sehingga laju degradasi maupun depresiasi akan meningkat dan bersifat sensitif terhadap perubahan parameter biofisik dan ekonomi.
6.7 Analisis Kesejahteraan Produsen
Dampak kesejahteraan dari suatu aktivitas perikanan dapat diukur dengan surplus konsumen atau surplus produsen.Pengukuran dengan surplus konsumen
memerlukan data kurva permintaan sedangkan suplus produsen memerlukaan data kurva suplai. Analisis data sumberdaya ikan layang di Perairan Kota Ambon
digunakan surplus produsen sebagai proxy disajikan pada Lampiran 10, analisis surplus produsen berdasarkan sifat dari sumberdaya perikanan yang memiliki
kurva suplai melengkung ke belakang backward bending supplyvarible price model
. Dengan menggunakan parameter biofisik dan ekonomi yang telah dihitung, maka diperoleh surplus produsen setiap tahunnya, lebih rinci disajikan
pada Tabel 22 sebagai berikut:
Tabel 22. Nilai Surplus Produsen Sumberdaya Ikan Layang
Tahun Harga
juta Rpton Produksi
ton Biaya
juta Rptrip Surplus Produsen
juta Rp 1995
100,00 907,55
133,81 3.669
1996 100,00
878,40 139,24
2.083 1997
111,80 733,35
104,43 2.027
1998 180,04
252,70 250,69
1.700 1999
213,06 248,40
296,66 1.695
2000 229,41
244,05 319,43
1.689 2001
242,12 202,35
337,13 1.632
2002 269,56
202,25 375,33
1.632 2003
281,14 214,25
391,46 1.649
2004 108,50
204,05 151,07
1.634 2005
117,83 203,20
164,07 1.633
2006 133,63
170,50 186,07
1.579 2007
140,25 126,00
195,28 1.486
2008 129,11
93,15 179,77
1.393 2009
113,17 83,55
157,58 1.360
Rata-rata 164,37
317,58 225,47
1.791 Sumber: Hasil Analisis Data, 2014
Aktivitas perikanan pada kondisi ini diukur surplus produsen sebagai proxy disajikan pada Lampiran 10. Surplus produsen dihitung berdasarkan sifat dari
sumberdaya perikanan untuk menilai besarnya rente ekonomi nelayan. Rente ekonomi sumberdaya merupakan surplus yang bisa dinikmati oleh nelayan dan
merupakan selisih antara pemanfaatan sumberdaya dengan biaya dalam operasi
penangkapan ikan. Tabel 22 diatas yang dirinci pada Lampiran 11, menunjukkan tren penurunan surplus produsen setiap tahunnya.
Kondisi ini menjelaskan kesejahteraan nelayan cenderung menurun dengan rata-rata penerimaan seluruh nelayan purse seine sebesar Rp.4.900 juta dan
seluruh nelayan bagan sebesar Rp.1.900 juta per tahun dengan penurunan surplus antara Rp.1.360 juta hingga Rp.3.669 juta per tahun atau rata-rata sebesar
Rp.1.791 juta per tahun, artinya surplus produsen untuk pemanfaatan sumberdaya ikan layang di Perairan Kota Ambon memiliki kecenderungan penurunan nilai
setiap tahunnya dengan rata-rata surplus produsen sebesar Rp.1.791 juta per tahun.
Tabel 23. Total Benefit Sumberdaya Ikan Layang Tahun
Rente Ekonomi SDI Layang
juta Rp Surplus Produsen
juta Rp Total Benefit
juta Rp 1995
8.380,00 3.669
12,04 1996
539,37 2.083
2,62 1997
3.027,00 2.027
5,05 1998
8.372,00 1.700
10,07 1999
9.375,00 1.695
11,07 2000
8.713,00 1.689
10,40 2001
3.358,00 1.632
4,99 2002
-721,93 1.632
2,35 2003
-4.116,00 1.649
5,76 2004
-4.684,00 1.634
6,31 2005
-7.779,00 1.633
9,41 2006
191,61 1.579
1,77 2007
-1.308,00 1.486
2,79 2008
-67,31 1.393
1,46 2009
454,69 1.360
1,81
Rata-rata
1.582,38 1.791
5,86 Sumber: Hasil Analisis Data, 2014
Dalam rangka mengetahui sejauhmana interaksi perikanan pada kondisi baseline
berdampak pada kesejahteraan secara keseluruhan, dilakukan dengan perhitungan total benefit, seperti disajikan pada Table 23 diatas. Hasil analisis
total benefit sumberdaya perikanan dihitung berdasarkan penjumlahan nilai rente ekonomi dengan surplus produsen, disajikan pada Lampiran 11 dengan rata-rata
benefit sebesar Rp.5.863 juta per tahun dari total benefit sebesar Rp.87.951 juta per tahun.
