Strategi Hidup Masyarakat Nelayan

2.7. Mobilitas Sosial

Mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain. Mobilitas horizontal merupakan peralihan individu atau obyek-obyek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang dalam mobilitas sosialnya, sementara mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan individu atau objek-objek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, mobilitas sosial vertikal dapat dibagi menjadi dua, mobilitas vertikal ke atas social climbing dan mobilitas sosial vertikal ke bawah social sinking. Sumber mata pencaharian nelayan yang berubah akibat adanya pencemaran merupakan indikator masyarakat nelayan melakukan mobilitas sosial vertikal atau horizontal.

2.8. Strategi Hidup Masyarakat Nelayan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1999, strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Strategi adalah suatu tindakan yang digunakan untuk mengatasi masalah dengan cara menetapkan pilihan dari beberapa alternatif tindakan yang tersedia Ependi, 2004. Masyarakat nelayan dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidupnya melakukan berbagai bentuk strategi. Menurut Crow 1989 dalam Dharmawan 2001, pengertian dari strategi adalah seperangkat pilihan diantara berbagai alternatif yang ada. Konsep strategi ini merupakan bagian dari teori pilihan rasional dengan memperlhatikan unsur untung rugi yang akan diperoleh. Crow 1989 dalam Dharmawan 2001 menyebutan terdapat beberapa aspek strategi yaitu: 1 Adanya pilihan sehingga dapat memilih diantara beberapa alternatif yang ada, 2 Adanya kemampuan untuk melatih kekuatan karena seseorang yang memiliki lebih banyak kontrol akan lebih memiliki kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, 3 Pemilihan strategi yang baik dapat mengeliminir ketidakpastian, 4 Strategi merupakan respon terhadap tekanan karena situasi ekonomi. Semakin kompleks tekanan yang dihadapi, strategi yang disusun semakin terperinci, 5 Adanya sumberdaya dan pengetahuan untuk menyusun dan melakukan beragam strategi, 6 Strategi biasanya merupakan keluaran dari konflik dan proses yang terjadi dalam rumahtangga. Dalam penerapan suatu strategi, rumahtangga nelayan memanfaatkan berbagai sumberdaya yang dimilikinya. Scoones 1998 menyebutkan bahwa terdapat berbagai strategi yang dapat dimanfaatkan masyarakat dalam upaya untuk dapat bertahan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya yang dimilikinya yaitu: a. Rekayasa sumberdaya nafkah yang dilakukan dengan memanfaatkan sektor produksi secara lebih efektif dan efisien, baik melalui penambahan input eksternal berupa tenaga kerja atau teknologi ekstensifikasi maupun dengan memperluas lahan produksi intensifikasi, b. Pola nafkah ganda yang dilakukan dengan menerapkan keanekaragaman pola nafkah dengan cara mencari pekerjaan lain selain pertanian untuk menambah pendapatan diversifikasi pekerjaan, c. Rekayasa spasial merupakan usaha yang dilakukan dengan cara melakukan mobilisasi baik secara permanen maupun secara sirkuler. Selain strategi di bidang ekonomi produksi, rumahtangga nelayan juga menerapkan strategi non-produksi yang melibatkan nilai-nilai tradisional yaitu strategi berbasiskan modal sosial. Menurut Dharmawan 2002, dalam konsep modal sosial terdapat tiga esensi atau pilar penting yang mendukung stok modal sosial yaitu kepercayaan trust yang dibangun melalui kepercayaan antar individu dalam jangka waktu yang lama dan melalui proses sosial yang rumit, jaringan sosial social networking, dan norma-norma sosial shared norms. Stok modal sosial inilah yang dapat membantu nelayan untuk menghadapi tekanan dengan mendorong terjadinya kerjasama dalam hubungan antara anggota komunitas. Dharmawan 2001 dalam Lestari 2005 menyebutkan terdapat dua macam strategi yang dikembangkan oleh rumahtangga peasant terkait dengan fase-fase kehidupannya, yaitu strategi yang dikembangkan saat kehidupan berada dalam keadaan normal dan strategi yang dikembangkan saat kehidupan berada dalam keadaan krisis. Secara khusus strategi nafkah rumahtangga miskin dapat dikelompokkan pada dua macam strategi, yaitu strategi ekonomi dan strategi sosial. Strategi ekonomi merupakan strategi yang didasarkan pada penggunaan struktur alokasi tenaga kerja dalam rumahtangga, sedangkan strategi sosial merupakan strategi yang didasarkan pada penggunaan lembaga tradisional dan jejaring sosial yang ada di sekitar rumahtangga miskin Widodo, 2009. Menurut Dharmawan 1993, terdapat tiga tahapan capaian status nafkah yang dijalankan oleh rumahtangga petani berdasarkan lapisan sosialnya, yaitu: 1 Strategi keamanan dan stabilitas srategi bertahan hidup adalah strategi minimal yang dilakukan seseorang untuk mempertahankan hidup. Strategi ini dilakukan dengan berbagai cara oleh berbagai lapisan atas, menengah, bawah untuk dapat bertahan hidup. Artinya semua hasil yang diperoleh digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal kebutuhan subsisten pangan. 2 Strategi konsolidasi adalah strategi yang berisi aksi-aksi tindakan seseorang yang telah melewati tingkat keamanan dari sekedar bertahan hidup. Strategi ini digunakan sebagai langkah untuk memantapkan posisi rumahtangga secara lebih aman dalam jaminan nafkah bila dibandingkan dengan pemenuhan kebutuhan subsisten. Strategi konsolidasi dilakukan dengan memiliki pekerjaan sampingan terutama pada bidang non- pertanian untuk menghasilkan pendapatan tambahan. 3 Strategi akumulasi yaitu tindakan yang diterapkan oleh seseorang yang telah melewati dua tahap dibawahnya. Strategi ini biasanya diterapkan oleh seseorang yang telah melewati dua tahap dibawahnya. Strategi akumulasi merupakan bentuk strategi yang dijalankan dengan mengumpulkan berbagai asetkekayaan untuk tujuan tertentu misalnya memberi jaminan hidup generasi berikutnya. Komunitas nelayan Kampung Bambu sebagai responden penelitian tergolong dalam nelayan miskin yang hanya mampu mengusahakan perpanjangan distribusi pendapatan untuk memenuhi kebutuhan subsisten, sehngga masyarakat nelayan dalam komunitas tersebut cenderung hanya mampu melakukan strategi keamanan dan stabilitas bertahan hidup. Hidayati 2000 mengemukakan bahwa disamping melakukan kegiatan yang dapat merusak SDL, masyarakat pesisir mengupayakan berbagai strategi untuk dapat bertahan hidup. Strategi bertahan hidup masyarakat pesisir antara lain: 1 Meminjam bantuan pada ‘bos’ 2 Mobilitas dan diversifikasi kerja dalam rumahtangga 3 Strategi lainnya: berhutang, menjual dan menggadaikan barang

