I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kepiting bakau Scylla spp adalah salah satu biota yang merupakan komoditas perikanan yang hidup pada habitat perairan pantai, khususnya di daerah
hutan mangrove. Dengan adanya kawasan hutan mangrove di seluruh wilayah pantai Nusantara menjadikan negara Indonesia sebagai pengekspor kepiting bakau
yang cukup besar dibandingkan negara pengekspor lainnya Kanna 2002. Menurut Cholik 1999, kepiting bakau telah menjadi komoditas perikanan
penting di Indonesia sejak awal tahun 1980-an. Perikanan kepiting bakau di Indonesia diperoleh dari penangkapan stok di alam pada perairan pesisir,
khususnya di area mangrove atau estuaria dan dari hasil budidaya di tambak air payau. Akhir-akhir ini, dengan semakin meningkatnya nilai ekonomi perikanan
kepiting, penangkapan kepiting bakau juga semakin meningkat. Namun bersamaan dengan itu, rata-rata pertumbuhan produksi kepiting bakau di beberapa
provinsi penghasil utama kepiting bakau justru agak lambat dan cenderung menurun.
Penurunan populasi kepiting bakau diperkirakan salah satunya disebabkan oleh penangkapan yang berlebih oleh nelayan karena memiliki nilai ekonomis
penting dan memiliki harga jual yang tinggi. Penyebab lain adalah sebagian manusia dalam memenuhi keperluan hidupnya memanfaatkan ekosistem
mangrove yang merupakan habitat kepiting bakau dan diperkirakan kepiting memainkankan peran ekologi yang signifikan dalam struktur dan fungsi dari
mangrove Elizabethet et al. 2003. Hal ini dapat dilihat dari adanya alih fungsi lahan mangrove menjadi tambak, pemukiman, industri, dan untuk keperluan
lainnya. Terjadinya degradasi mangrove juga diakibatkan oleh tekanan dari manusia, penebangan hutan, konversi lahan menjadi tambak dan produksi garam,
penambangan timah, industri pesisir, serta urbanisasi yang dalam jangka panjang akan mengganggu keseimbangan ekosistem mangrove Macintosh et al. 2002.
Kecamatan Sinjai Timur khususnya di Desa Tongke-tongke dan Samataring merupakan kawasan yang merasakan dampak akibat dari rusaknya ekosistem
mangrove, diantaranya sering terjadinya abrasi dan berkurangnya jumlah
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
tangkapan nelayan setempat. Oleh sebab itu, masyarakat setempat melakukan pelestarian ekosistem mangrove dengan melakukan penanaman mangrove, selain
itu juga lahan-lahan bekas tambak yang tidak produktif juga ditanami mangrove. Penanaman ini diharapkan dapat membantu melestarikan dan memperbaiki
parairan pantai yang layak baik organisme khususnya kepiting bakau S. olivacea yang hidup diwilayah tersebut. Seiring dengan meningkatnya tingkat pemanfaatan
serta menurunnya kualitas habitat kepiting maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengelolaan sumberdaya kepiting pada ekosistem mangrove di perairan
pesisir Kecamatan Sinjai Timur khususnya di Desa Tongke-tongke dan Samataring.
1.2 Rumusan Masalah