2.1.1 Morfologi dan Tingkah Laku Kepiting
Ciri morfologi kepiting bakau adalah mempunyai karapas berbentuk bulat pipih dilengkapi dengan sembilan duri pada sisi kiri dan kanan, empat duri yang
lain terdapat pada kedua mata, mempunyai kaki jalan lima pasang yang pertama bentuknya lebar disebut capit, berguna untuk memegang. Kaki jalan yang terakhir
mengalami modifikasi sebagai alat renang berbentuk seperti dayung dan warna karapas dari kepiting bakau adalah hijau kecoklatan, yang dipengaruhi oleh
lingkungan dimana kepiting bakau berada, sedangkan di daerah bakau warnanya hijau merah kecoklatan Moosa et al. 1985
Jenis jantan dan betina pada kepiting bakau dibedakan dengan mengamati abdomennya. Kepiting jantan ruas abdomennya sempit, sedangkan betina lebih
lebar. Perut betina berbentuk stupa sedangkan jantan berbentuk tugu. Perbedaan lain yakni pada kaki renang yang terletak dibawah abdomen, dimana pada
kepiting jantan yaitu pleopod berfungsi sebagai alat kopulasi, sedangkan pada betina sebagai tempat meletakkan telur.
Gambar 3 Kepiting Bakau S. olivacea Menurut Keenan 1998 bahwa kriteria klasifikasi S. olivacea Gambar 2
dewasa adalah warna bervariasi dari orange kemerahan sampai coklat kehitaman. Chela dan kaki-kakinya tanpa pola poligon yang jelas untuk kedua jenis kelamin
dan pada abdomen betina saja. Duri pada bagian dahi karapas tumpul dan dikelilingi oleh ruang-ruang yang sempit. Umumnya tidak ada duri pada carpus,
sedangkan pada bagian propandus duri mengalami reduksi dari tajam ketumpul.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
Kepiting bakau S. olivacea merupakan spesies yang khas berada di kawasan bakau. Pada tingkatan juvenile muda, kepiting bakau jarang terlihat di
daerah bakau, karena lebih suka membenamkan diri ke dalam lumpur. Juvenile kepiting bakau lebih menyukai tempat terlindung seperti alur-alur air laut yang
menjorok ke daratan, saluran air, di bawah batu, di bentangan rumput laut dan sela-sela akar pohon bakau Soim 1999.
Kepiting bakau baru keluar dari persembunyiannya beberapa saat setelah matahari terbenam dan bergerak sepanjang malam terutama untuk mencari makan.
Pada waktu malam, kepiting bakau mampu mencapai jarak 219 – 910 m untuk aktivitasnya mencari makan. Ketika matahari terbit, kepiting bakau kembali
membenamkan diri, sehingga kepiting bakau digolongkan hewan malam nocturnal. Secara umum tingkah laku kepiting adalah kanibalisme dan saling
menyerang. Selain itu, kepiting bakau dewasa merupakan salah satu dari biota yang hidup pada kisaran kadar garam yang luas euryhaline dan memiliki
kapasitas untuk menyesuiakan diri yang cukup tinggi.
2.1.2 Habitat dan Penyebaran