Construction Documentations Pembuatan gambar kerja

b. Construction Documentations Pembuatan gambar kerja

Tahapan ini merupakan tahapan terakhir dalam proses perancangan . Untuk melengkapi proses perancangan tersebut, SFA sebagai konsultan pelaksanan mempersiapkan gambar konstruksi yang memenuhi standar untuk pelaksanaan pembangunan, seperti layouting plan, grading plan, planting plan, hardscape, softscape, detil konstruksi yang lebih spesifik, dan lain-lain Booth, K Norman.1983. Gambar konstruksi ini meliputi ukuran detil, gambar potongan hingga jenis material bahan apa saja yang akan digunakan pada saat implementasi nanti. Sama dengan proses construction documentations sebelumnya, hanya saja lingkup pekerjaan fase ini menjadi lebih kecil karena ada di dalam tahapan additional work dan hanya mencakup welcome area saja. Untuk fase ini, penulis sebagai mahasiswa magang mendapatkkan kepercayaan dari pihak SFA untuk membuat gambar langsung sesuai dengan konsep yang telah disusun pada fase concept design sebelumnya. Kegiatan ini tetap dibawah pengawasan arsitek lanskp senior. Perbedaannya dengan konsultan tempat magang lain, mahasiswa magang hanya diposisikan sebagai drafter bukan sebagai konseptor, tetap berbeda dengan yang terjadi di SFA. Mereka memberikan kesempatan kepada mahasiswa magang untuk mengeluarkan ide- idenya dan mengimplementasikannya kedalam desain proyek. Berikut adalah gambar hasil dari tahapan construction drawing additional work proyek Gudang Garam Office Complex ini. Gambar 65 adalah gambar site plan dari proses additional work. Untuk gambar detil potongan ditampilkan pada Gambar 66-68 di bawah ini. Dan gambar planting plan terlihat pada Gambar 69. Gambar 65. Siteplan Additional Work Sumber : Chandra, 2012 117 Gambar 66. Section A Sumber Chandra, 2012 126 Gambar 67. Section B Sumber : Chandra, 2012 127 Gambar 68. Section C Sumber : Chandra, 2012 128 Gambar 69. Planting Plan Sumber : Chandra, 2012 119

