2.5 Keterkaitan Kepiting Dengan Ekosistem Mangrove
Ekosistem mangrove menyediakan habitat yang unik dan luas untuk berbagai macam fauna Shahidul Wahab 2005. Kelimpahan kepiting Scylla
serrata yang merupakan top predator bentik dapat digunakan sebagai indikator ekologi dimana mangrove sebagai habitat Mark et al. 2007. Selain itu, kepiting
bakau S. serrata dapat menjadi spesies yang ideal untuk pengukuran biomarker pada spesies di daerah tropik Oosterom et al. 2010. Kepiting jenis Portunidae
seperti Scylla serrata yang hidup di area mangrove dapat menggali lubang hingga 5 m ke luar dari sisi tebing sungai masuk ke mangrove. Fungsi lubang bagi
kepiting bervariasi, bergantung pada spesiesnya, yaitu sebagai tempat menghindar dari predator, tempat menampung air, sebagai rumah atau territorial dalam
berpasangan dan kawin, serta tempat pertahanan.
Kepiting bakau bisa juga digunakan sebagai bioindikator dari kualitas habitat mangrove, seperti karakteristik dan organisme yang penting secara ekologi
pada lingkungan mangrove Amaral et al. 2009. Menurut Wolff et al. 2000 in Arifin 2006 bahwa melalui serasah, mangrove menyumbangkan sumber
makanan primer kedalam sistem yang dikonsumsi secara langsung oleh herbivor, diuraikan oleh bakteri dan oleh hewan pemakan detritus Uca spp, Herbivor
seperti Uca spp merupakan pakan alami bagi kepiting bakau. Berdasarkan penelitian Walton et al. 2007 in Bosire et al. 2008 bahwa mangrove jenis
Rhizopora spp yang ditanami kembali dan setelah berumur 16 tahun dapat mendukung kepadatan kepiting bakau S. olivacea setara dengan habitat
mangrove alami.
2.6 Pengelolaan Ekosistem Mangrove
Tanaman mangrove mempunyai fungsi yang sangat penting secara ekologi dan ekonomi, baik untuk masyarakat lokal, regional, nasional maupun global.
Dengan demikian, keberadaan sumber daya mangrove perlu diatur dan ditata pemanfaatannya secara bertanggung jawab sehingga kelestariannya dapat
dipertahankan.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
Pengelolaan mangrove di Indonesia didasarkan atas tiga tahapan isu-isu utama. Isu-isu tersebut adalah : isu ekologi dan sosial ekonomi, kelembagaan dan
perangkat hukum, serta strategi dan pelaksanaan rencana. Dalam kerangka pengelolaan dan pelestarian mangrove, terdapat dua konsep utama yang dapat
diterapkan. Kedua konsep tersebut pada dasarnya memberikan legitimasi dan pengertian bahwa mangrove sangat memerlukan pengelolaan dan perlindungan
agar dapat tetap lestari. Kedua konsep tersebut adalah perlindungan mangrove dan rehabilitasi mangrove Bengen 2000. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam
rangka perlindungan terhadap keberadaan ekosistem mangrove adalah dengan menunjuk suatu kawasan mangrove untuk dijadikan kawasan konservasi, dan
sebagai bentuk sabuk hijau di sepanjang pantai dan tepi sungai.
Keberhasilan dalam pengelolaan konservasi mangrove akan memungkinkan peningkatan penghasilan masyarakat pesisir khususnya para nelayan dan petani
tambak karena kehadiran ekosistem mangrove ini merupakan salah satu faktor penentu pada kelimpahan kepiting atau berbagai biota lainnya. Mengingat
banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dengan keberadaan ekosistem mangrove, dengan ini masyarakat, khususnya masyarakat pesisir harus turut
diberdayakan dalam usaha pelestarian maupun konservasi ekosistem mangrove, baik dengan memberikan peningkatan pengetahuan masyarakat akan pentingnya
ekosistem mangrove, maupun dengan turut memberdayakan masyarakat dalam usaha konservasi ekosistem mangrove tersebut.
Menurut Iftekhar 2004 strategi pengelolaan ekosistem berkelanjutan sekarang telah memakai Sustained Yield Principle. Konservasi biodiversitas dan
peningkatannya merupakan tujuan utama dari pengelolaan. Sistem zonasi dikembangkan untuk tujuan produksi dan perlindungan. Pengelolaan mangrove
bukan hanya untuk stabilitas daratan dari dampak erosi, tapi juga memberikan kontribusi terhadap lingkungan serta sosial ekonomi pada komunitas pesisir.
Pengelolaan ekosistem mangrove termasuk didalamnya silvikultur, aquakultur atau jasa ekosistem seperti perlindungan pesisir. Pengelolaan silvikultur pada
mangrove umumnya untuk bentos, termasuk invertebrata bentos yang mungkin mempengaruhi tegakan dan pertumbuhan pohon, dan komposisi komunitas
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
invertebrata bentos mungkin bisa dijadikan salah satu indikator pada ekosistem mangrove Ellison 2008.
Menurut Dahuri et al. 2001 konservasi ekosistem dan sumberdaya didalamnya dapat dicapai dengan mencegah terjadinya perubahan-perubahan yang
nyata terhadap faktor-faktor pembatas seperti sirkulasi air, salinitas dan aspek fisika-kimia, dan sangat banyak hal yang dapat mengubah faktor-faktor tersebut.
Karenanya konservasi dan pemanfaatan mangrove bergantung sepenuhnya pada perencanaan yang terintegrasi dengan mempertimbangkan kebutuhan ekosistem
mangrove. Adapun beberapa strategi pengelolaan kawasan ekosistem mangrove adalah membuat peraturan perundang-undangan mengenai penebangan liar serta
eksploitasi sumberdaya yang ada mengakibatkan kerusakan hutan mangrove yang akan berdampak pada kehidupan masyarakat, memberikan pendidikan
lingkungan, pemahaman arti pentingnya lingkungan dan sosialisasi peraturan perundangan diharapkan masyarakat akan dapat mengelola hutan mangrove
secara bijaksana, pengembangan usaha ekowisata, pengelolaan ekosistem mangrove secara berkelanjutan. Pemanfaatan mangrove harus dilakukan secara
optimal agar tidak terjadi degradasi yang dapat menyebabkan berkurangnya hasil tangkapan.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
3 METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu