Dampak Pencemaran Teluk Jakarta Terhadap Masyarakat Nelayan

BAB VI ANALISIS STRATEGI BERTAHAN HIDUP NELAYAN

6.1. Dampak Pencemaran Teluk Jakarta Terhadap Masyarakat Nelayan

Kampung Bambu Mata pencaharian masyarakat daerah pesisir terutama nelayan berkaitan dengan sumberdaya alam di sekitarnya. Pekerjaan di laut sangat dipengaruhi musim, sehingga pendapatan masyarakat pesisir khususnya nelayan berfluktuasi berdasarkan musim iklim dan harga ikan. Musim timur merupakan musim ikan dimana hasil tangkapan basanya melimpah, sebaliknya musim barat merupakan musim panceklik bagi nelayan karena angin barat yang bertiup kencang seringkali menimbulkan ombak besar dan badai sehingga banyak nelayan yang tidak dapat melaut. Fluktuasi ini menimbulkan ketimpangan distribusi pendapatan sepanjang tahun. Selain terhadap fluktuasi musim, pencemaran limbah merupakan faktor lain yang membuat distribusi pendapatan nelayan di daerah pesisir semakin minim dan kemiskinan nelayan semakin bertambah dibandingkan dengan masa sebelum adanya pencemaran oleh limbah industri khususnya. Mata pencaharian penduduk pesisir berkaitan erat dengan sumberdaya alam di sekitarnya yang dipengaruhi oleh ekosistem pesisir dan laut. Kesejahteraan secara ekonomi masyarakat pesisir sangat bergantung pada sumberdaya perikanan baik perikanan tangkap di laut maupun budidaya, yang hingga saat ini masih bersifat akses terbuka open access, sehingga kondisi lingkungan wilayah pesisir dan laut menentukan keberlanjutan kondisi sosial ekonomi mereka. Pencemaran yang terjadi di Teluk Jakarta sangat mempengaruhi pendapatan dari hasil melaut secara signifikan. Berdasarkan diskusi kelompok terarah yang dilakukan bersama warga nelayan di Kampung Bambu diperoleh informasi bahwa salah satu akibat dari pencemaran yang terjadi di Teluk Jakarta antara lain mempengaruhi munculnya tengkulak atau pedagang bos yang membuat penghasilan mereka berkurang sekitar 25-30 persen dibandingkan sebelum ada pencemaran. Hal ini seperti diungkapkan oleh JLM 38 salah seorang nelayan bagang, “kalau dulu belum ada tengkulak, kita bisa langsung tawar-menawar sama pembeli. Seratus persen hasilnya masuk ke kantong kita. Berbeda dengan sekarang. Hasil nangkep di laut udah makin sedikit, masih ditambah dengan potongan buat tengkulak ” Meskipun demikian ketergantungan nelayan dengan pedagang atau bos tidak bisa dilepaskan. Idealnya, sistem patron-klien seperti yang terjadi pada nelayan dan pedagang bertujuan untuk memperoleh jaminan sosial ekonomi bagi kedua belah pihak secara proporsional. Akan tetapi pada kenyataannya, keuntungan yang sebesar-besarnya hanya didapatkan oleh patron, dalam kasus ini pedagang atau pemilik kapal dan ternak. Ketergantungan pada patron oleh masyarakat pesisir khususnya nelayan sangat besar.

6.2. Strategi Sosial