faktor pengungkit dimensi sosial yang sangat berpengaruh terhadap atribut lain adalah kemampuan teknologi masyarakat dalam pemanfaatan kepiting bakau,
potensi konflik budidaya silvofishery dengan pemanfaatan lain, penerimaan masyarakat pada usaha budidaya silvofishery serta potensi pemanfaatan tenaga
kerja.
5.8.4. Stasus Keberlanjutan Dimensi Kelembagaan
Status keberlanjutan pada dimensi kelembagaan adalah kurang berkelanjutan. Atribut yang memiliki peran dalam dimensi ini terdiri dari empat
atribut, yang terdiri dari 1 keberadaan aturan adat, 2 Keberadaan lembaga masyarakat, 3 aturan mengenai pengelolaan ekosistem mangrove, dan 4
peraturan mengenai perdagangan kepiting bakau Gambar 16.
Gambar 16 Peran masing-masing atribut dimensi kelembagaan pada keberlanjutan pengelolaan kepiting bakau.
Atribut yang memiliki pengaruh yang cukup sensitif terhadap dimensi ini terdiri dari dua atribut yaitu keberadaan lembaga masyarakat dan aturan mengenai
pengelolaan ekosistem mangrove. Keberadaan lembaga masyarakat dalam pengelolaan ekosistem mangrove secara tidak langsung memberikan pengaruh
yang cukup besar. Hal ini terjadi mengingat bahwa ekosistem mangrove merupakan habitat bagi kepiting bakau, jika habitat dari biota ini terjaga maka
sumberdaya kepiting bakau dapat terus dimanfaatkan secara optimal. Untuk
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
mendukung lembaga masyarakat ini agar terus berjalan maka diperlukan dukungan dari pemerintah setempat dengan cara memberikan bantuan serta
pelatihan agar masyarakat mampu menjaga dan melestarikan ekosistem mangrove sekaligus menjaga biota yang hidup pada ekosistem tersebut khususnya kepiting
bakau. Selain itu, penerapan peraturan mengenai pemanfaatan kepiting bakau dapat membantu dalam menjaga kelesatrian agar tidak terjadi eksploitasi berlebih
terhadap sumberdaya kepiting bakau.
Di Taman Nasional Kutai, atribut yang paling berpengaruh dalam dimensi kelembagaan dalam pengelolaan kepiting bakau adalah adanya zonasi di kawasan
mangrove serta otoritas lembaga pengelolan TNK, hal ini perlu dilakukan agar tidak terjadi perusakan serta dapat meningkatkan ketegasan lembaga pengelolaan
dalam menidak pelanggaran yang terjadi dikawasan tersebut, baik yang dilakukan oleh perorangan maupun oleh perusahaan di sekitar kawasan Wijaya 2011.
5.9 Strategi Pengelolaan Sumberdaya Kepiting Bakau Scylla olivacea di Kecamatan Sinjai Timur