5. RANGKUMAN HASIL
Dari hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dirangkum beberapa poin penting sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu:
1. Deviasi hasil estimasi total output dengan data aktual dari hasil uji matriks Leontief memiliki kecenderungan over estimate untuk setiap periode.
Terdapat 6 enam sektor yang memiliki deviasi sangat tinggi hampir disetiap periode, yaitu; sektor “tanaman bahan makanan lainnya 6”, “hasil tanaman
serat 15”, “industri kimia 40”, “industri dasar besi dan baja 45”, industri
mesin, alat- alat dan perlengkapan listrik 48” dan sektor “lain-lain 66”.
2. Deviasi total output hanya berkisar antara 0,41 sampai dengan 19,33 persen dimana deviasi rata-rata persektor berkisar antara 4,39 sampai dengan 20,85
persen. Data IO relatif cukup baik digunakan untuk perencanaan ekonomi lima tahun kedepan.
3. Hasil uji kebaikan suai goodness of fit test terhadap model perubahan teknis memperlihatkan bahwa model yang digunakan
X
ij
= +X
ij
sangat baik untuk estimasi highly significant
kecuali untuk koefisien teknis sektor “karet 7
” tahun 1980, sektor “tanaman lainnya 17” tahun 1995 dan sektor “tanaman bahan makanan lainnya 6” tahun 2005 yang tidak signifikan.
Model-model regresi tersebut memiliki nilai R-square yang tinggi atau dengan perkataan lain koefisien teknis periode sebelumnya x
ij
mampu menjelaskan koefisien teknis periode berikutnya x
ij
. 4. Tidak terjadi perubahan teknis yang signifikan antara satu periode ke periode
berikutnya, terindikasi dari hasil uji regresi koofisien teknis X
ij
= +X
ij
dengan hipotesis =0 dan =1.
5. Sektor-sektor yang semakin besar kontribusinya pada pertumbuhan output sekaligus semakin dibutuhkan dalam proses produksi sektor lain diantaranya
adalah sektor pertambangan selain minyak dan gas, sektor industri padat modal, sektor jasa teknologi informasi dan moda transportasi modern.
Beberapa sektor pertanian tanaman pangan, moda transportasi dan beberapa industri pengolah produk pertanian seperti “industri tepung 30”, “industri
gula 31” dan “industri rokok 34” memiliki tren pangsa output maupun tren
permintaan antara yang negatif. 6. Sektor sekunder dengan tren pangsa ekspor terhadap permintaan agregat yang
positif memiliki tren pangsa permintaan antara terhadap permintaan agregat yang negatif trade off. Namun terdapat tiga sektor industri yang memiliki
tren pangsa pasar domestik maupun tren pangsa pasar ekspor yang positif yaitu sektor “industri pengawetan makanan 27”, “industri kimia 40” dan
“industri alat perlengkapan listrik 48”.
7. Sementara itu hanya terdapat dua sektor primer yang memiliki tren pangsa ekspor terhadap permintaan agregat
positif yaitu ”cengkeh 14” dan ”pertambangan lainnya 26” namun hanya sektor 26 yang memiliki tren
pangsa permintaan antara yang juga positif. Sebagian besar sektor primer yang memiliki tren pangsa ekspor negatif memiliki tren pangsa permintaan antara
positif trade off tetapi banyak juga yang memiliki hubungan searah antara lain beberapa sektor pertanian tradisional.
8. Sektor-sektor dengan tren pangsa input yang positif memiliki tren pangsa nilai tambah bruto yang juga positif demikian pula sektor dengan Tren pangsa
output negatif memiliki tren pangsa nilai tambah bruto yang juga negatif kecuali sektor ”pemotongan hewan 19”, ”industri rokok 34”dan sektor
”lain-lain 66”.
9. Sebagian besar sektor lebih dari 70 persen memiliki tren angka pengganda pendapatan yang positif. Pada kelompok sektor primer hanya ”Teh 13”
sektor pertanian yang memiliki tren pengganda pendapatan negatif bersama dengan dua sekto
r pertambangan ; ”24 dan 25”. Sementara di kelompok tersier hanya ada sektor ”komunikasi 60” dan ”restoran dan hotel 54”.
Sektor dengan tren pengganda pendapatan negatif juga memiliki tren pengganda
output negatif, kecuali sektor “industri tepung 30” dan “pemotongan hewan 19”.
