Karena setiap sektor memiliki pola pembelian dan penjualan dengan sektor lain yang berbeda-beda, maka dampak dari perubahan produksi suatu sektor terhadap
total produksi sektor-sektor lainnya berbeda-beda. Matriks kebalikan Leontief merangkum seluruh dampak dari perubahan produksi suatu sektor terhadap total
produksi sektor-sektor lainnya ke dalam koefisien-koefisien yang disebut sebagai multiplier
ij
. Multiplier ini adalah angka-angka yang terlihat di dalam matriks kebalikan Leontief I
– A
-1
.
2.1.5.2. Asumsi Dasar Model Input Output
Secara konseptual terdapat 3 tiga asumsi dasar yang melandasi penyusunan model IO dan model-model ekonomi yang diturunkan dari Tabel IO
BPS 2000, antara lain berangkat dari asumsi-asumsi sebagai berikut: a. Asumsi homogenitas, yang mensyaratkan bahwa tiap sektor hanya
memproduksi satu jenis output dengan struktur input tunggal dan bahwa tidak ada substitusi otomatis antara berbagai sektor.
b. Asumsi proporsionalitas, yang mensyaratkan bahwa dalam proses produksi hubungan antara input dengan output merupakan fungsi linier, yaitu tiap
jenis input yang diserap oleh sektor tertentu naik atau turun sebanding berbanding lurus dengan kenaikan atau penurunan output sektor yang
dihasilkan.
c. Asumsi aditivitas, yaitu suatu asumsi yang menyebutkan bahwa efek total pelaksanaan produksi di berbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing
sektor secara terpisah. Ini berarti bahwa di luar sistem Tabel I-O semua
pengaruh luar diabaikan.
Dengan asumsi-asumsi tersebut, model analisis I-O mempunyai keterbatasan-keterbatasan, antara lain: karena rasio input-output konstan
sepanjang periode analisis, produsen tidak dapat menyesuaikan perubahan- perubahan inputnya atau mengubah proses peroduksi. Selain itu, hubungan yang
tetap ini berarti bahwa apabila input suatu sektor diduakalikan maka outputnya akan dua kali juga. Asumsi ini menolak adanya pengaruh perubahan teknologi
ataupun produktivitas yang berarti perubahan kuantitas dan harga input sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga output Nazara 1997.
2.1.6. Teori Keterkaitan Antarsektor
Berbagai teori telah menjelaskan bagaimana keterkaitan antar sektor mempengaruhi perekonomian suatu negara, antara lain pemikiran Mellor dan Lele
1973 serta Mellor 1976, 1986, 1989 yang terkenal dengan model rural led strategy of growth, serta Johnston dan Kilby 1975 yang mengembangkan konsep
agricultural and structural transformation model. King dan Byerlee 1978 menemukan bahwa keterkaitan industri dengan sektor pertanian akan sangat kuat
jika sektor industri mempunyai keterkaitan kebelakang yang tinggi. Adelman 1984 menekankan pentingnya agricultural demand led industrialization ADLI
dan membuktikan bahwa strategi ini lebih superior dibanding strategi export led growth apabila diterapkan di negara berkembang dimana peran sektor pertanian
masih substansial.
2.1.7. Multiplier Product Matrix
Jiemin dan Planting 2000 menggunakan suatu matriks pengganda output atau Multiplier Product Matrix MPM untuk melihat dampak suatu sektor secara
keseluruhan dalam suatu perekonomian. MPM dapat memotret pengaruh suatu sektor berdasarkan keterkaitan ke belakang dan ke depan yang sekaligus pula bisa
menjelaskan hubungan antara suatu sektor dengan sektor-sektor lainnya. Untuk mencari Matrix of Product Multiplier dilakukan dengan rumusan sebagai berikut :
n n
V j
i V
b b
b b
b b
b b
MPM
. 2
. 1
. .
. 2
. 1
1 .
. 1
... .
.
................................... 2.11
dimana : V = jumlah semua komponen di dalam matriks Leontief Invers V =
n i
n j
ij
b
1 1
b
i.
= jumlah semua kolom dalam baris i dari matriks Leontief Invers, atau sering digunakan untuk mengukur besaran forward
linkage. b
.j
= jumlah semua baris dalam kolom j dari matriks Leontief Invers, atau sering digunakan untuk mengukur backward linkage.
Sehingga persamaan MPM tersebut dapat dituliskan sebagai berikut : MPM = 1V FL BL
.............................................................. 2.12 dimana : FL = Forward Linkage
BL = Backward Linkage Melalui analisis MPM dapat diamati bagaimana keadaan struktur
perekonomian suatu daerah dari periode ke periode, sehingga dapat dilihat bagaimana perubahan struktur itu terjadi setiap waktu.
2.2. Tinjauan Empiris
Studi empiris tentang perubahan struktural perekonomian telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Sebagian besar yang dirujuk dalam tulisan ini adalah
penelitian tentang transformasi struktural yang terjadi di Indonesia maupun di negara lain dalam kerangka model IO. Penelitian lain yang mendukung adalah
model ekonomi yang melihat peran dan keterkaitan sektoral dalam perekonomian secara keseluruhan.
2.2.1. Transformasi Struktural
Penelitian Saraan 2006 menggunakan data key indicator of developping asian and pasific countries tahun 1980-2004 dengan metode Ordinary Least
Square menyimpulkan bahwa telah terjadi transformasi struktural perekonomian di Indonesia pada periode pengamatan yaitu transformasi sektor pertanian ke
sektor industri. Fabiomarta 2004 dengan metode yang sama mengembangkan Model Chenery-Syrquin untuk data Indonesia tahun 1977-2002 menemukan
adanya kecenderungan menurunnya peranan sektor primer. Sementara itu, Hill 1996 menguraikan transformasi struktural pada periode 1966
–1992 dengan obyek penelitian perekonomian Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan,
bahwa transformasi yang terjadi di Indonesia pada kurun waktu tersebut dinilai terlalu cepat. Hal ini ditandai dengan sumbangan sektor pertanian terhadap Gross
Domestic Product GDP telah menyusut hingga kurang dari setengahnya sejak tahun 1966, dan pada tahun 1992 sumbangannya hanya tinggal 36. Penurunan
ini ternyata diikuti dengan kenaikan sumbangan sektor industri secara luas mencakup pertambangan, industri manufaktur, fasilitas umum dan kontruksi,
yang sumbangannya pada saat itu sebesar 35 lebih besar dari nilainya pada