Konsep Desain HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 28. Diagram Konsep Dasar Project Gudang Garam Office Complex Sumber : Chandra, 2012

b. Konsep Desain

Setelah menentukan konsep dasar yang menjadi dasar pemikiran untuk pengembangan desain, yang dilakukan selanjutnya adalah perumusan konsep desain. Perumusan konsep desain ini atau yang biasa dikenal dengan konsep pengembangan bertujuan menjadi acuan dalam penentuan elemen-elemen desain dan lanskap dalam master plan . Pada Proyek Gudang Garam Office Complex ini, ada 3 konsep desainpengembangan yang dibuat oleh SFA, yaitu 1. Konsep Ruang, 2. Konsep Sirkulasi, dan 3 Konsep Vegetasi. Dari ketiga konsep tersebut akan dihasilkan master plan awal dari proses perancangan ini. Konsep Ruang Menurut budaya hindu di Bali blog.baligalang, 2012, ada tiga pembagian ruang berdasarkan konsep tri hita karana yaitu parahyangan, palemahan, dan pawongan. Setiap tingkatan memiliki arti tersendiri, dimana parahyangan merupakan ruang dengan strata tertinggi dibandingkan yang lainnya. Ini dikarenakan interpretasi dari tingkat keagungan dan kemegahan suatu tempat dinilai dari posisi teratasnya. Palemahan sebagai tingkatan kedua yang merupakan pusat aktivitas manusia, dan pawongan adalah tingkatan ketiga yang merupakan pintu masuk. Untuk ilustrasi konsep ruang ditunjukkan pada Gambar 29. Dalam proyek ini, SFA menginterpretasikan ketiga tingkatan tersebut kedalam desain yang dibuatnya yaitu tower, podium, dan terrace. Area yang diinterpretasikan sebagai parahyangan adalah Tower Gudang Garam dan sekaligus menjadi vocal point dari keseluruhan desain yang ditampilkan block merah yang terlihat pada gambar. Fasilitas yang ada di area ini tergabung dengan fasilitas di dalam tower. Dengan luas area sekitar 1.733 meter persegi. Area yang diinterpretasikan sebagai palemahan adalah podium. Podium merupakan tingkatan ruang kedua dari desain keseluruhan block kuning pada gambar. Podium berfungsi sebagai active area yang menyediakan fasilitas rekreasi bagi semua user di kawasan kompleks Gudang Garam tersebut. Dengan luas area sekitar 2.865 meter persegi. Adapun sarana dan prasana rekreasi yang ada disana mencakup elemen-elemen hardscape dan softscape seperti sitting area, café terrace, islands, wall, sculpture dan fitures lainnya yang menunjang aktivitas rekreasi yang dilakukan di sana. Area yang diinterpretasikan sebagai pawongan adalah terrace. Terrace ini terdiri atas 2 tingkatan yaitu upper terrace dan low terrace block orange pada gambar. Area tersebut tidak mempunyai fungsi khusus seperti area-area sebelumnya. Area ini hanya berfungsi sebagai display area dan welcome area yang lebih mengedepankan estetika yang menarik pengunjung untuk datang ke kawasan. Dengan luas area sekitar 7.160 meter persegi. Adapun fasilitas yang disediakan pada area ini seperti meeting terrace tempat berkumpul, taman, tangga, ramp, main sign, signage, entrance, exit dan lain sebagainya. Gambar 29. Konsep Ruang Sumber : Chandra, 2012 81 Konsep Sirkulasi Seperti yang telah dijelaskan pada fase-2 research and analysis, bahwa kendala utama pada sirkulasi tapak adalah ketidak beraturannya sirkulasi di area depan tapak. Ketidakteraturan tersebut disebabkan karena padatnya aktivitas sirkulasi umum, mulai dari pejalan kaki hingga kendaraan besar. Selain itu, area di depan tapak dijadikan tempat pemberhentian sementara oleh bus angkutan umum , hal ini dikarenakan posisi tapak yang strategis untuk mencapai area penting disekitarnya seperti Rumah Sakit, Universitas Trisakti, Mall, maupun kantor Gudang Garam itu sendiri. Untuk itu, sirkulasi menjadi faktor penting yang menjadi fokus perhatian dalam proyek ini. Pertimbangan selanjutny yaitu teori yang dipaparkan oleh De Chiara dan Koppelman 1994 yang menyatakan bahwa jalan sirkulasi merupakan unsur penting untuk rancangan pengelompokan yang harus diletakkan secara fungsional dan sesuai kenyaman. Oleh karena kedua hal itu, SFA membagi sirkulasi menjadi 3 kelas atau klasifikasi berdasarkan fungsionalnya. Mengingat kawasan ini adalah kompleks perkantoran, fasilitas berupa sarana akses sangatlah penting diperhatikan untuk kelancaran aktivitas. Fasilitas tersebut diharapkan dapat mengakomodasi pejalan kaki maupun kendaraan bermotor yang hilir-mudik keluar masuk kawasan. Oleh karena itu, sirkulasi di kawasan kompleks kantor Gudang Garam ini dibagi menjadi 3 klasifikasi yang terdiri dari sirkulasi primer, sirkulasi sekunder, dan sirkulasi tersier. Untuk ilustrasi konsep sirkulasi ditunjukkan pada Gambar 30. Sirkulasi primer yang ditunjukan oleh tanda panah berwarna kuning emas, merupakan akses utama yang menghubungkan lokasi tapak dengan daerah sekitarnya. Sirkulasi primer ini merupakan jalan Tol Wiyoto Wiyono dan Underpass. User yang diakomodasi oleh sirkulasi primer ini meliputi pejalan kaki hingga kendaraan bermotor angkutan berat. Sirkulasi ini menjadi pintu masuk dan keluar utama serta akses utama untuk distribusi barang ke daerah-daerah lainnya dari PT. Gudang Garam tbk. Sirkulasi yang kedua adalah sirkulasi sekunder, sirkulasi ini ditunjukkan oleh tanda panah berwarna hijau. Sirkulasi ini mengakomodasi user dari pejalan kaki hingga kendaraan bermotor angkutan berat juga, tetapi tidak terbuka untuk umum, hanya user dari pihak PT.Gudang Garam tbk saja yang diakomodasi. Mengingat sirkulasi ini ada di dalam kawasan kantor. Untuk sirkulasi yang ketiga adalah sirkulasi tersier yang ditunjukan oleh tanda panah berwarna biru. Sirkulasi ini hanya mengakomodasi pejalan kaki. Dikarenakan fasilitas yang disediakan pada area ini nantinya berupa sitting area, café, ramp dan lainnya yang hanya dapat diakses oleh pejalan kaki. Konsep Vegetasi Konsep vegatasi yang terapkan dalan konsep desain oleh SFA dibagi menjadi 3 klasifikasi berdasarkan fungsionalnya, yaitu : estetika display, pengarah, dan naungan. Selain 3 tingkatannya berawal dari dasar pemikiran tri hita karana yang terdiri dari 3 unsur pembentuk kesejahteraan, konteks perkebunan tembakau yang menjadi ciri khas PT. Gudang Garam tbk juga ikut diterapkan dalam konsep desain vegetasi ini. Perkebunan tembakau secara umum berada dikaki gunung atau lereng, diaplikasikan ke dalam area podium dan terrace pada desain. Area ini diambil karena strata tertinggi dari kawasan ini adalah tower Gudang Garam , yang diinterpretasikan sebagai bukitgunung. Sedangkan Podium dan terrace diinterpretasikan sebagai lerengkaki bukitgunung. Untuk ilustrasi dari konsep vegetasi ditunjukkan pada Gambar 31. Vegetasi untuk estetika atau yang lebih dikenal display planting block yang berwarna kuning. Block vegatasi ini akan diisi dengan tanaman rendah sejenis grouncover, lawn, planting features, shrubs, hingga pohon rendah yang bernilai estetika . Vegetasi ini mengisi 2 area pada desain, yaitu terrace dan podium. Untuk area terrace ditampilkan tanaman groundcover seperti lawn, planting features, dan pohon di beberapa