penggilingan padi 29”, sektor “industri tekstil, pakaian dan kulit 36”, sektor “pengilangan minyak bumi 41” dan sektor “industri mesin dan alat perlengkapan
listrik 48 ”. Sedangkan sektor “industri kimia 40” memiliki kontribusi yang
terus meningkat. Sektor-sektor sekunder yang memiliki output relatif besar merupakan sektor yang memanfaatkan output sektor primer sebagai input pada
proses produksinya. Sektor-sektor tersebut juga merupakan penghasil barang- barang konsumsi akhir yang sangat dibutuhkan untuk memenuhi permintaan akhir
domestik. Strategi industrialisasi yang bertujuan mengurangi impor barang konsumsi substitusi impor menjadi salah satu faktor penyebab tingginya output
sektor-sektor sekunder Kuncoro 2007. Sektor “perdagangan 53” masih mendominasi kontribusi sektor-sektor
tersier diikuti sektor “hotel dan restoran 54” yang relatif stabil. Kontribusi sektor-sektor tersier yang lain relatif merata dengan fluktuasi yang sangat kecil
antar periode pengamatan. Perubahan peringkat pangsa output sektoral sebagaimana terlihat pada Lampiran 58-60 menunjukkan kecenderungan
menurunnya peran sektor primer dan semakin meningkatnya peranan sektor tersier. Sementara peranan sektor sekunder mengalami pasang surut, bahkan
cenderung menurun yang mengindikasikan adanya proses deindustrialisasi. Peranan sektor tersier dalam perekonomian akan semakin meningkat
seiring kemajuan perekonomian suatu negara, namun kekuatan sektor primer menjadi landasan memuluskan proses industrialisasi. Fakta empiris menunjukkan
bahwa tidak ada satu negarapun dapat mencapai fase ekonomi maju developed countries tanpa diawali fase tinggal landas take-off sektor pertanian, dan tidak
ada satu negarapun dapat mencapai kemakmuran ekonomi jika masih didominasi oleh sektor pertanian.
4.2.1.3. Komposisi Permintaan Agregat
Sektor-sektor yang memiliki permintaan antara intermediate demand lebih besar daripada permintaan akhir final demand menunjukkan sektor
tersebut berperan penting dalam transaksi produksi, artinya keluaran output sektor tersebut dominan digunakan oleh sektor lainnya sebagai input dalam proses
produksi lanjutan. Sebaliknya sektor yang memiliki permintaan akhir lebih besar
daripada permintaan antara menunjukkan output sektor tersebut lebih dominan dikonsumsi secara langsung.
Tabel pada Lampiran 16 memperlihatkan bahwa sebagian besar sektor primer lebih didominasi oleh permintaan antara daripada permintaan akhir.
Keragaan ini menunjukkan adanya proses produksi lanjutan output sektor primer. Sektor dengan kecenderungan permintaan antara yang terus meningkat antara lain
sektor “jagung 3”, “sayur dan buah 5”, “tanaman perkebunan lain 16” dan “pemotongan hewan 19”. Hal ini seiring dengan berkembangnya industri yang
mengolah hasil pertanian dan mengindikasikan semakin pentingnya peran agroindustri dalam perekonomian.
Sebagian besar sektor sekunder menunjukkan komponen permintaan akhir yang lebih besar daripada permintaan antara, terutama sektor industri hilir.
Sementara sektor industri hulu lebih didominasi permintaan antara. Hal ini dimungkinkan karena output sektor ini dimanfaatkan oleh sektor lain sebagai
masukan input. Sektor yang menunjukkan kecenderungan komposisi permintaan akhir yang teru
s meningkat adalah sektor “industri minuman 33”, “industri rokok 34” dan “industri tekstil, pakaian dan kulit 36”. Peningkatan ini
disebabkan oleh naiknya kontribusi permintaan ekspor yang menunjukkan semakin pentingnya peran sektor ini dalam perekonomian. Dapat dilihat bahwa
tidak terdapat sektor yang menunjukkan peningkatan komposisi permintaan akhir secara terus menerus, karena output sektor ini banyak digunakan sektor lain
sebagai input Lampiran 17. Sebagian besar output sektor tersier merupakan permintaan akhir dan tidak
banyak yang menjadi input bagi sektor lain. Namun demikian pangsa permintaan antara cenderung terus meningkat kecuali
sektor “angkutan kereta api 55” dan “komunikasi 60” sebagaimana terlihat pada Lampiran 18. Permintaan antara
yang semakin meningkat memperlihatkan peranan sektor tersier dalam pembentukan output sektor lain semakin besar sekaligus mengindikasikan bahwa
perekonomian mulai memasuki fase ekonomi maju developed countries. Perkembangan teknologi komunikasi dan moda transportasi meningkatkan
peranan sektor ini dalam memenuhi permintaan akhir domestik yang meningkat seiring pertumbuhan jumlah penduduk.