5.4.12 FASE-8 : Implementations

Fase atau tahapan terakhir dan merupakan fase paling krusial dalam proses perancangan sebuah proyek yang dilakukan. Sama seperti yang dijelaskan oleh Booth 1983 dan Hill 1995 bahwa pada fase implementasi implementation sering muncul pertanyaan dan msalah terkait pembangunan dan arsitek harus mampu menyelesaikannya secara cepat tanpa mengganggu jalannya pembangunan. Pada fase implementasi proyek ini, pihak lain yang bertugas melaksanakan pembangunan adalah kontraktor dari perusahaan Promaco Grup dengan di atasi oleh PT. Murinda. SFA menjadi konsultan pengawasan selama proyek ini selesai dibangun. SFA bertugas mengawasi dan memberikan kritikan jika terjadi kesalahan pembangunan yang tidak sesuai gambar konstruksi yang dibuat oleh SFA dengan keadaan di lapang. Pada saat proses magang ini berlangsung, penulis bertindak sebagai asisten pengawas lanskap, sebanyak kurang lebih 2 kali dalam sebulan penulis melakukan pengawasan dan datang ke tapak untuk mengamati pembangunan dan kesalahan yang disebabkan human error pada saat pelaksanaan. Adapun kendala yang terjadi yang harus diselesainkan oleh SFA dalam fase ini adalah pembangunan yang tidak sesuai dengan gambar. Dalam proyek ini hal tersebut beberapa kali terjadi dan ditemui di lapangan seperti kesalahan kontraktor dalam membuat grid setting out agriculture grid di area podium gedung terlihat pada Gambar 70. Kesalahan ini terjadi karena pihak kontraktor yang tidak membaca gambar dengan seksama sehingga dalam membangun grid dengan sembarangan. Setiap grid seharusnya satu garis dengan garis pembatas kaca terlihat pada Gambar 70. Gambar 70. Kesalahan setting out Sumber : Pengamatan Lapang Akibat dari kesalahan tersebut, pihak kontraktor harus mengulang lagi pembangunan grid untuk agriculture grid tersebut, meskipun pembangunannya sudah hampir selesai. Hal seperti diatas adalah hal yang harus diwaspadai oleh konsutan yang diberikan wewenang sebagai pengawas jalannya pembangunan. Jika tidak ditindak lanjuti maka pembangunan akan berjalan tidak sesuai dengan gambar desain yang telah dibuat. Untuk kasus-kasus sepert itu, SFA sangat teliti mengamatinya, karena jika tidak maka hal tersebut akan menurunkan citra dan kualitas dari SFA sebagai konsultan perancang dan pengawas. Berikut adalah gambar-gambar dari situasi kegiatan diskusi dan pengawasan proses implementasi proyek Gudang Garam Office Complex. Gambar 71. Fasad tower Gudang Garam Sumber : Pengamatan Lapang Pada Gambar 71 diatas terlihat fasad dari tower Gudang Garam yang sedang dalam proses konstruksi. Tidak ada permasalahan yang serius untuk pembanguan tower tersebut karena komplain kesalahan pembangunan oleh klien utama ditujukan kepada konsultan arsitek perancangnya yaitu PT. Anggara Architeam, bukan PT. Sheils Flynn Asia. Perbedaan tanggung jawab ini didasari oleh perbedaan bidang perancangan yang digeluti oleh masing-masing konsultan. Oleh karena itu, pada proses implementasi ini SFA hanya bertanggung jawab untuk mengawasi jalannya pembangunan lanskap kantor Gudang Garam. Gambar 72 di bawah ini memperlihatkan suasana pembangunan lanskap kantor Gudang Garam Office Complex mulai dari bagian dalam gedung hingga bagian podium dan upper terrace di welcome area. Gambar 72. Tahap Pengerjaan proses implementasi proyek Sumber : Pengamatan Lapang Setiap kendala yang ditemui SFA dalam proses implementasi ini selalu di tindak lanjuti secara cepat dan tegas. Sebelum menindaklanjuti masalah tersebut, SFA memeriksa gambar konstruksi yang dihasilkannya, jika kesalahan datang dari gambar maka SFA langsung merevisi gambar tersebut sesuai keadaan yang seharusnya. Tetapi jika tidak, SFA akan memberikan invoice kepada pihak kontraktor manajemen utama proyek yaitu PT. Murinda.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kegiatan magang di Sheils Flynn Asia SFA merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat bagi mahasiswa guna meningkatkan skill, attitude, dan knowledge serta mengasah sikap professionalisme. Pembelajaran mengenai sistem kerja di studio yang efektif dan efisien serta manajemen kerja dalam penanganan proyek dapat dipelajari dalam proses kegiatan magang yang tidak didapatkan di bangku kuliah. Manajemen perusahaan yang berlaku di SFA tersebut mampu mendukung kemajuan dan perkembangan SFA. Hal ini terlihat dari terpenuhinya syarat standar sebuah perusahaan akan tetap survive yaitu perencanaan yang matang; sumber daya manusia yang berkualitas, manager yang terbuka, lingkungan kerja yang mendukung, dan sistem terbuka serta selalu belajar. Tidak menutup kemungkinan sistem manajemen ini tidak memiliki celah, tetapi perusahaan ini telah memiliki standar tersendiri dalam sistem teknologi dan sistem kerjanya, struktur organisasi SFA dan SDM yang terdiri dari ahli-ahli multidisiplin ilmu yang saling terkait dan mendukung satu sama lainnya, Sistem pengelolaan data yang rapi dan terstruktur, teamwork yang solid, teknik mendesain, standar gambar, serta pengalokasian waktu dalam penyelesaian proyek yang terstruktur dengan baik. Hal ini menjadi pengetahuan baru dalam menghadapi dunia pekerjaan di bidang arsitektur lanskap. Proses perancangan yang dilakukan di SFA terstruktur dengan baik. Secara umum tahapan yang digunakan oleh SFA tidak jauh berbeda dengan tahapan proses perancangan dalam teori yang dijelaskan oleh Booth 1983 dan teori yang dijelaskan oleh Hill 1995. Walaupun tidak menutup kemungkinan adanya perbedaan. Perbedaan tersebut meliputi penggunaan istilah, tahapan yang dilalui oleh SFA tidak sepenuhnya sama tetapi ada tahapan yang digabung dalam satu tahapan, dan adanya tahapan tambahan yang sebelumnya tidak ada dalam teori yaitu additional work yang berada di tengah-tengah proses berlangsungnya tahapan implementasi.