Tabel 16 menunjukkan harga riil terendah terjadi pada tahun 1997 sebesar Rp.0.10 jutaton, sedangkan yang tertinggi terjadi pada tahun 2003 sebesar
Rp.0.39 jutaton dengan rata-rata harga riil untuk melakukan penangkapan sumberdaya ikan layang sebesar Rp.0.23 jutaton per tahun dengan peningkatan
yang berfluktuasi setiap tahun hingga tahun 2009. Perhitungan harga riil dalam penelitian ini menggunakan standar harga tahun 1996. Harga riil sangat penting
dalam perhitungan bioekonomi sebagai nilai harga yang sesungguhnya.
6.2.3 Estimasi Tingkat Discount Rate
Penelitian ini menggunakan dua nilai discount rate, pertama yakni nilai ρ
yang digunakan adalah market discount rate sebesar 18 persen sebagai basis penilaian rente ekonomi dan kedua penentuan discount rate yang didasarkan pada
pendekatan Ramsey dengan basis pendekatan pengaruh pertumbuhan ekonomi dan elastisitas pendapatan terhadap penggunaan sumberdaya perikanan pada
lokasi penelitian. Hasil perhitungan real discount rate r dengan teknik Kula 1984 dalam Sobari dan Muzakir 2009 diperoleh dari laju pertumbuhan PDRB
Kota Ambon yaitu dengan nilai pertumbuhan ekonomi g = 5,82 persen yang disajikan pada Lampiran 8. Standar elastisitas pendapatan terhadap konsumsi
sumberdaya alam ditentukan dengan pendekatan Brent 1990 dalam Sobari dan Muzakir 2009 sebesar 1. Nilai r diperoleh dari nilai g yaitu 0,0582. Nilai r
tersebut digunakan untuk menduga real discount rate dalam bentuk annual continues discout rate
melalui δ = ln 1 + r , yaitu 5,65 persen, lebih kecil dari BI
rate sebesar 7,5 persen Bank Indonesia, 2014. Analisis ini menggunakan tingkat suku bunga yang digunakan oleh World Bank dalam menilai sumberdaya alam di
negara-negara berkembang salah satunya Indonesia yaitu sebesar, 10 persen, 12 persen, 15 persen, 18 persen, dan 20 persen.
6.2.4 Estimasi Produksi Lestari
Produksi lestari merupakan hubungan antara hasil tangkapan dengan effort dalam bentuk kuadratik, dimana tingkat effort dalam eksploitasi maupun hasil
tangkapan yang diperoleh tidak akan mengancam kelestarian sumberdaya perikanan. Produksi lestari dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu
produksi maksimum lestari MSY dan produksi lestari secara ekonomi MEY.
Pada estimasi MSY, variabel yang digunakan berupa parameter biologi saja, sedangkan pada analisis MEY, variabel yang digunakan terdiri dari parameter
biologi dan parameter ekonomi. Parameter biologi yang digunakan dalam perhitungan MSY yaitu parameter r, q, dan K, sedangkan parameter yang
digunakan untuk menghitung MEY yaitu parameter c cost per unit effort dan p real price atau disebut harga riil dan discount rate.
Produksi lestari dalam penelitian ini menggunakan fungsi logistik sebelum mengestimasi MSY terlebih dahulu dilakukan estimasi parameter biologi dan
selanjutnya digunakan untuk mengestimasi tingkat effort yang dinotasikan dengan E
pada kondisi MSY dengan menggunakan pendekatan model CYP yang disajikan pada Lampiran 9 Lanjutan 2. Dimana tingkat upaya optimal pada
kondisi MSY berbanding lurus dengan setengah dari intrinsic growth r dan berbanding terbalik dengan koefisien daya tangkap q dari alat tangkap yang
digunakan. Tingkat upaya E kemudian digunakan untuk mengestimasi tingkat biomass optimal padakeadaan MSY. Tabel 17 menunjukkan perbandingan
produksi aktual dan lestari dengan pendekatan model CYP pada pemanfaatan sumberdaya ikan layang di Perairan Kota Ambon.