Gambar 26. Perkembangan Rente Aktual dan Surplus Produsen
Rata-rata penurunan surplus produsen setiap tahunnya sebesar Rp.1.791 juta per tahun. Surplus produsen tersebut menjelaskan tingkat kegiatan penangkapan
yang cenderung menurun setiap tahunnya juga terhadap kesejahteraan nelayan. Hal ini sesuai kondisi lapangan secara nyata tingkat kesejahteraan nelayan masih
sangat memperihatinkan dan tidak terjadi perbaikan terhadap kesejahteraan nelayan di Perairan Kota Ambon.
6.8 Proses Hierarki Analitik AHP
Pengelolaan sumberdaya ikan layang di Perairan Kota Ambon merupakan suatu proses yang sangat kompleks karena banyak pihak yang terkait atau
berkepentingan pada sumberdaya perikanan tersebut. Guna mencapai pengelolaan yang berkelanjutan pemerintah kota harus mampu mengakomodir kepentingan
sebagian besar pihak yang terkait. Dalam menentukan kebijakan pengelolaan maka keputusan yang baik dan dapat diterima banyak pihak yang saling terkait
dapat dirumuskan dengan Analisis Hierarki Proses AHP. Berdasarkan kondisi pengelolaan sumberdaya maka disusun hierarki seperti pada Gambar 27.
Tujuan utama dari pengambilan keputusan ini yaitu terbentuknya pengelolaan sumberdaya ikan layang di Perairan Kota Ambon yang berkelanjutan.
Pada tingkat pertama tujuan yang digunakan adalah pengelolaan sumberdaya ikan layang di Perairan Kota Ambon. Pada tingkat kedua, kriteria yang digunakan
antara lain: 1 Aspek Biologi, 2 Aspek Teknik, 3 Aspek Sosial Ekonomi, 4 Aspek Finansial, 5 Aspek Mutu dan Pemasaran. Pada tingkat ketiga merupakan
pihak-pihak yang terkait yang dipilih antara lain: 1 PemerintahPEMKOT, 2 Stakeholder
, 3 Masyarakat Nelayan. Pada tingkat keempat sub kriteria antara
2000 4000
6000 8000
10000
500 1000
1500 2000
2500 3000
3500 4000
mi ly
ar R
P N
il ai
S D
I N
il ai
S P
mi ly
ar R
P
Tahun
SP Rente SDI
lain: 1 Maksimalkan Manfaat Ekonomi, 2 Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan berkelanjutan. Pada tingkat kelima merupakan pilihan maka yang dipilih antara
lain: 1 Pemanfaatan Memerhatikan Biologi Sumberdaya Ikan Lestari, 2 Kegiatan Penangkapan Ikan yang Lebih Efektif, 3 Pemerataan Lapangan Kerja,
4 Peningkatan Mutu dan Kualitas Pemasaran.
Gambar 27. Hierarki Pengelolaan Sumberdaya Ikan Layang di Perairan Kota Ambon
6.8.1 Persepsi Terhadap Beberapa Aspek Pengelolaan Sumberdaya Ikan
Layang di Kota Ambon
Hasil analisis terhadap beberapa aspek pengelolaan sumberdaya ikan layang yang saling terkait, dengan nilai pada masing-masing kriteria adalah: Aspek
Biologi 0,419,Aspek Teknik 0,251, Aspek Sosial Ekonomi 0,171, Aspek Finansial 0,095, dan Aspek Mutu dan Pemasaran 0,065. Secara jelas penilaian
terhadap beberapa aspek terkait disajikan pada Tabel 25. Nilai yang tertinggi adalah Aspek Biologi kemudian Aspek Teknik, Aspek Sosial Ekonomi, Aspek
Finansial dan Aspek Mutu dan Pemasaran. Hal tersebut menjelaskan bahwa dalam pengelolaan sumberdaya ikan layang didasarkan pada hal utama yaitu
Aspek Mutu dan Pemasaran Aspek Sosial Ekonomi
Aspek Finansial Kelayakan Usaha
Aspek Biologi Aspek Teknik
Pemerintah Stakeholder
Masyarakat Nelayan
Pemanfaatan memerhatikan biologi
sumberdaya ikan lestari Pemerataan lapangan
kerja Peningkatan mutu dan
kualitas pemasaran produk
Kegiatan penangkapan ikan yang lebih efektif
Pengelolaan sumberdaya Ikan Layang di Kota Ambon
Memaksimalkan manfaat ekonomi
Pemanfaatan sumberdaya perikanan bekelanjutan
ketersediaan sumberdaya ikan layang itu sendiri artinya bahwa jika potensi ikan layang memadai maka akan berdampak pada semua aspek terutama bagi usaha
penangkapan ikan.
