Nilai Penting Cagar Alam Pulau Dua
48
Sejarah kerusakan hutan mangrove di Kelurahan Sawah Luhur diawali konversi lahan secara besar-besaran menjadi tambak udang pada awal tahun 1990-
an. Hal ini merupakan bagian dari euphoria pembangunan tambak udang yang terjadi hampir di seluruh pesisir utara Jawa. Di Kelurahan Sawah Luhur sendiri
sampai dengan tahun 2001 masih beroperasi tiga perusahaan budidaya udang windu secara intensif. Serangan virus white spot secara besar-besaran serta faktor
keamanan saat panen menjadi penyebab utama terhentinya industri budidaya udang windu tersebut. Saat ini sebagian besar tambak udang yang ada di
Kelurahan Sawah Luhur dimanfaatkan untuk budidaya bandeng, karena bandeng lebih toleran terhadap kondisi perubahan kualitas air dan modal yang dibutuhkan
lebih kecil dibandingkan usaha budidaya udang. Konversi ekosistem mangrove manjadi tambak telah merubah profil serta
kondisi vegetasi pesisir Kelurahan Sawah Luhur. Pada umumnya mangrove yang tersisa hanya di CAPD dan beberapa koloni kecil di zona depan areal
pertambakan yang berbatasan dengan jalan raya. Berdasarkan informasi penduduk setempat beberapa tahun setelah konversi hutan mangrove menjadi
tambak terjadi suksesi alami, yaitu tumbuhnya bibit mangrove baru di dalam petakan tambak, khususnya jenis Api-api. Namun demikian petambak merasa
terganggu dengan kehadiran permudaan alami mangrove tersebut karena dianggap dapat mengurangi luasan area budidaya dan menyulitkan saat pemanenan ikan.
Pengamatan vegetasi di bagian barat CAPD yang dilakukan pada bulan Oktober 2009 dan teridentifikasi bahwa pada pesisir Kelurahan Sawah Luhur
setidaknya terdapat empat 4 tipeformasi vegetasi yaitu 1 Mangrove alami; 2 Mangrove kagiatan rehabiltasi, 3 Vegetasi areal pertambakan mangrove dan
tanaman pantai; dan 4 Vegetasi di sekitar desa. Ilustrasi kondisi vegetasi di Kelurahan Sawah Luhur sebelum dan sesudah konversi menjadi pertambakan
berdasarkan hasil pengamatan langsung dilapangan, analisis substart dan wawancara penduduk disajikan pada Gambar 16.
Formasi vegetasi di pesisir Kelurahan Sawah Luhur bagian terdepan dalam gambar bawah diberikan notasi B berbatasan langsung dengan CAPD atau
dibagian utara yang sebagian besar jenis substratnya merupakan pantai lumpur berpasir adalah formasi mangrove yang didominasi oleh jenis api-api Avicennia
49
marina. Jenis mangrove ini tumbuh subur dengan kerapatan tinggi, dalam plot 10m x 10m dijumpai 53 tegakan jenis Api-api. Jenis mangrove lainnya sangat
jarang dijumpai di zona depan, hanya beberapa batang Ceriops decandra dan Rhizophora stylosa yang dijumpai di tengah-tengah dominasi api-api.
Keterangan: A
: Formasi mangrove alami B
: Areal rehabilitasi
Gambar 16 Ilustrasi kondisi vegetasi di Kelurahan Sawah Luhur sebelum atas
dan sesudah konversi lahan menjadi tambak bawah Zona di belakang zona B memiliki substrat lebih cenderung berlumpur
dimana kandungan pasir menurun dratis. Pada zona ini zona A, keanekaragaman jenis mengrove meningkat, mengikuti penuruan domiasi api-api.
Beberapa jenis mangrove yang dijumpai di lapangan antara lain Api-api Avicennia marina, Rhizophora stylosa, Rhizophora apiculata, Rhizophora
mucronata, Bruguiera parvifolia, Bruguiera spp, Ceriops decandra, Rhizophora spp. dan lain-lain.
Vegetasi di sekitar tambak
Vegetasi disekitar tambak dinotasikan dengan zona C. Tipe vegetasi ini mengacu pada seluruh jenis tumbuhan yang dijumpai di areal pertambakan baik di
dalam maupun di pematang tambak. Beberapa jenis tumbuhan yang umum dijumpai di dalam tambak antara lain Api-api Avicennia marina, Rhizophora
stylosa, Rhizophora mucronata. Pada beberapa tambak terdapat tegakan Api-api
1,2 km
900m
C : Vegetasi disekitar tambak
D : Vegetasi disekitar desa