sudut. Untuk area podium, jenis tanaman yang ditampilkan lebih bervariatif seperti pohon yang bernuansa hutan forest, lawn pada agriculture grid, groundcover di islands, serta planting features di space pada planting wall. Blok vegetasi berikutnya yang berfungsi sebagai naungan dengan nuansa hutan forest akan ditempatkan pada area podium dan keliling bangunan block berwarna hijau. Untuk jenis tanaman yang akan ditampilkan terdiri dari palm, pohon rendah hingga pohon tinggi seperti livistonia rotundifolia lontar, delonix regia flamboyan, cassia fistula hujan mas, cocos nucifera, plumeria lubra kamboja putih dan sebagainya. Blok vegetasi ini direncanakan dibuat sealami mungkin sehingga jenis tanaman yang digunakan juga bervariatif. Untuk blok pengarah blok berwarna biru, direncanakan dengan jenis tanaman yang lebih monoton atau satu tipe seperti roystonea regia palem raja yang dijajarkan disepanjang jalan masuk dan keluar kawasan kompleks kantor Gudang Garam tersebut. Setelah semua konsep selesai ditentukan, dihasilkan gambar terbaru dari perubahan MOS pada tahapan sebelumnya. Gambar ini disebut Conceptual Plan, dimana gambar ini menampilkan semua konsep yang telah dirancang kedalam satu ilustrasi yang lebih lengkap dan detil dibandingkan basemap sebelumnya. Dalam teori yang dipelajari di perkuliahan, conceptual plan dikenal dengan nama Block plan. Pada conceptual plan ini juga, ide dari client, landscape architect, architect, engineer, dan pihak terkait lainnya digabung menjadi satu dalam satu gambar keseluruhan. Conceptual plan inilah yang menjadi base baru untuk pengembangan pada tahapan design development nanti. Hasil yang ditampilkan pada conceptual plan ini akan dibicarakan kembali kepada semua pihak terkait proyek, guna untuk mendapatkan update atau review yang akan diterapkan kembali ke plan tersebut. Update-an ini juga dikirim kepada Sheils Flynn, UK. Mereka ikut andil dalam pengambilan keputusan yang menyangkut perancangan dan penentuan ide baru selama proyek berlangsung hingga tahap consruction drawing nanti. Untuk gambar conceptual plan dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Walaupun baru tahap conceptual plan, gambar yang ditampilkan lebih menarik tidak hanya blok-blok ruang secara umum saja yang akan dirancang. Tetapi sudah terspesifikasi walaupun tidak hingga gambar detil. Untuk gambar conceptual plan dapat dilihat pada Gambar 32. Gambar 30. Konsep Sirkulasi Sumber : Chandra, 2012 85 Gambar 31. Konsep Vegetasi Sumber : Chandra, 2012 86 Gambar 32. Conceptual Plan Project Gudang Garam Office Complex Sumber : SFA 2012

5.4.8 FASE-4 : Design Development Pengembangan Desain

Tahapan Design Development merupakan tahapan lanjutan atau pengembangan dalam proses perancangan, dimana hasil dari tahap ini baru berupa master plan. Pada tahapan ini desainer lebih fokus pada pengembangan elemen- elemen pembentuk desain lanskap. Baik hardscape maupun softscapenya. Pada tahapan design development ini terdapat pengaruh tambahan dari luar terkait pengembangan desain hingga akhir nantinya. Pada tahapan ini, engineer mulai memberikan masukan dan sarannya terhadap desain yang diajukan oleh SFA. Ini dikarenakan, tahapan ini sudah mulai masuk ke tahapan dalam pengambilan keputusan tentang jenis material apa saja yag akan digunakan pada saat pembangunan nanti. Tidak hanya jenis material, tetapi teknis pembangunan nantinya juga mulai dipertimbangkan pada tahapan ini. Produk akhir dari tahapan ini berupa preliminary master plan. Dalam preliminary master plan, seluruh elemen-elemen desain diletakkan bersama-sama dan dipelajari dalam hubungannya antara satu sama lain secara realistis dan grafis. Semua elemen desain mulai dipertimbangkan sebagai komponen yang saling terkait dari keseluruhan desain. Booth, 1983. Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan oleh SFA sebagai konsultan lanskap yaitu : 1. pengembangan conceptual design menjadi preliminary master plan, 2. pembuatan ilustrasi 3D modeling untuk analisis kelayakan fasad sekaligus ilustrasi keadaan sebenarnya. 3. mengerjakan analisis potongan untuk pengecekan hardscape dengan leveling site tapak. Kegiatan diatas tidak lepas dari masukan dan saran dari semua pihak terkait. Tetapi pada tahapan ini, sudah mulai adanya pro dan kontra dalam hal teknis dan struktur. Itu semua biasanya terjadi jika adanya miss-communication antara konsultan lanskap sebagai perancang dengan structure engineer, civil engineer,dan mechanical and electric engineer. Untuk mengantisipasi hal tersebut, SFA selalu melakukan sharing perihal adanya update desain. Durasi waktu yang dibutuhkan untuk tahapan ini berkisar 4-5 minggu pengerjaan. Menurut Bell, 2005 bahwa dalam elemen desain lanskap garis mempunyai arti penting dalam desain. Baik itu garis lengkung, garis lurus, garis horizontal, maupun garis vertikal. Setiap garis tersebut mempunyai arti dan kegunaannya masing-masing. Seperti garis lurus yang kaku banyak digunakan dalam desain lembaga hukum ataupun pendidikian, hal ini mencerminkan bahwa garis lurus yang kaku sebagai simbol kedisiplinan yang kuat dan tegas. Garis lengkung lebih organik menjadi simol keindahan dan lain sebagainya. Sama halnya dengan permasalahan pada proyek ini, pada tahapan DD Design Deveploment ini terjadi perubahan pada plan. Perubahan ini dilakukan atas dasar pertimbangan dan masukan dari klien utama yang menginginkan welcome area lebih berkesan dinamis dan tidak kaku tetapi tetap teratur dan disiplin. Perubahan yang dilakukan SFA yaitu melakukan rekonstruksi gambar dengan fokus pada welcome area. Bentukan dibuat dengan mengurangi garis tegas atau lurus untuk mengurangi kesan kaku, digantikan dengan tiga garis melengkung beraturan yang membelah welcome area, garis tersebut menggantikan wall terrace yang semulanya berbentuk grid lurus terlihat pada gambar. Adapun makna dari tiga garis lengkung tersebut tetap melambangkan disiplin yang diterapkan pada kantor Gudang Garam. Tetapi, tidak mengurangi keindahan desain yang ditampilkan. Pada daerah podium tidak ada perubahan yang signifikan dari conceptual plan sebelumnya. Area podium menyediakan fasilitas seperti forest corner, café terrace, agriculture grid, islands, dan sitting area. Perubahan yang timbul pada fase ini sekali lagi membuktikan bahwa klien utama memiliki andil paling berasa dalam menentukan hasil desain dari setiap tahapan proses. Hasil dari tahapan ini yang berupa preliminary master plan di kirimkan kepada Sheils Flynn UK untuk meminta pertimbangan, karena setiap desain yang dibuat di SFA maupun Sheils Flynn UK ada dalam satu perusahaan. Jadi mereka tetap mendapatkan update dari setiap perubahan dari suatu proyek yang sedang dikerjakan. Gambar no.33 dibawah ini merupakan hasil dari tahapan DD Design Development. Gambar 33. Preliminary Master Plan Gudang Garam Office Complex Sumber : SFA 2012

5.4.9 FASE-5 : Final Design Development

