Nilai Depresiasi Sumberdaya Ikan Layang di Perairan Kota Ambon

media dengan penggunaan discount rate dari World Bank 8 persen, 10 persen, 12 persen, 15 persen, 18 persen disajikan pada Lampiran 9 Lanjutan 1. Tabel 21 menunjukkan perbandingan tingkat produksi dengan optimasi dinamik lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi aktual begitu juga dengan rente ekonomi, sedangkan untuk tingkat upaya effort menunjukkan effort yang dilakukan pada optimasi dinamik lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi aktual. Tabel 21. Optimasi Dinamik Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Layang di Perairan Kota Ambon Parameter δ = 8 δ = 10 δ = 1β δ = 15 δ = 18 Aktual Biomas x ton 1.417,00 1.255,98 1.228,06 1.188,74 1.152,32 Produksi h ton 241,20 250,49 251,14 251,58 251,49 317,58 Effort E trip 24.590,86 28.811,87 29.543,70 30.574,43 31.529,06 192.318 Rente Ekonomi π juta Rp 19.067,00 10.981,00 9.129,00 7.257,00 5.994,00 21.855,01 Sumber: Hasil Analisis Data, 2014 Hasil ini terlihat bahwa dalam pemanfaatan sumberdaya ikan layang di Perairan Kota Ambon, telah terjadi tangkap lebih secara biologi dan ekonomi.

6.6 Analisis Dinamis Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Layang

6.6.1 Cousal Loop

Unsur sebab maupun akibat harus merujuk pada keadaan yang terukur, baik secara kualitatif untuk keadaan yang dirasakan perceived maupun secara kuantitatif untuk keadaan nyata aktual. Dalam penelitian ini diagram causal loops dapat dilihat pada Gambar 21 berikut: Gambar 21. Causal Loop diagram Pengelolaan Sumberdaya Ikan Layang Diagram causal loops dalam penelitian ini diterjemahkan sebagai diagram input-output. Diagram kausal merupakan penggambaran dari keberlanjutan stok ikan layang pertumbuhan kematian + + - + hasil tangkapan - + pendapatan daerah pendapatan nelayan usaha tangkap alat tangkap modal + + + + + + + pengelolaan sumberdaya ikan layang serta berbagai komponen yang saling terkait dengan basis pada kesejahteraan tercapai ketika nelayan memperoleh rente ekonomi maksimum. Rente ekonomi nelayan meningkat ketika pendapatan yang diperoleh meningkat dengan interaksi hubungan sebab akibatanatara komponen system dalam mencapai tujuan. Kondisi perairan yang baik dapat meningkatkan stok dan biomass sumberdaya ikan layang, hasil produksi dan CPUE sumberdaya tersebut. Hal tersbut dapat juga meningkatkan rente ekonomi sehingga kesejahteraan nelayan akan meningkat, maka keberlanjutan ekonomi nelayan dapat tercapai.

6.6.2 Model Total

Selanjutnya dilakukan pemodelan dalam bentuk uraian, gambar atau rumus. Dalam model dapat dikelompokan menjadi model kuantitatif dan kualitatif. Model kualitatif yaitu model dalm bentuk rumus matematik, statistik, atau formula komputerisasi. Sementara model kualitatif yaitu model yang berbentuk gambar diagram atau matriks yang menyatakan hubungan antar unsur. Simulasi dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak sebagai analisis dalam mengkaji kebijakan pengelolaan perikanan tangkap yang berpengaruh terhadap pendapatan dan kesejahteraan nelayan. Model pengelolaan perikanan tangkap yang saling terkait yaitu Sub model biomass, sub model upaya tangkap yang disajikan pada Lampiran 11 . Gambar 22 menunjukkan sub model biomass yang disusun berdasarkan laju biomasa yang merupakan hubungan antara tingkat biomass dengan parameter pertumbuhan intrinsik r, daya dukung lingkungan K dan koefisien tangkapan q. Bertujuan agar sumberdaya ikan layang dapat tersedia secara terus-menerus. Biomass sumberdaya merupakan salah satu aspek penting dalam keberlanjutan ekologi. Potensi sumberdaya ikan dipengaruhi oleh sifat sumberdaya yang open acces, bermigrasi dan relatif sulit dikelola sebagaimana sumberdaya yang dapat dibudidayakan Sparre dan Venema, 1993. Tingkat eksploitasi yang berlebihan dapat menyebabkan sumberdaya mengalami degradasi stok dan overfishing dan apabila hal tersebut terjadi maka sumberdaya tersebut dapat habis. Ketersediaan biomass di perairan muncul sebagai indikator untuk mengukur kesejahteraan nelayan dapat mengindikasikan apakah aktivitas penangkapan ikan masih dapat memberikan rente ekonomi maksimum. Dengan demikian, kesejahteraan pada dimensi ini akan sangat berpengaruh pada hasil produksi dan rente ekonomi yang dicapai. Gambar 22. Sub Model Biomass Ikan Layang Gambar 23. Sub Model Effort Ikan Layang Gambar 23 menunjukkan sub model upaya tangkap yang disusun berdasarkan laju tangkapan dan jumlah effort unit yang dipengaruhi oleh koefisien tangkap q, sementara laju tangkapan ditentukan oleh CPUE. Dari kedua sub model tersebut kemudian digabungkan menjadi satu model, dimana tujuannya agar dapat dilihat secara langsung keterkaitan antara kedua sub model tersebut, dan dapat diketahui keterkaitan antara satu variabel dengan variabel yang Biom as s a B Laju Biom as s a ~ Pert um buhan I nt rins ik r D ay a D uk ung Lingk ungan K R as io Biom as s a Pert um buhan I nt rins ik Kem at ian Alam i Ef f ort E Laju Tangk apan Koef is ien Tangk apan Perubahan Ef is iens i Tangk apan C Kem at ian ~ Sub Model Biom as s a U nit Tangk ap Laju Ef f ort Laju Ef f ort t et ap dam pak penam bahan Ef f ort t erhadap C PU E Tabel R as io C PU E C PU E N orm al C PU E Tangk apan Perubahan Tangk apan Koef is ien t angk apan q Ef is iens i Ef f ort R at a rat a Ef f ort Sub Model Ef f ort