Analisis Keterkaitan Metode Analisis

dengan uji matriks Leontief memiliki kecenderungan over estimate untuk setiap periode. Hal ini disebabkan oleh adanya deviasi yang terlalu tinggi outlier pada beberapa sektor, antara lain sektor “tanaman bahan makanan lainnya 6”, “hasil tanaman serat 15”, “industri kimia 40”, “industri dasar besi dan baja 45”, industri mesin, alat- alat dan perlengkapan listrik 48” dan sektor “lain-lain 66”. Keenam sektor sebagaimana tersebut memiliki deviasi yang sangat tinggi hampir disetiap periode. Deviasi total tertinggi terjadi pada tahun 1990 sebesar 19,33 persen Tabel 4.1. Tabel 4.1. Deviasi Output Hasil Estimasi terhadap Output Aktual Sektor Deviasi 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2008 Total 12,97 10,52 0,41 19,33 7,48 10,87 12,65 14,05 Primer 15,77 0,52 3,60 6,07 3,30 10,28 8,77 1,11 Sekunder 14,45 22,41 5,13 22,34 12,97 21,67 12,14 26,68 Tersier 14,92 14,05 0,41 20,86 8,69 8,96 9,38 19,49 Rata-rata 20,85 13,92 4,39 19,74 10,08 19,92 12,98 18,43 Deviasi terbesar pada sektor primer terjadi di sektor “tanaman bahan makana n lainnya 6” dan “hasil tanaman serat 15”. Sektor 6 merupakan agregasi dari beberapa sektor yang menghasilkan produk tanaman bahan makanan lainnya sehingga deviasi yang besar sangat mungkin terjadi, sementara deviasi sektor 15 mungkin disebabkan oleh perubahan harga output yang berorientasi ekspor. Deviasi yang cukup besar juga sering terjadi antara lain pada sektor “tanaman kacang-kacangan 2”, “tebu 8”, “kopi 12”, “teh 13”, dan “pertambangan minyak, gas dan panas bumi 25”, kesemuanya disebabkan oleh perubahan harga output yang dipengaruhi nilai tukar rupiah. Nilai deviasi sektor- sektor primer ditampilkan pada Lampiran 7. Pada sektor sekunder sebagaimana terlihat pada Lampiran 8, deviasi yang terbesar terjadi di sektor “industri dasar, besi dan baja 45”. Jika dilihat antar periode pengamatan deviasi yang terjadi pada sektor-sektor sekunder cenderung semakin kecil, artinya matriks Leontief semakin tepat untuk meramalkan perubahan output sektoral yang terjadi akibat perubahan permintaan akhir. Sampai dengan tahun 2008 deviasi antara output aktual dengan hasil estimasi menggunakan matriks Leontief pada sektor tersier seperti terlihat pada Lampiran 9 secara umum relatif kecil. Deviasi terbesar terjadi di sektor “angkutan air 57” diikuti sektor “jasa penunjang angkutan 59” dan “usaha persewaan bangunan dan jasa perusahaan 62”. Dari kedua hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa koefisien teknis data input output nasional cukup baik untuk digunakan dalam perencanaan ekonomi lima tahun ke depan. Kecenderungan perubahan koefisien teknis yang relatif lebih konstan dan deviasi yang relatif semakin kecil memungkinkan penggunaan matriks Leontief untuk perencanaan ekonomi ke depan. Perkembangan teknik pengumpulan dan pengolahan data dalam penyusunan Tabel IO diharapkan akan meningkatkan akurasi matriks Leontief untuk perencanaan.

4.2. Perkembangan Peran Sektoral dalam Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia

Peran sektoral dalam proses transformasi struktural perekonomian terlihat dari perkembangan beberapa indikator yang diturunkan dari model IO, antara lain; perubahan struktur permintaan dan penawaran, struktur nilai tambah, angka pengganda, indeks keterkaitan dan derajat ketergantungan ekspor. Runtun data IO memperlihatkan kecenderungan perubahan berbagai indikator tersebut. Hal ini menggambarkan dinamika peran sektoral dalam proses perubahan struktural perekonomian.

4.2.1. Struktur Permintaan dan Penawaran

Keseimbangan umum dalam suatu sistem perekonomian dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi permintaan agregat agregat demand dan penawaran agregat agregat supply. Permintaan terhadap output suatu sektor terdiri atas permintaan antara intermediate demand dan permintaan akhir final demand. Permintaan antara adalah permintaan yang tercipta oleh suatu sektor yang menggunakan sektor lain sebagai input dalam proses produksinya, sedangkan permintaan akhir merupakan permintaan terhadap output suatu sektor yang langsung menjadi konsumsi akhir. Permintaan akhir terdiri atas permintaan domestik domestic demand yang berasal dari konsumsi swasta consumption, konsumsi pemerintah goverment expenditure dan investasi investment serta permintaan ekspor export. Penawaran suatu sektor dalam perekonomian terbuka dapat berasal dari produksi domestik production maupun impor import.

4.2.1.1. Kontribusi Sektoral dalam Permintaan Antara

Data input output menunjukkan komposisi penawaran dan permintaan sektoral. Komposisi penawaran dari data input output meliputi kontribusi masing- masing sektor terhadap permintaan antara intermediate demand dan output total. Pada Lampiran 10-12 terlihat bahwa secara keseluruhan sektor “padi 1” merupakan sektor yang mempunyai kontribusi terbesar terhadap total permintaan antara pada periode 1971 sampai dengan tahun 1990. Kontribusi sektor ini terus menurun dari kisaran 16 persen pada tahun 1971 menjadi 3 persen pada tahun 2008. Peranann nya digeser oleh sektor “perdagangan 53” sejak 1995 sampai tahun 2008. Menurunnya kontribusi sektor ini dimungkinkan oleh meningkatnya transaksi produksi sektor-sektor lainnya seiring dengan perkembangan ekonomi. Margin perdagangan yang relatif besar mengakibatkan peranan sektor perdagangan mampu mengambil alih peranan, mengingat sektor ini adalah sektor yang menghubungkan konsumen dengan produsen. Sektor “pertambangan minyak, gas dan panas bumi 25 ” merupakan sektor primer dengan kontribusi terbesar kedua setelah “padi 1” dengan tren yang positif. Meningkatnya kontribusi sektor ini dalam komposisi permintaan antara sejalan dengan peningkatan upaya pengolahan lanjutan produk turunan dari hasil pertambangan minyak, gas dan panas bumi. S ektor “industri kimia 40” dan “pengilangan minyak bumi 41” merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar diantara sektor-sektor sekunder dengan kecenderungan meningkat dari waktu ke waktu. Sebagian besar kontribusi sektor-sektor sekunder agak berfluktuasi bahkan cenderung menurun diakhir periode pengamatan terutama setelah tahun 2000 , kecuali sektor “industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik 48”. Peran sektor sekunder pada fase industrialisasi terindikasi semakin meningkat jika dilihat dari kontribusi beberapa sektor terhadap permintaan antara, namun proses deindustrialisasi yang terjadi sejak tahun 2002 mengakibatkan penurunan peran sektor-sektor tersebut. Sektor manufaktur telah menjadi mesin pertumbuhan ekonomi selama tahap industrialisasi berdasarkan analisis dengan pendekatan Kaldorian. Proses deindustrialisasi yang terjadi di Indonesia sejak tahun 2002 cenderung menuju kearah yang negatif Dewi 2010.