Selanjutnya dapat diamati komposisi permintaan akhir masing-masing sektor. Komposisi permintaan akhir secara umum lebih banyak didominasi oleh
konsumsi domestik daripada permintaan ekspor. Pada sektor primer sebagaimana terlihat pada Lampiran 19 sampai dengan tahun 2008
hanya sektor “kopi 12” dan “tanaman perkebunan lain 16” yang memiliki pangsa permintaan ekspor
lebih besar daripada permintaan domestik. Pada awal periode pengamatan terdapat beberapa sektor yang memiliki pangsa ekspor cukup besar namun terus
berkurang dari waktu kewaktu. Upaya mengurangi ekspor bahan mentah, terutama produk pertanian tercermin pada menurunnya pangsa ekspor produk
sektor primer. Hal ini juga mengindikasikan meningkatnya peran agroindustri dalam perekonomian.
“Industri minyak dan lemak 28” dan “industri logam dasar bukan besi 46” merupakan sektor sekunder yang lebih didominasi permintaan ekspor
sebagai akibat kelebihan produksi yang tidak terserap oleh permintaan domestik, sedangkan sebagian besar sektor sekunder yang lain lebih banyak memenuhi
permintaan domestik. Hal ini terlihat pada Lampiran 20 dengan kecenderungan permintaan e
kspor yang terus meningkat kecuali sektor “industri makanan lain 32” dan “industri barang karet dan plastik 42”. Permintaan ekspor sektor 32
yang terus menurun lebih disebabkan oleh meningkatnya konsumsi akhir produk tersebut, sedangkan penurunan ekspor sektor 42 lebih disebabkan oleh
meningkatnya permintaan terhadap output sektor tersebut yang berasal dari sektor lain yang menjadikannya sebagai input dalam proses produksi lanjutan.
Pada Lampiran 21 terlihat bahwa pangsa ekspor sektor tersier masih relatif kecil, dominasi permintaan domestik masih sangat tinggi. Volume ekspor jasa
masih jauh lebih kecil dibandingkan ekspor barang, hal ini lebih disebabkan karena masih rendahnya daya saing sektor jasa di pasar internasional. Tingginya
permintaan domestik beberapa sektor tersier bahkan masih harus dipenuhi oleh penyediaan yang berasal dari impor. Pangsa
ekspor sektor “angkutan air 57” yang mencapai 80 persen pada tahun 1971 terus menurun hingga tinggal 30
persen pada tahun 2008. Penurunan ini mungkin disebabkan perkembangan moda transportasi lain yang berhasil menggeser peranan sektor “angkutan air 57”.
Penawaran agregat agregat supply dalam sistem perekonomian terbuka dapat dibagi menjadi dua sumber yaitu penawaran yang berasal dari produksi
domestik dan impor. Sisi penawaran supply sektor primer masih dapat dipenuhi oleh produksi domestik. Sektor “tanaman bahan makanan lain 6” dan “hasil
tanaman serat 15” merupakan sektor yang masih sangat didominasi impor
dengan pangsa diatas 90 persen. “Tanaman kacang-kacangan 2” dan
“pertambangan minyak, gas dan panas bumi 25” memiliki kecenderungan impor yang terus meningkat Lampiran 22. Masih tingginya impor sektor primer
mengindikasikan rendahnya produktifitas sektor primer sehingga tidak mampu memenuhi permintaan domestik. Permintaan tersebut bahkan digunakan sebagai
input antara oleh beberapa sektor produksi sehingga biaya produksi sangat dipengaruhi oleh nilai tukar kurs mata uang rupiah. Krisis ekonomi yang
berdampak pada penurunan nilai tukar rupiah akhirnya membuat biaya produksi menjadi meningkat dan berimbas pada peningkatan harga output. Inflasi menjadi
tidak terkendali ketika harga barang-barang konsumsi sangat dipengaruhi oleh import content dalam proses produksinya.
Pangsa impor sektor sekunder rata-rata dibawah 40 persen kecuali sektor “industri dasar, besi dan baja 45” yang masih diatas 60 persen. Impor sektor
sekunder cenderung menurun kecuali sektor “industri pengilangan minyak 41”
yang meningkat dari 4,62 persen pada tahun 1971 menjadi 28,31 persen pada tahun 2008.
Meningkatnya impor sektor “industri pengilangan minyak 41” disebabkan oleh semakin tingginya permintaan bahan bakar minyak BBM yang
tidak mampu dipenuhi oleh produksi domestik. Output produksi sektor pertambangan yang relatif besar tidak seluruhnya dapat diolah menjadi produk
turunan oleh sektor produksi domestik, sementara kebutuhan akan BBM terus mengalami peningkatan Lampiran 23.
Pangsa impor sektor tersier relatif kecil yaitu dibawah 30 persen, supply masih dipenuhi oleh produksi domestik. Rincian pangsa impor menurut sektor
terlihat pada Lampiran 24.
4.2.2. Analisis Struktur Produk Domestik Bruto dan Pangsa Tenaga Kerja
Tabel IO merupakan suatu sistem perekonomian yang seimbang sehingga nilai tambah bruto value added yang tercipta dapat dilihat dari sisi pendapatan