Tabel 24. Penilaian Komponen KebijakanTerkait Pengelolaan SumberdayaIkan Layang di Perairan Kota Ambon
No Aspek Pengelolaan SDI Layang
Skor 1
Biologi 0,419
2 Teknik
0,251 3
Sosial dan ekonomi 0,171
4 Finansial
0,095 5
Mutu dan pemasaran 0,065
Sumber: Hasil Analisis Data, 2014
Pada Tabel 24 menunjukkan bahwa aspek biologi yang didalamnya termasuk kondisi stok ikan dan ekositemnya merupakan hal yang sangat penting
dalam perikanan tangkap. Ketersediaan stok sumberdaya ikan layang yang mencukupi dan ekosistem yang baik akan bermanfaat bagi berbagai pihak.
Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa sering kali sumberdaya ikan dan ekosistemnya kurang diperhatikan dengan baik terutama oleh nelayan, dengan
persepsi bahwa untuk mencukupi kebutuhan hidup maka sumberdaya ikan yang ada harus dimanfaatkan tanpa batas dan tidak memperhatikan stok dari
sumberdaya tersebut. Pendekatan pengelolaan sumberdaya ikan layang di Perairan Kota Ambon oleh masyarakat harus menjaga sumberdayanya dengan
memberlakukan sistem sasi konservasi tradisional berbasis masyarakat sangat diperlukan agar sumberdaya tertap terjaga sepanjang masa dan dapat dinikmati
oleh generasi berikutnya.
6.8.2 Persepsi Pihak-Pihak dalam Pengelolaan Sumberdaya Ikan Layang di
Perairan Kota Ambon
Hasil analisis terhadap persepsi pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan sumberdaya ikan layang di Perairan Kota Ambon secara berkelanjutan dengan
menggunakan Analisis Hierarki Proses AHP disajikan pada Lampiran 12.
Tabel 25. Penilaian Komponen Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Ikan Layang di Perairan Kota Ambon
No Aktor
Skor 1
Pemerintah 0,503
2 Stakeholder
lainnya 0,268
3 Masyarakat Nelayan
0,230 Sumber: Hasil Analisis Data, 2014
Tabel 25 menunjukkan tingkat pertama diperoleh vektor prioritas dari pihak-pihak yang berperan dan berkepentingan dengan nilai yang diperoleh untuk
masing-masing pihak yang saling terkait adalah: pemerintah 0,503, stakeholder 0,268, dan masyarakat nelayan 0,230. Penilaian tersebut diperoleh bahwa
kriteria yang paling tinggi nilainya adalah pemerintah dalam hal ini PEMDA, berarti bahwa dalam pengelolaan sumberdaya ikan layang berkelanjutan yang
berperan penting adalah pemerih. Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan utama dalam pengelolaan
sumberdaya ikan layang harus melibatkan masyarakat nelayan dan stakeholder. Dengan demikian maka pengambilan keputusan dapat menghasilkan suatu
keputusan tentang pengelolaan sumberdaya ikan layang berkelanjutan yang memperoleh dukungan masyarakat dan stakeholder lainnya.
6.8.3 Persepsi Terhadap Komponen Aspek Pengelolaan Sumberdaya Ikan
Layang di Perairan Kota Ambon
Tabel 26 menunjukan hasil analisis terhadap komponen Aspek Pengelolaan sumberdaya ikan layang yang terkait nilai yang didapat pada masing-masing sub
kriteria adalah : Pemanfaatan Sumberdaya berkelanjutan 0,729, Memaksimalkan Manfaat Ekonomi 0,271, terlihat nilai tertinggi ditunjukkan oleh sub kriteria
pemanfaatan sumberdaya berkelanjutan. Hal ini menjelaskan bahwa akibat dari tingginya aktivitas penangkapan maka perlu adanya pemanfaatan yang
memerhatikan keberlanjutan dari sumberdaya tersebut.
Tabel 26. Penilaian Terhadap Komponen dari Aspek Terkait Pengelolaan Sumberdaya Ikan Layang di Perairan Kota Ambon
No Komponen Pengelolaan SDI Layang
Skor 1
Pemanfaatan sumberdaya berkelanjutan 0,729
2 Memaksimalkan manfaat ekonomi
0,271 Sumber: Hasil Analisis Data, 2014