Tabel 17. Perbandingan Produksi Aktual dan Produksi Lestari Ikan Layang Tahun
Produksi Aktual ton
Produksi Lestari ton
Effort Aktual
trip 1995
907,55 699,03
125.179 1996
878,40 865,50
134.723 1997
733,35 665,97
147.329 1998
252,70 141,50
150.658 1999
248,40 143,18
151.320 2000
244,05 153,23
155.205 2001
202,35 169,18
161.138 2002
202,25 208,65
174.768 2003
214,25 249,26
187.559 2004
204,05 307,28
204.203 2005
203,20 361,07
218.318 2006
170,50 167,07
235.999 2007
126,00 148,30
238.411 2008
93,15 94,40
289.880 2009
83,55 73,94
310.080 Rata-rata
317,58 296,51
192.318 Sumber: Hasil Analisis Data, 2014
Model CYP menunjukkan rata-rata produksi aktual sumberdaya ikan layang pada tahun 1995 hingga 2009 sebesar 317,58 ton, sedangkan rata-rata
produksi lestari ikan layang sebesar 296,51 ton, terlihat pada Tabel 17 dan
200 400
600 800
1000
P rodu
ks i
A ktu
al P
rod uks
i L
es tar
i
T on
Tahun prod aktual
prod lestari
Gambar 16, nilai produksi aktual setiap tahunnya cenderung berada diatas produksi lestari yang terindikasi mengalami tangkap lebih overfishing
ditunjukkan dengan peningkatan produksi satiap tahunnya dengan rata-rata produksi aktual sebesar 317,58 ton lebih kecil dibandingkan dengan nilai produksi
optimal pada kondisi MSY sebesar 252 ton. Effort aktual tahun 2008 dan 2009 telah melebihi effort optimal pada kondisi MSY demikian juga secara keseluruhan
nilai rata-rata effort aktual purse seine dan bagan sebesar 192.318 trip telah melebihi effort optimal pada kondisi MSY sebesar 30.868 trip.
Terjadinya pemanfaatan melebihi jumlah produksi lestari disebabkan karena eksploitasi yang dilakukan tidak terkontrol sehingga jumlah input yang digunakan
dalam eksploitasi sumberdaya ikan layang di Perairan Kota Ambon telah melebihi jumlah yang diperbolehkan.
Gambar 16. Perkembangan Produksi Aktual dan Produksi Lestari Ikan Layang dengan Model CYP di Perairan Kota Ambon
Perbandingan produksi aktual dan lestari sumberdaya ikan layang di Perairan Kota Ambon oleh alat tangkap purse seine dan bagan, dengan model CYP terlihat
grafik produksi aktual dan produksi lestari menunjukkan tren penurunan yang hampir sama, karena sebagian titik grafik produksi aktual berada diluar grafik
produksi lestari, artinya pada kondisi tersebut terindikasi terjadi tangkap lebih overfishing secara biologi dan ekonomi. Nilai dari produksi aktual telah
melebihi nilai produksi lestari yang diilustrasikan pada Gambar 16 dan Tabel 17, dengan tren penurunan produksi dengan demikian diduga pada kondisi tersebut
sumberdaya ikan layang telah mengalami overfishing secara biologi dan ekonomi
walaupun kenyataan pada kondisi lapangan dapat digambarkan bahwa sumberdaya ikan layang tetap ada tetapi dalam jumlah yang relatif sedikit.
Fluktuasi terhadap produksi sumberdaya ikan layang disebabkan oleh salah satu faktor yaitu Perairan Kota Ambon belum memiliki hak kepemilikan yang
jelas terhadap kawasan perairan yang jelas dalam pengelolaan aset sumberdaya perikanan tersebut. Kondisi ini mengakibatkan tidak adanya kontrol oleh pihak
yang diberikan wewenang dalam pengelolaan sumberdaya ikan layang, maupun tingkat upaya effort. Pada kondisi sumberdaya perikanan yang bersifat open
access di Perairan Kota Ambon, maka dapat dimanfaatkan oleh siapa saja untuk
dieksploitasi tanpa memilikinya, sehingga jumlah alat penangkapan di perairan ini akan semakin meningkat.
