun secara teoritis strategi mobilitas kerja merupakan salah satu strategi ekonomi. Hal ini disebabkan oleh nelayan yang memilih menganggur pada musim baratan, mereka menganggap pekerjaan lain selain dari nelayan memerlukan keterampilan yang tidak mereka miliki, selain itu nelayan juga beranggapan bahwa pekerjaan nelayan merupakan jalan hidup yang mereka pilih secara turun menurun, mereka juga beranggapan bahwa pekerjaan sebagai nelayan membuat mereka merasa ‘merdeka’ tanpa jam kerja ataupun perintah dari atasan, seperti diungkapkan oleh THG 47 seorang nelayan bagang , “Saya udah turun ke laut dari jaman saya bisa inget dari kecil, red., dulu bapak saya dan kakek saya sudah jadi nelayan, dan itu satu-satunya pekerjaan yang paling saya kuasai. Kalau udah nggak ke laut lagi, ya saya nggak tahu mau hidup dari apa, pekerjaan ini udah jadi andalan saya dan keluarga selama bertahun-tahun. Kalau mau nyoba pekerjaan yang lain repot, nggak ada ilmunya tidak ada dasar pendidikan, red. Lagipula menjadi nelayan itu bebas, nggak seperti karyawan yang ada jam kerjanya. ” Strategi ekonomi lainnya antara lain adalah berhutang kepada sumber selain patron, strategi ini banyak dilakukan oleh nelayan bagang, nelayan budidaya, nelayan bagang-budidaya serta kuli nelayan. Sementara itu hampir tidak ada responden nelayan yang melakukan kegiatan ilegal sebagai strategi ekonomi mereka 93.85 persen dan hanya empat orang responden nelayan dari keseluruhan yang mengaku pernah melakukan kegiatan illegal. Terlihat pada Tabel 43 bahwa sebanyak 43 rumahtangga responden nelayan 66.15 persen melakukan strategi lain untuk bertahan hidup sebagai strategi ekonomi mereka. Strategi ini dominan dilakukan oleh seluruh responden nelayan kecuali nelayan jaring. Responden nelayan jaring lebih memilih untuk berhutang kepada sumber lain selain patron sebagai strategi ekonomi mereka. Sementara bentuk strategi lain yang dilakukan nelayan antara lain adalah menggadaikan atau menjual barang-barang yang mereka miliki untuk menutupi kekurangan selama masa baratan ataupun masa-masa normal. Tabel 43. Strategi Ekonomi Nelayan Berupa Berhutang, Kegiatan Ilegal, dan Strategi Lainnya Berdasarkan Kepemilikan Alat Tangkap, Kampung Bambu, 2010 Nelayan Strategi Ekonomi Berhutang Kegiatan Ilegal Strategi Lainnya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ada Ada Bagang 7 41,18 10 58,82 16 94,12 1 5,88 8 47,05 9 52,95 Sero 1 33,34 2 66,66 3 100,0 0,0 0,0 3 100,0 Tembak 2 100,0 0,0 2 100,0 0,0 1 50,0 1 50,0 Jaring 2 25,0 6 75,0 7 87,5 1 12,5 5 62,5 3 37,5 Budidaya 4 30,77 9 69,23 12 92,31 1 7,69 0,0 13 100,0 Bagang ‐budidaya 4 23,53 9 69,23 12 92,31 1 7,69 0,0 13 100,0 Kuli nelayan 0,0 5 100,0 5 100,0 0,0 1 20,0 4 80,0 Total 20 30,77 45 69,23 61 93,85 4 6,15 22 33,85 43 66,15 Sumber: data primer diolah

6.5. Bentuk Strategi Bertahan Hidup Nelayan Berdasarkan