Desa Tongke-Tongke Management of mud crab (Scylla olivacea) at mangrove ecosystem in coastal subdistrict East Sinjai, Sinjai Regency, South Sulawesi.

b. Desa Tongke-Tongke

Mangrove di kawasan ini juga merupakan hasil penanaman yang dilakukan atas swadaya masyarakat yang dimulai sejak tahun1980-an. Kegiatan penanaman ini dilakukan karena memberikan manfaat, diantaranya adalah pemukiman terbebas dari genangan air pasang dan gempuran ombak, terbukti saat badai tsunami terjadi di Flores pada tahun 1991 maka beberapa daerah pesisir yang ditumbuhi mangrove tidak mengalami kerusakan, dan terbebas dari pengikisan pantai. Selain itu, dibawah tanaman hutan mangrove terdapat nener dan kepiting yang dapat dengan mudah ditangkap oleh warga masyarakat. Jenis mangrove yang terdapat pada kawasan ini juga tergolong monospesies yakni jenis Rhizopora mucronata. Di daerah ini jarang sekali dilakukan penjarangan tanaman sehingga pohon yang tumbuh cenderung memiliki diameter pohon yang kecil karena dekatnya jarak tanam. Pada lokasi ini kerapatan mangrove sangat padat, berkisar antara 4.925-7.500 pohonha dengan kisaran diameter antara 6,51-9,09 cm Tabel 3. Tabel 3 Kerapatan mangrove pada beberapa substasiun di Stasiun II. Sub-Stasiun K pohonha Kriteria Rerata Diameter Pohon cm 1 7.500 sangat padat 6,51±1,53 2 5.820 sangat padat 9,09±2,68 3 4.925 sangat padat 7,72±1,96 Berdasarkan kriteria kerusakan mangrove menurut KEPMEN LH No.21 Tahun 2004, keadaan hutan mangrove di kedua kawasan ini sangat padat atau dengan kata lain masih tergolong sangat baik. Meskipun diameter pohon yang diperoleh cenderung cukup kecil jika dibandingkan dengan mangrove yang ada di daerah lain. Berdasarkan penelitian Hildah et al. 2008, di Kecamatan Sinjai Timur diperoleh kerapatan mangrove berkisar antara 5.900-9.900 pohonha dengan diameter berkisar 0,05-0,12 m. Jika dibandingkan dengan hasil dalam penelitian ini terjadi sedikit penurunan, hal ini diduga karena adanya kerusakan terhadap kawasan mangrove, baik itu karena terjadi penebangan ataupun adanya konversi Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com lahan menjadi tambak dan pemukiman. Pada lokasi penelitian ketebalan mangrove mencapai 500 m, namun pada beberapa lokasi terdapat kawasan yang telah ditebangi untuk dikonversi menjadi lahan tambak. Kegiatan alih fungsi lahan ini merupakan salah satu penyebab degradasi lingkungan pada kawasan mangrove.

5.1.1.2 Kepadatan Kepiting Bakau S. olivecea

Kepadatan kepiting bakau S.olivacea yang ditemukan selama penelitian disajikan pada Tabel 4. Kepadatan kepiting bakau berkisar antara 3-8 ind100m 2 , kepadatan yang tinggi dijumpai pada setiap stasiun, namun pada stasiun I terdapat dua sub-stasiun yang memiliki kepadatan tertinggi yang lokasinya agak jauh dari pemukiman penduduk dan memiliki tingkat kerapatan mangrove yang sangat padat. Tabel 4 Kepadatan kepiting bakau S.olivacea ind100 m 2 selama penelitian. Stasiun Sub- stasiun Pengambilan Sampel I II III IV 1 A-1 6 8 6 8 A-2 6 7 5 8 A-3 5 5 4 6 2 B-1 4 6 6 8 B-2 5 6 4 5 B-3 3 4 3 4 Kepadatan kepiting bakau dipengrahi oleh kerapatan mangrove dan jauhnya dari pemukiman penduduk. Menurut Nagelkerken 2008 kawasan mangrove menyediakan habitat yang cocok bagi kepiting bakau dan sebaliknya kepiting bakau membantu dalam memasukkan oksigen kedalam substrat. Arriola 1940 in Siahainenia 2008, menyatakan kelimpahan kepiting bakau terendah umumnya dijumpai pada zona yang memiliki tingkat kerapatan vegetasi mangrove yang rendah, serta berada di sekitar areal pemukiman penduduk atau mendapat tekanan akibat tingginya aktifitas masyarakat. Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com 5.2 Kondisi Oceanografi 5.2.1 Pasang Surut

Dokumen yang terkait

Study of Potential and Mangrove Ecosystem Management In South Jailolo District Of West Halmahera

0 5 213

Kebijakan pemanfaatan ekosistem mangrove secara terpadu berkelanjutan di kabupaten Barru, Sulawesi Selatan (The policy of integrated, sustainable exploitation of mangrove ecosystem in Barru Regency, South Sulawesi)

0 2 11

Study of Potential and Mangrove Ecosystem Management In South Jailolo District Of West Halmahera

3 11 113

Management of mud crab (Scylla olivacea) at mangrove ecosystem in coastal subdistrict East Sinjai, Sinjai Regency, South Sulawesi

0 2 37

GROWTH OF VARIED RATIO OF MALE-FEMALE MUD CRAB Scylla olivacea MAINTAINED IN MANGROVE AREA | Karim | Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) 12593 66175 1 PB

0 0 6

SINJAI 10 Tahun Dalam Memori (1)

0 0 10

KETERKAITAN MANGROVE, KEPITING BAKAU (Scylla olivacea) DAN BEBERAPA PARAMETER KUALITAS AIR DI PERAIRAN PESISIR SINJAI TIMUR

0 0 7

PENGGUNAAN BERBAGAI METODE MUTILASI UNTUK MEMBANDINGKAN LAMA WAKTU MOULTING KEPITING BAKAU MERAH (Scylla olivacea) COMPARISON OF THE DURATION OF RED MANGROVE CRAB (Scylla olivacea) MOULTING USING VARIOUS METHODS OF MUTILATION

0 0 7

Community Management for Coastal Environment in Mangrove Ecosystem - Eprints UPN "Veteran" Yogyakarta

0 0 8

PENGARUH PEMUASAAN SECARA PERIODIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN KEPITING BAKAU MERAH (Scylla olivacea) The Influence of periodic mastery on growth and feed efficiency of red mud crab (Scylla olivacea) - Repository UNRAM

0 0 18