10. Terdapat 20 dua puluh sektor yang menjadi sektor kunci dalam dinamika proses perubahan struktur perekonomian Indonesia selama periode
pengamatan, namun tidak satupun sektor primer pernah menjadi sektor kunci.
11. Selama periode analisis terdapat 5 lima sektor yang mengolah hasil pertanian yang bisa disebut sebagai sektor kunci antara lain; sektor “industri minyak dan
lemak 28”, “industri makanan lainnya 32”, “industri tekstil, pakaian dan kulit 36”, “industri bambu, kayu dan rotan 37” dan “industri kertas, barang
dari kertas dan karton 38”. Sektor industri lain yang menjadi sektor kunci adalah “industri pupuk dan pestisida 39”, “industri kimia 40”,
“pengilangan minyak bumi 41” serta “industri barang karet dan plastik 42”.
12. Beberapa industri berat yang menjadi sektor kunci adalah sektor “industri
dasar besi dan baja 45”, “industri logam dasar bukan besi 46”, “industri barang dari logam 47”, “industri mesin, alat dan perlengkapan listrik 48”
serta sekto r “industri alat angkutan dan perbaikannya 49”.
13. Sektor “listrik, gas dan air 51” dan sektor “bangunan 52” adalah dua sektor
yang selalu menjadi sektor kunci disepanjang periode analisis. 14. Sektor tersier yang pernah menjadi sektor kunci antara lain adalah sektor
“perdagangan 53”, “jasa lainnya 65”, “restoran dan hotel 54” serta sektor “angkutan darat 56”.
15. Sektor-sektor yang memiliki potensi untuk menjadi sektor kunci dapat dilihat dari plot hubungan antara trend indeks keterkaitan antar sektor. Sektor primer
yang berpotensi untuk menjadi sektor kunci antara lain ”jagung 3, ”kelapa sawit 10”, ”tanaman perkebunan lain 16”, ”tanaman lain 17” dan ”unggas
20”. Sektor lain yang juga berpotensi untuk menjadi sektor kunci adalah sektor ”industri tepung 30” dan ”usaha persewaan bangunan dan jasa
perusahaan 62”.
16. Sektor ”industri alat-alat dan perlengkapan listrik 48” merupakan satu-
satunya sektor kunci dalam perekonomian Indonesia yang memiliki tren positif pada semua indikator yang diamati, yaitu pangsa output, pangsa
permintaan antara, pangsa ekspor terhadap total permintaan, pangsa permintaan antara terhadap total permintaan, pangsa nilai tambah bruto,
pengganda pendapatan, pengganda output, keterkaitan kedepan dan keterkaitan kebelakang.
17. Sektor ”usaha persewaan bangunan dan jasa perusahaan 62” juga memiliki
tren positif pada semua indikator tetapi sampai dengan tahun 2008 belum mempunyai keterkaitan kebelakang yang kuat sehingga bukan merupakan
sektor kunci. 18. Rata-rata angka pengganda output, angka pengganda pendapatan, derajat
ketergantungan ekspor serta angka pengganda ekspor sektor-sektor sekunder merupakan yang tertinggi dibanding sektor lain.