6.3 Analisis Laju Degradasi dan Depresiasi
Hasil estimasi laju degradasi dan depresiasi sumberdaya ikan layang di Perairan Kota Ambon, seperti terlihat pada Tabel 18 menunjukkan degradasi
terjadi pada tahun 1995 hingga 2009. Hal yang sama terlihat dengan laju koefisien deresiasi terhadap sumberdaya ikan layang telah terjadi dari tahun 1995 hingga
periode tahun 2009. Nilai laju depresiasi dan degradasi telah melebihi koefisien nilai toleransi yakni sebesar 0,5.
Tabel 18. Koefisien Laju Degradasi dan Depresiasi Sumberdaya Ikan Layang
Tahun Produksi
Rente Ekonomi Koefisien
Aktual ton
Lestari ton
Aktual milyar Rp
Lestari milyar Rp
Degradasi Ø
Depresiasi ϕ
1995 907,55
699,03 8,380,00
1,172,00 0,58
0,81 1996
878,40 865,50
539,37 1,020,00
0,53 0,71
1997 733,35
665,97 3,027,00
-11,405,00 0,55
1,00 1998
252,70 141,50
8,372,00 537,08
0,63 0,82
1999 248,40
143,18 9,375,00
732,72 0,53
0,82 2000
244,05 153,23
8,713,00 1,420,00
0,62 0,81
2001 202,35
169,18 3,358,00
2,578,00 0,57
0,70 2002
202,25 208,65
-721,93 5,950,00
0,52 0,85
2003 214,25
249,26 -4,116,00
9,639,00 0,69
0,98 2004
204,05 307,28
-4,684,00 5,679,00
0,53 0,94
2005 203,20
361,07 -7,779,00
8,197,00 0,58
0,93 2006
170,50 167,07
191,61 -2,425,00
0,53 1,00
2007 126,00
148,30 -1,308,00
-3,773,00 0,68
0,78 2008
93,15 94,40
-67,31 -8,862,00
0,52 0,83
2009 83,55
73,94 454,69
-9,589,00 0,55
0,84 Rata-rata
317,58 296,51
1582,38 58,07
0,57 0,85
Sumber: Hasil Analisis Data, 2014
Analisis degradasi dan depresiasi sumberdaya ikan layang di Perairan Kota Ambon dilakukan untuk melihat seberapa besar laju degradasi sebagai pemicu
depresiasi akibat eksploitasi penangkapan ikan. Laju depresiasi dihitung dengan
mengkonversi koefisien degradasi ke nilai rupiah dari analisis rente ekonomi aktual dibandingkan dengan rente ekonomi lestari, disajikan pada Lampiran 9
Lanjutan 4. Nilai degradasi dan depresiasi sumberdaya ikan layang yang diketahui sebagai dasar perencanaan kebijakan pengelolaan sumberdaya ikan
layang menjadi lebih terarah dan sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan sustainable development.
Gambar 17. Nilai Koefisien Degradasi dan Depresiasi Sumberdaya Ikan Layang
Gambar 17 menunjukkan sumberdaya ikan layang selama periode tahun 1995 hingga 2009 telah mengalami degradasi dan depresiasi
disebabkan total effort aktual sudah melebihi effort optimal yaitu effort aktual sebanyak 192.318 trip dan effort
optimal sebanyak 24.56 trip
, dengan rata-rata nilai koefisien laju degradasi sebesar 0,57 dan nilai koefisien depresiasi sebesar 0,85 artinya bahwa degradasi terjadi
akibat dari setiap nelayan ingin mencapai rente ekonomi yang tinggi dengan tingkat eksploitasi yang tinggi pula, sehingga ketika input-input yang digunakan
dalam menghasilkan produksi sumberdaya ikan layang secara nyata berakibat produksi aktual berada diatas produksi lestari.