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Pencemaran pesisir merupakan dampak negatif dari zat atau energi yang masuk baik secara langsung maupun tidak langsung pada lingkungan laut, yang berakibat pada turunnya kualitas degradasi lingkungan dan masyarakat yang hidup dari lingkungan tersebut. Masyarakat nelayan menghadapi sumberdaya laut yang bersifat open access, sehingga laut berpotensi menampung aneka rupa sampah dan racun tanpa mampu dibendung dan diprediksi sebelumnya. Pencemaran pesisir menyebabkan degradasi lingkungan dan kualitas kehidupan masyarakat nelayan. Dampak dari pencemaran pesisir dapat dibagi menjadi dampak ekologis atau lingkungan, dampak sosial yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat, serta dampak ekonomi yang berkaitan dengan mata pencaharian nelayan. Nelayan yang hidup di daerah pesisir diasumsikan melakukan strategi untuk bertahan hidup, diantaranya adalah 1 sistem patron- klien, 2 mobilitas kerja, dan 3 diversifikasi kerja Hidayati, 2000. Strategi bertahan hidup inilah yang diasumsikan akan menyebabkan mobilitas sosial masyarakat nelayan setelah terjadi pencemaran pesisir. Penelitian ini juga akan menganalisis karakteristik yang berhubungan dengan strategi bertahan hidup masyarakat nelayan. Gambar 1 menjelaskan tentang alur berpikir penelitian ini, diasumsikan bahwa karakteristik nelayan berupa usia, tingkat pendidikan dan besar keluarga memiliki hubungan dengan strategi bertahan hidup nelayan. Sementara pencemaran pesisir diasumsikan menyebabkan nelayan melakukan strategi bertahan hidup, yang kemudian diasumsikan membuat nelayan melakukan mobilitas sosial dan turut merubah stratifikasi sosial nelayan sebelum dan sesudah terjadi pencemaran.