Aksesibilitas dan Transportasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

47

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identifikasi Potensi, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

Deskripsi potensi, peluang dan ancaman yang akan dibahas terkait dengan topik penelitian meliputi aspek ekologi dan sosial ekonomi.

5.1.1 Potensi a. Profil vegetasi di kawasan CAPD dan Kelurahan Sawah Luhur

Sebagian besar tipologi pesisir Kelurahan Sawah Luhur merupakan pantai lumpur, lumpur berpasir dan pantai berpasir. Berdasarkan sisa-sisa vegetasi yang dijumpai di lokasi kajian dan informasi masyarakat setempat diketahui bahwa mulai dari Kelurahan Sawah Luhur ke arah barat sampai dengan Pelabuhan Karang Hantu merupakan ekosistem mangrove yang bervegetasi cukup rapat dari jenis Api-api Avicennia marina, Aviceniaa spp, Bakau Rhizophora stylosa, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, tengal Ceriops decandra, Bruguiera spp, dan berembang Sonneratia spp. Total jenis tumbuhan yang ditemui di CAPD dan areal tambak sekitarnya adalah 85 jenis dengan jenis yang dominan adalah api-api Avicennia marina, bakau Rhizopora apiculata, dan kayu hitam Diospyros maritime Noor 2001 Sebaran jenis vegetasi dominan di CAPD disajikan pada Gambar 15. Gambar 15 Sebaran vegetasi dominan di CAPD 48 Sejarah kerusakan hutan mangrove di Kelurahan Sawah Luhur diawali konversi lahan secara besar-besaran menjadi tambak udang pada awal tahun 1990- an. Hal ini merupakan bagian dari euphoria pembangunan tambak udang yang terjadi hampir di seluruh pesisir utara Jawa. Di Kelurahan Sawah Luhur sendiri sampai dengan tahun 2001 masih beroperasi tiga perusahaan budidaya udang windu secara intensif. Serangan virus white spot secara besar-besaran serta faktor keamanan saat panen menjadi penyebab utama terhentinya industri budidaya udang windu tersebut. Saat ini sebagian besar tambak udang yang ada di Kelurahan Sawah Luhur dimanfaatkan untuk budidaya bandeng, karena bandeng lebih toleran terhadap kondisi perubahan kualitas air dan modal yang dibutuhkan lebih kecil dibandingkan usaha budidaya udang. Konversi ekosistem mangrove manjadi tambak telah merubah profil serta kondisi vegetasi pesisir Kelurahan Sawah Luhur. Pada umumnya mangrove yang tersisa hanya di CAPD dan beberapa koloni kecil di zona depan areal pertambakan yang berbatasan dengan jalan raya. Berdasarkan informasi penduduk setempat beberapa tahun setelah konversi hutan mangrove menjadi tambak terjadi suksesi alami, yaitu tumbuhnya bibit mangrove baru di dalam petakan tambak, khususnya jenis Api-api. Namun demikian petambak merasa terganggu dengan kehadiran permudaan alami mangrove tersebut karena dianggap dapat mengurangi luasan area budidaya dan menyulitkan saat pemanenan ikan. Pengamatan vegetasi di bagian barat CAPD yang dilakukan pada bulan Oktober 2009 dan teridentifikasi bahwa pada pesisir Kelurahan Sawah Luhur setidaknya terdapat empat 4 tipeformasi vegetasi yaitu 1 Mangrove alami; 2 Mangrove kagiatan rehabiltasi, 3 Vegetasi areal pertambakan mangrove dan tanaman pantai; dan 4 Vegetasi di sekitar desa. Ilustrasi kondisi vegetasi di Kelurahan Sawah Luhur sebelum dan sesudah konversi menjadi pertambakan berdasarkan hasil pengamatan langsung dilapangan, analisis substart dan wawancara penduduk disajikan pada Gambar 16. Formasi vegetasi di pesisir Kelurahan Sawah Luhur bagian terdepan dalam gambar bawah diberikan notasi B berbatasan langsung dengan CAPD atau dibagian utara yang sebagian besar jenis substratnya merupakan pantai lumpur berpasir adalah formasi mangrove yang didominasi oleh jenis api-api Avicennia