6.4 Nilai Depresiasi Sumberdaya Ikan Layang di Perairan Kota Ambon
Analisis nilai depresiasi berbeda dengan analisis laju depresiasi, nilai depresiasi merupakan nilai yang dikonversi ke nilai moneter dengan
menggunakan pendekatan present value of rent, untuk menilai manfaat akan datang dari kapital stock dengan tingkat discount rate tertentu, disajikan pada
Lampiran 9 Lanjutan 5. Perubahan manfaat sekarang berpengaruh terhadap
0.2 0.4
0.6 0.8
1
K oe
f. De
g ra
da si
De pr
es ia
si
Tahun
Koefisien Degradasi Batas nilai toleransi
Koefisien Depresiasi
tingkat kesejahteraan masyarakat sekarang dan akan datang. Perubahan manfaat sekarang yang diukur sebagai nilai depresiasi.
Tabel 19. Nilai Depresiasi Sumberdaya Ikan Layang di Perairan Kota Ambon
Tahun Effort
trip Prod. Lestari
ton PV Rent 5,65
milyar Rp Depresiasi 5,65
milyar Rp PV Rent 18
milyar Rp Depresiasi 18
milyar Rp
1995 125.17
699,03 20,745,04
20,745,04 6,511,63
6,511,63 1996
134.72 865,50
18,064,72 -2,680,32
5,670,31 -841,32
1997 147.32
665,97 -201,859,77
-219,924,49 -63,361,53
-69,031,85 1998
150.65 141,50
9,505,95 211,365,72
2,983,81 66,345,35
1999 151.32
143,18 12,968,52
3,462,57 4,070,67
1,086,86 2000
155.20 153,23
25,134,65 12,166,13
7,889,48 3,818,81
2001 161.13
169,18 45,640,36
20,505,70 14,326,00
6,436,51 2002
174.76 208,65
105,312,70 59,672,33
33,056,48 18,730,48
2003 187.55
249,26 170,603,69
65,290,99 53,550,60
20,494,11 2004
204.20 307,28
100,515.38 -70,088,31
31,550,66 -21,999,94
2005 218.31
361,07 145,091,18
44,575,80 45,542,50
13,991,84 2006
235.99 167,07
-42,937,87 -188,02,05
-13,477,72 -59,020,23
2007 238.41
148,30 -66,784,79
-23,846,92 -20,963,00
-7,485,28 2008
289.88 94,40
-156,861,45 -90,076,65
-49,237,06 -28,274,06
2009 310.08
73,94 -169,720,10
-12,858,65 -53,273,25
-4,036,18
Rata-rata
192.31 296,51
102,788,15 -11,314,67
322,64 -3,551,55
Sumber: Hasil Analisis Data, 2014
Tabel 19 menunjukkan perubahan nilai depresiasi sumberdaya ikan layang tahun 1995 hingga 2009 dengan tingkat market discount rate sebesar 18 persen.
terlihat depresiasi terjadi pada tahun 1997, 2006, 2007, 2008 dan 2009 sedangkan tahun 1995, 1996, 1998 sampai 2005 menunjukkan kondisi perbaikan recovery.
Hasil estimasi rata-rata PVR sebesar Rp.322,64 juta. Perhitungan nilai depresiasi sumberdaya ikan layang dengan menggunakan market discount rate sebesar 18
persen dibandingkan dengan discount rate yang konservatif sebesar 5,65 persen menghasilkan nilai present value of rent yang lebih tinggi dengan rata-rata PVR
sebesar Rp.102,788,15 milyar. Hasil analisis tersebut disajikan secara grafik pada Gambar 18 dan 19 yang
menunjukkan hubungan rente ekonomi lestari terhadap depresiasi, semakin kecil tingkat PVR lestari maka semakin tinggi nilai depresiasi. Nilai PVR lestari yang
tinggi menggambarkan tingkat produksi lestari yang tinggi artinya sumberdaya ikan layang tetap lestari.