19. Struktur PDB sisi pendapatan income aproach tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Surplus usaha merupakan bagian balas jasa faktor
produksi yang terbesar, hampir dua kali lipat upahgaji. 20. Struktur PDB sisi pengeluaran expenditure approach memperlihatkan
penurunan perananan konsumsi swasta C dan peningkatan peranan investasi I. Pangsa ekspor netto NX terlihat selalu positif yang mengindikasikan
surplus neraca perdagangan luar negeri. 21. Struktur PDB menurut sektoral memperlihatkan terjadinya pergeseran struktur
ekonomi yang ditandai oleh kecenderungan menurunnya peranan sektor primer diiringi peningkatan peran sektor skunder. Pada tahun 1971 kontribusi
sektor primer sebesar 37,35 persen dan sektor skunder 21,19 persen. Tahun 2008 kontribusi sektor primer menjadi 26,88 persen sedangkan sektor skunder
36,75 persen. 22. Perubahan pangsa tenaga kerja tidak berjalan seiring dengan pergeseran
struktur PDB. Pada tahun 1971 tenaga kerja sektor primer sebesar 64,4 persen dan sektor sekunder 8,2 persen. Tahun 2008 tenaga kerja di sektor primer
menjadi 45,4 persen sedangkan sektor sekunder 16,8 persen. Tenaga kerja sektor tersier meningkat dari 27,4 persen pada tahun 1971 menjadi 37,8 persen
tahun 2008. Pergeseran peran sektor primer oleh sektor sekunder tidak mampu menyerap kelebihan tenaga kerja dari sektor primer sehingga berdampak pada
meningkatnya pengangguran. 23. Multiplier Product Matrix yang diilustrasikan secara grafis memperlihatkan
perubahan struktural perekonomian economic landscape Indonesia sejak 1971 hingga 2008. Penurunan peranan antara lain terlihat pada beberapa sel
yang terkait dengan s ektor ”padi 1”, ”perdagangan 53”, ”angkutan darat
56” dan ”lain-lain yang tidak jelas batasannya 66”. 24. Peningkatan peranan yang terjadi selama kurun waktu tahun 1971 sampai
dengan 2008 antara lain terkait dengan dua sektor primer yaitu ”pertambangan batubara dan biji logam 24” dan ”pertambangan minyak, gas dan panas bumi
25”. Peningkatan ini juga terkait dengan sektor ”industri pupuk dan pestisida 39”, ”industri kimia 40”, ”pengilangan minyak 41” dan ”industri alat-alat
dan perlengkapan lis trik 48”. Sektor tersier yang terkait dengan peningkatan
peranan adalah sektor ”lembaga keuangan 61” dan ”usaha persewaan bangunan dan jasa perusahaan 62”.
25. Perkembangan struktur tenaga kerja di Indonesia menunjukkan pola yang tidak biasa unusual pattern dan bertentangan dengan teori perkembangan
tenaga kerja. Tinjauan tentang tingkat produktifitas tenaga kerja memberikan justifikasi kesimpulan atas apa yang terjadi bahwa sebenarnya tenaga kerja
yang bergeser dari sektor pertanian tidak beralih ke sektor yang produktifitasnya lebih tinggi.
Halaman ini sengaja dikosongkan
6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Beberapa simpulan dapat ditarik dari hasil pengolahan data Tabel IO Indonesia Tahun 1971-2008, antara lain :
1. Data IO relatif cukup baik untuk perencanaan ekonomi jika dilihat dari hasil uji matriks Leontief dengan deviasi hasil estimasi terhadap output aktual rata-
rata sebesar 11 persen per-periode. Perubahan teknologi yang digunakan untuk menghasilkan output masih relatif kecil sepanjang periode analisis.
2. Berdasarkan visualisasi perubahan lanskap ekonomi, peningkatan peranan yang terjadi antara lain terkait dengan dua sektor primer yaitu ”pertambangan
batubara dan biji logam 24” dan ”pertambangan minyak, gas dan panas bumi 25”. Peningkatan ini juga terkait dengan sektor ”industri pupuk dan pestisida
39”, ”industri kimia 40”, ”pengilangan minyak 41” dan ”industri alat-alat dan perlengkapan listrik 48”. Sektor tersier yang terkait dengan peningkatan
peranan adalah sektor ”lembaga keuangan 61” dan ”usaha persewaan bangunan dan jasa perusahaan 62”.
3. Sektor primer tidak memiliki keterkaitan antarsektor yang tinggi sehingga tidak pernah menjadi sektor kunci dalam perekonomian Indonesia, bahkan
beberapa subsektor memiliki ketergantungan ekspor yang relatif tinggi. Sebagian besar sektor sekunder tidak memiliki keterkaitan yang tinggi
terhadap sektor-sektor primer. Sektor-sektor yang berhasil bertahan saat krisis ekonomi, memiliki kecenderungan untuk tetap eksis sebagai sektor kunci.
4. Pergeseran struktur PDB tidak diikuti perubahan pangsa tenaga kerja sehingga transformasi struktural perekonomian Indonesia tidak sebaik negara-negara
berkembang lainnya. Perkembangan struktur tenaga kerja di Indonesia menunjukkan pola yang tidak biasa unusual pattern dan bertentangan
dengan teori perkembangan tenaga kerja. Tinjauan tentang tingkat produktifitas tenaga kerja memberikan justifikasi kesimpulan atas apa yang
terjadi bahwa sebenarnya tenaga kerja yang bergeser dari sektor pertanian tidak beralih ke sektor yang produktifitasnya lebih tinggi.
