Pendekatan Sistem Dinamik Standarisasi CPUE Alat Penangkapan Ikan

suatu sistem ke dalam bahasa gambar sekaligus merupakan langkah awal dari identifikasi sistem yang digunakan untuk menyederhanakan kerumitan dalam rangka menciptakan sebuah konsep model. Dua terminologi penting dalam pembuatan diagram lingkar sebab akibat adalah keadaan level dan proses rate. Prinsip dasar pembuatan diagram sebab-akibat dalam penerapan berpikir sistem adalah dengan logika, yaitu proses sebagai sebab yang menghasilkan keadaan proses→keadaan atau sebaliknya keadaan sebagai sebab yang menghasilkan pengaruh sebab-akibat yang dapat secara searah + maupun berlawanan -. Causal loop pada penelitian ini akan menggambarkan sistem pengelolaan sumberdaya ikan layang di Perairan Kota Ambon berkelanjutan. Simulasi model dalam pengelolaan sumberdaya ikan layang di Perairan Kota Ambon menggunakan perangkat lunak Stellarium dan Powersim. Program Powersim dapat mengkaji berbagai skenario kebijakan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap yang berpengaruh pada pendapatan dan kesejahteraan nelayan. Simulasi model ini terdiri dari beberapa sub model yaitu : 1 Sub model sumberdaya perikanan SDI yang menggambarkan biomass, daya dukung lingkungan K, dan pertumbuhan intrinsik r. 2 Sub model upaya tangkap effort yang menggambarkan jumlah effort unit dan kemampuan tangkap q. Setelah dilakukan simulasi model, langkah selanjutnya adalah interpretasi dari model tersebut untuk mengetahui kecenderungan di masa mendatang guna untuk memberi solusi yang terbaik dalam pengambilan keputusan dalam perencanaan kebijakan pengelolaan sumberdaya ikan layang di Perairan Kota Ambon.

4.4.4 Analisis Aspek Kesejahteraan

Pengukuran aspek kesejahteraan depresiasi suatu aktivitas perikanan diukur dengan surplus produsen. Perubahan surplus produsen dihitung berdasarkan persamaan berikut: PS = p h – ∫ β α √-4 h α β h Keterangan: PS : Surplus produsen p : Harga pada periode awal h : Tangkapan lestari c : Biaya α dan : Produksi aktual Bentuk persamaan diatas ada yang bersifat fungsional dan statistik. Persamaan-persamaan tersebut kemudian dianalisis dengan bantuan software komputer Microsoft Excel 2010 dan Maple 12.

4.4.5 Analisis Kebijakan

Penentuan kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan dilakukan dengan metode Analisis Hierarki Proses AHP. Analisis Hierarki Proses AHP dikembangkan oleh Thomas Saaty pada tahun 1970-an. Analisis Hierarki Proses AHP merupakan sistem pembuat keputusan dengan menggunakan model matematis. Analisis Hierarki Proses AHP membantu dalam menentukan prioritas dari beberapa kriteria dengan melakukan analisa perbandingan berpasangan dari masing-masing kriteria. Dalam sistem pengelolaan kinerja yang dimaksud dengan kriteria tersebut adalah KPI. Ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan Analisis Hierarki Proses AHP, yaitu prinsip menyusun hierarki Decomposition, prinsip menentukan prioritas Comparative Judgement , dan prinsip konsistensi logis Logical Consistency. Secara umum, langkah-langkah dasar dari Analisis Hierarki Proses AHP dapat diringkas dalam penjelasan berikut: 1. Mendefinisikan masalah dan menetapkan tujuan. Bila AHP digunakan untuk memilih alternatif atau penyusunan prioritas alternatif, maka pada tahap ini dilakukan pengembangan alternatif. 2. Menyusun masalah dalam struktur hierarki. Setiap permasalahan yang kompleks dapat ditinjau dari sisi yang detail dan terstruktur. 3. Menyusun prioritas untuk tiap elemen masalah pada tingkat hirarki. Proses ini menghasilkan bobot elemen terhadap pencapaian tujuan, sehingga elemen dengan bobot tertinggi memiliki prioritas penanganan. Langkah pertama pada tahap ini adalah menyusun perbandingan berpasangan yang ditransformasikan dalam bentuk matriks, sehingga matriks ini disebut matriks perbandingan berpasangan. Analisis Hierarki Proses AHP digunakan sebagai salah satu model dalam perencanaan kebijakan pengelolaan sumberdaya ikan layang di Perairan Kota Ambon. Perencanaan kebijakan tersebut didasari pada kondisi tingginya pemanfaatan sumberdaya ikan di Perairan Kota Ambon sehingga dibutuhkan peran masyarakat nelayan, LSM, pakar dan pemerintah dalam Analisis Hierarki Proses AHP, sehingga dapat diperoleh informasi atau masukan tentang perencanaan kebijakan pengelolaan sumberdaya ikan layang di Perairan Kota Ambon . Tabel 6. Matriks Bentuk Perbandingan Berpasangan Kriteria Aspek Biologi Ikan Pemerintah Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan Pemanfaatan memperhatikan Aspek Biologi Ikan Aspek Biologi Ikan 1 Pemerintah 1 Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan 1 Pemanfaatan memperhatikan Aspek Biologi Ikan 1 Dalam mengisi matriks bentuk perbandingan berpasangan tersebut digunakan bilangan yang menggambarkan relatif pentingnnya suatu elemen yang lain. Perbandingan akan skala tersebut menjelaskan bahwa nilai 1 sampai 9 yang ditetapkan sebagai pertimbangan dalam perbandingan pasangan elemen yang berada di level atasnya. Saaty 1983, mmenjelaskan berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Menurut Marimin 2004, untuk memeriksa apakah perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsekuen digunakan parameter Consistency Ratio CR. Teknik komparasi berpasangan yang digunakan dalam AHP dilakukan dengan wawancara langsung terhadap responden. Responden bisa seorang ahli atau bukan, tetapi terlibat dan mengenal baik permasalahan tersebut. Jika responden merupakan kelompok, maka seluruh anggota diusahakan memberikan pendapat Marimin, 2004. Responden yang dimaksud adalah orang yang memiliki keahlian dibidangnya pakar yang terkait dengan pengembangan sumberdaya ikan layang di Perairan Kota Ambon selain itu jika responden adalah kelompok maka informasi harus detail diperoleh orang per orang dalam memberikan pendapat. Analisis Hierarki Proses AHP memiliki beberapa prosedur antara lain menggabungkan pendapat responden para ahli, namun kadang ditemukan