-300000 -200000
-100000 100000
200000 300000
-300000 -200000
-100000 100000
200000
m il
ya r
R P
N il
ai D
epr es
ia si
05, 65
Ni la
i P
VR 05,
65 m
il y
ar R
P
Tahun
PV Rent 05.65 Depresiasi 05.65
-100000 -50000
50000 100000
-80000 -60000
-40000 -20000
20000 40000
60000
m il
y ar
R P
Ni la
i De
pr es
ia si
18 Ni
la i
P VR
18 m
il y
ar R
P
Tahun
PV Rent 18 Depresiasi 18
Gambar 18. PVR Lestari dan Depresiasi Sumberdaya Ikan Layang discount rate 5,65
Gambar 19. PVR Lestari dan Depresiasi Sumberdaya Ikan Layang discount rate 18
Secara teori jumlah input yang dibutuhkan untuk menghasilkan tangkapan optimal dicapai dengan pada kondisi discount rate yang lebih rendah relatif lebih
sedikit dibandingkan dengan discount rate yag lebih tinggi. Dengan demikian secara alami dapat meningkatkan tangkapan optimal dari sumberdaya ikan
sehingga kondisi discout rate yang lebih rendah konservatif dapat menghasilkan tangkapan optimal dan biomass optimal yang lebih tinggi dibandingkan dengan
menggunakan discout rate yang lebih tinggi ekstraktif.
6.5 Pemanfaatan Optimal Sumberdaya Ikan Layang
6.5.1 Optimasi Statik Pemanfaatan Ikan Layang
Analisis optimal sumberdaya ikan layang pada penelitian ini menggunakan pendekatan optimal statik dan dinamik. Sebagai pembanding dan juga untuk
memperkaya khasanah pada penelitian penelitian ini, maka dilakukan perhitungan nilai optimal terhadap sumberdaya ikan layang di Perairan Kota Ambon dengan
menggunakan pendekatan surplus produksi Maximum Sustainable Yield MSY
dan pendekatan statik Maximum Economic Yield MEY serta akses terbuka, hasil perhitungan tersebut disajikan pada Tabel 20 berikut:
Tabel 20. Optimasi Statik Sumberdaya Ikan Layang Model
Biomassa x ton
Produksi h ton
Effort E trip
Π juta Rp
Sole Owner MEY 1.418,03
241,11 24.564
10.789,63 Open Acces
480,99 163,57
49.128 0,00
MSY 1.177,53
251,60 30.868
10.078,92 Aktual
- 317,58
192.318 21.855,01
Sumber: Hasil Analisis Data, 2014
Tabel 20 menunjukkan sumberdaya ikan layang memiliki biomass pada kondisi pengelolaan MEY, OA dan MSY berturut-turut adalah 1.418,03; 480,99;
1.177,53 ton per tahun. Tingkat produksi h tertinggi terjadi pada kondisi MSY sebesar 251,60 ton per tahun, tingkat upaya effort optimal tertinggi pada kondisi
OA sebesar 49.128 trip per tahun serta tingkat rente ekonomi pada kondisi pengelolaan MEY mencapai Rp.10.789,63 juta. Tingkat produksi aktual h
sumberdaya ikan layang di Perairan Kota Ambon pada tahun 1995 hingga tahun 2009 sebesar 317,58 ton per tahun, lebih besar dibandingkan dengan produksi h
optimal sebesar 241,11 ton per tahun serta kondisi pengelolaan OA sebesar 49.128 trip per tahun. Effort aktual sumberdaya ikan layang selama periode tahun
1995 hingga 2009 menunjukkan rata-rata effort sebesar 192.318 trip per tahun lebih besar dibandingkan dengan effort optimal sebesar 24.564 trip per tahun,
kemudian kondisi pengelolaan MSY sebesar 30.868 trip per tahun dan kondisi OA sebesar 49.128 trip. Analisis data tersebut disajikan pada Lampiran 10. Perbedaan
jumlah selisih ini menjelaskan menurunnya effort dan berkurangnya hasil tangkapan sumberdaya ikan layang, sehingga dalam operasi penangkapan ikan
layang total biaya yang dikeluarkan ekan lebih besar dan tidak akan sebanding dengan hasil tangkapan yang diperoleh.