6.2. Saran
Implikasi dari hasil penelitian ini memberikan beberapa masukan akademis dan pertimbangan kepada berbagai pihak dalam penyusunan strategi
perencanaan pembangunan terkait dengan kebijakan rekayasa transformasi struktural yang diperlukan untuk memaksimalkan dampak positif dari proses
transformasi struktural. 1. Perencanaan ekonomi menuntut peningkatan akurasi peramalan dengan
matriks Leontief yang dibentuk dari model IO. Teknik penyusunan dengan cakupan yang lebih rinci base on comodity didasarkan pada supply and use
table SUT menjadi sangat penting untuk menyempurnakan Tabel IO. 2. Daya penyebaran yang tinggi pada sektor-sektor sekunder tidak diikuti derajat
kepekaan yang tinggi pada sektor-sektor primer mengindikasikan tidak adanya link and match antara industri yang dibangun dengan sumber bahan baku yang
tersedia. Strategi industrialisasi yang kurang tepat menyebabkan proses deindustrialisasi di Indonesia berjalan tidak alami dan cenderung negatif.
Kebijakan industrialisasi sebaiknya mempertimbangkan link and match antara industri yang dibangun dengan sumber bahan baku yang tersedia.
3. Seiring perjalanan waktu seharusnya terjadi konvergensi tingkat produktifitas pada keseluruhan sektor walaupun pada awalnya produktifitas tenaga kerja
sektor jasa memang tertinggi dibanding sektor industri dan pertanian. Peningkatan produktivitas sektor primer memerlukan dukungan teknologi dan
jaminan ketersediaan input dalam proses produksinya. 4. Indonesia dapat belajar dari pengalaman negara-negara berkembang yang
sudah maju seperti kelompok negara BRIC, antara lain berupaya mempertahankan peran sektor pertanian sampai batas yang dibutuhkan dan
mengembangkan sektor industri berbasis sumberdaya yang tersedia. Melemahnya daya serap tenaga kerja pada sektor industri padat karya harus
diimbangi pengembangan sektor jasa dengan kualitas pekerjaan yang lebih baik bukan sektor informal.
DAFTAR PUSTAKA
Abramovitz M. 1994. Catch-up and Convergence in the Postwar Growth Boom and After in Convergence of Productivity: Cross National Studies and
Historical Evidence. Boumol WJ, Nelson RR, Wolff EN eds. New York: Oxford University Press.
Alesandrini M, Bucelato T. 2008. China, India and Rusia: Economic Reforms, Structural Change and Regional Disparities. Economic Working Paper
No.97. London: Centre for the Study of Economic and Social Change in Europe CSESCE, UCL School of Slavonic and East European Studies
SSEES.
Adelman I. 1984. Beyond Export Led Growth. World Development Report 129:17-27
Bernie DA. 2001. Structural Change in The Brazilian Economy Between 1959 and 2000. Rio Grande: Department of Economics of Pontifícia
Universidade Católica. BPS Badan Pusat Statistik. 2000. Teknik Penyusunan Tabel Input Output.
Jakarta: BPS. BPS Badan Pusat Statistik. 2007. Tabel Input Output Indonesia Tahun 2005.
Jakarta: BPS Statistic Indonesia. Cella, G. 1984. The Input-Output Measurement of Interindustry Linkages. Oxford
Bulletin of Economics and Statistics 461:73-84. Chenery HB. 1964. Land : The Effects of Resources on Economic Growth. Di
dalam K. Bernill, ed. Economic Development with Special Reference to East Asia. New York: St. Martin.
Chenery HB. 1960. Pattern of Industrial Growth. American Economic Review 50:624-654.
Chenery HB, Syrquin M. 1975. Pattern of Development 1950-1970. Washington D.C: The World Bank.
Chenery HB, Taylor L. 1968. Development Patterns: Among Countries and Overtime. Review of Economics and Statistics 50:391-416.
Chenery HB, Robinson S, Syrquin M. 1986. Industrialisation and Growth. New York: Oxford University Press.
Chenery HB, Watanabe T. 1958. International Comparasions of the Structure of Production. Econometrica 264:487-521.
Daryanto A, Hafizrianda Y. 2010. Analisis Input Output Social Acounting Matrix untuk Pembangunan Ekonomi Daerah. Bogor: IPB Press.
Dasgupta S, Singh A. 2006. Manufacturing, Service and Premature Deindustrialization in Developing Countries: A Kaldorian Analysis.
Research Paper United Nation University 49:1-18.