26
Pada penelitian ini definisi perubahan iklim yang digunakan mengacu pada Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI 2007 yaitu perubahan variabilitas
unsur iklim dalam kurun waktu panjang lima puluh hingga seratus tahun yang disebabkan oleh aktivitas antropogenik. Apabila dalam periode waktu yang
panjang lima puluh hingga seratus tahun terlihat adanya kecenderungan perubahan nilai dari unsur iklim seperti suhu udara, curah hujan dari waktu ke
waktu dengan fluktuasi yang semakin membesar atau kejadian anomali iklim semakin sering jika dibanding periode waktu sebelumnya, maka dapat dikatakan
bahwa perubahan iklim sudah terjadi sebagaiamana diilustrasikan pada Gambar 4.
Gambar 4 Ilustrasi perubahan iklim yang ditunjukkan oleh perubahan rata-rata dan keragaman suhu dari dua periode waktu yang panjang
Sumber : Diposaptono et al. 2009
Salah satu unsur iklim yang berfungsi sebagai pengendali cuaca adalah suhu udara. Fakta menunjukkan temperatur udara rata-rata pada tahun 1850 jauh
berubah jika dibandingkan dengan situasi saat ini. Bolin et al. 1986 in Diposaptono 2009 menunjukkan perubahan suhu udara antara tahun 1900
sampai dengan 1940, telah terjadi terjadi kenaikan suhu udara, walaupun pada tahun 1940 sampai dengan 1970 pernah mengalami penurunan dan kemudian naik
lagi. Model yang dikembangkan IPCC untuk menduga anomali suhu setelah tahun 2000 dikembangkan dengan memasukkan faktor tekanan alam dan aktivitas
manusia antropogenik sebagaiamana ditunjukkan pada Gambar 5.
27
Gambar 5 Variasi perbedaan suhu rata-rata permukaan bumi Sumber : IPCC 2007
Menurut UNESCO 1992 in Diposaptono et al. 2009, kenaikan suhu udara rata-rata dipicu semakin tingginya konsentrasi GRK di atmosfer diantaranya
adalah karbon dioksida CO
2
. Hasil penilitian UNESCO, 1992 menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara konsentrasi CO
2
di udara dengan suhu udara. Semakin tiggi konsentrasi CO
2
di atmosfer kian tinggi pula suhu udara rata-rata sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 6.
Gambar 6 Perubahan suhu udara dan konsetrasi GRK di udara selama 1000 tahun Sumber : http:www.acia.uaf.edu diunduh Januari 2011
28
2.4.2 Perubahan Iklim di Indonesia
Sebagaimana definisi dari perubahan iklim, berikut ini akan dijelaskan kondisi dari beberapa unsur iklim di Indonesia yang dapat dijadikan indikasi telah
terjadi perubahan iklim. a.
Perubahan Suhu
Hasil studi UNESCO 1992 in Diposaptono et al. 2009 di beberapa kota pesisir di Indonesia, mendapatkan bahwa Indonesia tidak luput dari perubahan
iklim. Hasil studi menunjukkan bahwa suhu udara di Jakarta dan Semarang terus mengalami kenaikan tajam sejak tahun 1865. Pada tahun 1865 rata-rata suhu
udara bulanan di dua kota tersebut adalah 25,7
o
C. Namun pada tahun 2000 suhu rata-rata udara bulanan mencapai 27,5
o
C. Dalam waktu sekitar 135 tahun terdapat kenaikan suhu rata-rata bulanan sebesar 2
o
C. Hasil kajian tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian dari NOAA 2008 yang mengkaji data kenaikan
suhu permukaan air laut di berbagai wilayah Indonesia sejak tahun 1950 sampai dengan tahun 2005.
Gambar 7 Kecenderungan kenaikan suhu udara di Jakarta dan Semarang Sumber : UNESCO 1992 in Diposaptono et al. 2009
29
b. Perubahan Curah Hujan
Selain kenaikan suhu permukaan bumi, indikator lainnya dalam perubahan iklim adalah perubahan pola curah hujan. Namun demikian secara global data
curah hujan tidak terdokumentasi dengan baik sehingga publikasi ilmiah mengenai tren perubahan curah hujan dunia tidak dapat ditampilkan pada Bab ini.
Naylor et al. 2006 in Diposaptono et al. 2009 mengemukakan bahwa perubahan iklim mengakibatkan perubahan pola curah hujan. Perubahan tersebut
ditandai dengan terlambatnya awal musim hujan. Sedangkan akhir musim hujan terjadi lebih cepat. Di sisi lain, walaupun musim hujan itu berlangsung singkat
namun memiliki intensitas curah hujan yang tinggi. Dengan demikian pendeknya periode musim hujan membuat periode musim kemarau lebih panjang. Hal ini
terutama terjadi di kawasan selatan khatulistiwa.
Gambar 8 Perubahan pola curah hujan sebagai indikator perubahan iklim Sumber : Naylor et al.2006 in Diposaptono et al. 2009
Informasi dari BMG Serang 2010 menyebutkan bahwa pada tahun 2010 terdapat anomali curah hujan di daerah Pantai Utara Banten. Curah hujan
semakin tinggi namun lamanya musim penghujan semakin pendek dan lama musim kemarau semakin panjang.
30
c. Kenaikan Muka Laut dan Pemunduran Garis Pantai
Indikator perubahan iklim lainnya adalah kenaikan muka laut. Walaupun masih menjadi perdebatan antara ilmuwan mengenai penyebab kenaikan muka
laut, namun demikian disepakati bahwa perubahan iklim dapat menyebabkan kenaikan paras muka laut secara eustasis melalui pemuaian massa air karena suhu
permukaan laut yang meningkat serta mencairnya es di kutub. Kenaikan paras muka laut yang bersifat lokal dapat disebabkan oleh lima faktor berikut.
1. Penurunan kerak bumi crustal subsidence atau naiknya permukaan tanah
akibat aktivitas tektonik neotectonic. Contoh gempa dasar laut yang terjadi di Pulau Simeulue, Pulau Nias dan Mentawai mengakibatkan dasar
laut menjadi naik, sehingga seolah-olah air laut menjadi dangkal penurunan muka laut.
2. Penurunan seismik permukaan tanah akibat adanya gempa bumi. Contoh
terjadi di Pantai Barat NAD, yang mengalami pemurunan permukaan tanah akibat gempa bumi 26 Desember 2004. Tanah yang turun menyebabkan
seolah-olah muka air laut naik. 3.
Penurunan yang terjadi secara alami akibat adanya konsolidasi atau pemampatan tanah yang masih labil atau sedimen lunak di bawah
permukaan. Contoh di pantai utara Jawa seperti di DKI Jakarta dan Semarang, tanahnya turun land subsidence maka seolah-olah air laut naik.
4. Penurunan tanah akibat aktivitas manusia seperti beban bangunan,
pengambilan air tanah berlebihan serta ekstasi minyak dan gas bumi. Contoh terjadi di Jakarta. Karena adanya struktur bangunan dan
pengambilan air tanah yang berlebihan mangakibatkan tanah turun tidak kuat menaggung beban bangunan sehingga solah-olah air laut naik.
5. Variasi yang disebabkan fluktuasi iklim sebagai konsekuensi faktor
samudera seperti La Nina. Diduga La Nina akan membawa aliran masa air ke wilayah Indonesia. Aliran air hangat menyebabkan pemuaian air laut dan
juga dengan barasosiasi dengan tekanan rendah menyebabkan mudahnya proses penguapan atau konveksi. Namun demikian faktor La Nina ini
masih membutuhkan kajian lebih lanjut.