13
10. Memelihara iklim mikro Evapotranspirasi dari tanaman mangrove mampu menjaga kelembaban dan
curah hujan kawasan tersebut sehingga keseimbangan iklim mikro terjaga. 11. Penyerapan karbon
Proses fotosentesis mengubah karbon anorganik C0
2
menjadi karbon organik dalam bentuk bahan vegetasi seperti kayu dan daun. Pada sebagian
besar ekosistem, bahan vegetasi yang sudah mati akan membusuk dan melepaskan karbon kembali ke atmosfer sebagai C0
2,
namun tidak demikian dengan mangrove, serasah dari hasil pembusukan akan tersimpan didalam
substrat tidak lepas ke atmosfir sehingga ekosistem mangrove lebih berfungsi sebagai penyerap karbon dibandingkan dengan sumber karbon.
12. Penyokong kelangsungan sumberdaya perikanan Sumber makanan utama bagi organisme air di daerah mangrove adalah
partikel bahan organik atau detritus yang dihasilkan dari dekomposisi serasah mangrove. Fauna akuatik yang memanfaatkan detritus seperti
moluska, kepiting dan cacing selanjutnya akan dikonsumsi oleh konsumen tingkat dua yang biasanya didominasi oleh ikan-ikan buas berukuran kecil.
Ikan-ikan kecil tersebut selanjutnya akan dikonsumsi konsumen tingkat tiga dan seterusnya. Singkatnya, hutan mangrove berperan penting dalam
menyediakan habitat bagi aneka ragam jenis-jenis komoditi penting perikanan baik dalam keseluruhan maupun sebagian dari siklus hidupnya.
13. Penghasil keperluan rumah tangga Kayu mangrove dimanfaatkan sebagai kayu bakar, arang, bahan bangunan,
bahan makanan dan obat-obatan tradisional. 14. Penghasil keperluan industri
Mangrove dimanfaatkan sebagai bahan baku kertas, tekstil, kosmetik, penyamak kulit dan pewarna
14
2.2 Kawasan Konservasi dan Fungsinya
International Union for Conservation of Nature and Natural Resources IUCN 1994 mendefinisikan kawasan dilindungi proected area adalah suatu
areal, baik darat dan atau laut yang secara khusus diperuntukan bagi perlindungan dan pemeliharaan keanekaragaman hayati dan budaya dan dikelola melalui upaya-
upaya legal atau suatu upaya yang efektif. Terdapat lebih dari 140 kategori kawasan konservasi yang dipakai di berbagai negara sehingga terdapat kesulitan
dalam mengkomunikasikannya dari satu negara ke negara lain. Berdasarkan hasil proses diskusi yang panjang, sejak diperkenalkannya definisi Taman Nasional
National Park pada tahun 1969, IUCN berhasil mengelompokkan kawasan konservasi menjadi enam kategori seperti disajikan pada Tabel 1 dan lebih lanjut,
pengkategorian tersebut dikaji kembali dalam konvensi IUCN pada tahun 1994.
Tabel 1 Kategori kawasan konservasi dan status perlindungan
Kategori Status perlindungan
I. Strict Nature ReserveWilderness Area,
Ia = strict nature reserva; Ib = wilderness area II.
National Park III.
Natural Monument IV.
HabitatSpesies Management Area V.
Protected LandscapeSeascape VI.
Managed Resource Protected Area
Sumber : IUCN 1994
Kategori I
Suatu area baik daratan maupun laut memiliki atau mewakili beberapa tipe ekosistem, karakteristik geologi, fisiologis dan atau keberadaan suatu spesies
utama yang dapat digunakan untuk penelitian dan atau pemantauan lingkungan. Karakteristik keaslian wilayah yang dimaksud tidak dimodifikasi atau dapat
dimodifikasi sedikit namun mempertahankan karakter keasliannya dan modifikasi yang dilakukan tidak megaggu proses kehidupan alami di dalamnya.
Kategori II
Sebuah wilayah alami baik berupa daratan dan atau laut yang ditetapkan untuk a melindungi integritas ekologi satu atau lebih jenis ekosistem untuk
generasi sekarang dan mendatang; b menghentikan eksploitasi atau pengalihfungsian lahan, dan c memberikan fasilitasi akses bagi kegiatan
spiritual, ilmiah, pendidikan, rekreasi yang berwawasan lingkungan.
15
Kategori III
Suatu daerah yang memiliki satu atau lebih komponen alam atau budaya yang khas dan unik tertentu, memiliki nilai kelangkaan atau estetika kualitas atau
signifikansi budaya.
Kategori IV
Suatu area berupa daratan dan atau laut yang mmeperbolehkan adanya intervensi pengelolaan aktif untuk tujuan pemeliharaan habitat dan atau untuk
memenuhi persyaratan kondisi habitat bagi suatu spesies tertentu.
Kategori V
Suatu wilayah pesisir pantai dan laut, di mana interaksi antara manusia dan alam dari waktu ke waktu telah menghasilkan suatu keunikan secara estetika
tertentu mencakup nilai ekologi dan budaya dan juga terkadang suatu estetika yan berkaitan dengan pemeliharaan keanekaragaman hayati.
Kategori VI
Suatu area yang mayoritas wilayahnya masih alami tidak dimodifikasi untuk
memastikan perlindungan
jangka panjang
dan pemeliharaan
keanekaragaman hayati dan pada saat yang bersamaan juga dapat menyediakan produk-produk alam dan jasa lingkungan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Pengelompokan kategori kawasan berdasarkan tujuan pengelolaan masing-masing kawasan bisa dijelaskan pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2 Kategori kawasan konservasi berdasarkan tujuan pengelolaan
Tujuan Pengelolaan Kategori Kawasan
Ia Ib
II III
IV V
VI
Penelitian ilmiah 1
3 2
2 2
2 3
Perlindungan satwa liar 2
1 2
3 3
- 2
Pemeliharaan keanekaragaman spesies dan genetik 1
2 1
1 1
2 1
Pemeliharaan jasa lingkungan 2
1 1
- 1
2 1
Perlindungan sumberdaya alam spesifik dan perkembangan budaya
- -
2 1
3 1
3
Wisata dan rekreasi -
- -
1 3
1 3
Pendidikan -
- -
2 2
2 3
Kelestarian sumberdaya alam dalam sistem alami -
- -
- 2
2 1
Memelihara sifat tradisional -
- -
- -
1 2
Keterangan: 1 = tujuan primer
2 = tujuan sekunder 3 = berpotensi menjadi sebuah tujuan dan
- = tidak relevan
16
I stilah ”kawasan konservasi” yang digunakan dalam tulisan ini merujuk
pada “kawasan pelestarian alam” yang tercantum dalam Undang-undang No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan
Undang-undang No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. Berdasarkan Undang- undang tersebut dapat dibuat batasan bahwa kawasan konservasi adalah kawasan
yang ditetapkan oleh pemerintah untuk memelihara proses alami antara unsur hayati dan non hayati yang merupakan sistem penyangga kehidupan.
Kawasan konservasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: 1 kawasan pelestarian alam dan 2 kawasan suaka alam. Secara detail pembagian tersebut
berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 bisa dijelaskan sebagai berikut.
1. Kawasan Suaka Alam, merupakan kawasan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman
tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. Kawasan suaka alam ada dua macam
yaitu 1 Cagar Alam dan 2 Suaka Margasatwa yang biasanya lebih ditujukan untuk perlindungan satwa.
2. Kawasan Pelestarian Alam, merupakan kawasan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan,
pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Kawasan
pelestarian alam ada tiga macam yaitu: 1 Taman Nasional; 2 Taman Hutan Raya; dan 3 Taman Wisata Alam.
Ketentuan mengenai kawasan konservasi cukup detil dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990, tetapi beberapa peraturan perundang-
undangan lain membuat klasifikasi atau istilah yang berbeda. Hal tersebut misalnya terlihat dalam Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 yang
menggunakan istilah ”kawasan lindung” dan membaginya dalam 4 jenis yaitu: 1 Kawasan yang memberikan perlindungan di bawahnya; 2 Kawasan
perlindungan setempat; 3 Kawasan rawan bencana alam; dan 4 Kawasan suaka alam dan cagar budaya. Undang-Undang No 41 tahun 1999 menggunakan istilah