Tahapan Final Design Development merupakan tahapan lanjutan design development. Tahapan ini merupakan perbaikan dari preliminary master plan. Setelah mendapatkan reaksi dari klien mengenai gambar preliminary master plan, desainer dalam hal ini adalah SFA melakukan revisi dan pendalaman mengenai desain yang dikerjakannya. Dari segi tampilan, master plan menampilkan desain dengan spesifikasi yang lebih detil dari preliminary master plan. Itu semua dikarenakan master plan ini yang akan dijadikan acuan pada saat pembuatan construction drawing nantinya Booth, N.K. 1983. Adapun spesifikasi yang lebih detil dalam master plan seperti detil tajuk vegetasi, detil bentuk elemen pembentuk hardscape dan softscape, dan pewarnaan plan yang mendekati warna nyata dari setiap elemen pembentuk desain lanskap tersebut. Seperti halnya teori yang telah dipaparkan oleh Booth 1983, SFA juga melakukan perbaikkan kualitas gambar pada fase final design development ini. SFA melakukan perbaikan gambar mulai dari tampilan warna yang lebih mendekati warna asli dari setiap elemen lanskap yang ada di dalam tapak, baik hardscape maupun softscape-nya. Selain itu, untuk vegetasi ditampilkan secara berbeda pula sesuai dengan karakteristik tajuk yang dimiliki setiap jenisnya, hal ini bertujuan untuk memvisualisasikan tampilan sesungguhnya saat telah dibangun nanti. Perbedaan secara jelas dapat dilihat pada Gambar 34, dan sebagai perbandingannya Gambar 33 yang merupakan gambar preliminary master plan. Adapun tahapan kegiatan yang dilakukan oleh pihak SFA pada tahapan ini adalah : 1. melakukan presentasi lanjutan mengenai preliminary master plan kepada klien. 2. mengerjakan revision gambar preliminary master plan menjadi master plan berdasarkan saran dan kritik dari berbagai pihak seperti klien, engineer, contractor dan sebagainya. 3. mempersiapkan gambar detil secara umum seperti, detil masterplan, detil hardscape softscape, dan detil potongan secara umun mengenai tingkatan area leveling area. Kegiatan diatas tidak hanya dilakukan oleh SFA tetapi juga oleh pihak terkait lainnya seperti engineer, karena pada tahapan ini mereka sudah mulai melakukan pengerjaan detil menyangkut utilitas dari pembangunan proyek nantinya. Jika ada perubahan maka semuany saling terkait dan ikut berubah. Pada tahapan ini ada perubahan pada area podium. Pada area ini semula SFA merencanakan untuk membuat grid water features ternyata ide tersebut tidak disetujui oleh klien utama yaitu PT. Gudang Garam tbk. Hal ini menyangkut masalah maintenance yang akan jadi mahal nantinya setelah pembangunan, hal tersebut merupakan pemikiran klien utama yang tidak dapat ditentang oleh SFA sebagai konsultan. Perubahan yang dilakukan SFA pada area tersebut merubah desain water features menjadi grid agriculture dengan dasar lawn tetapi bentukan mash sama seperti desain pada preliminary master plan. Perubahan lainnya terjadi pada bagian barat, yaitu west plaza. Bentukan west plaza diubah menjadi west avenue plaza yang menampilkan tiga artwork pada tiga titik, yaitu di kedua ujung sisi area dan pada bagian tengah area dengan ditambah sentuhan estetik dari stepping stone yang menjadi jalur sirkulasi utama disana dan jajaran pohon palem yang menyatukan desain dari west avenue plaza tersebut. Tujuan dibuatnya west avenue plaza ini adalah untuk teras belakang dari kawasan kantor Gudang Garam. Konektor dari kedua sisi bangunan yang menjadi rest area bagi pengguna kantor. Selain revisi pada master plan, pada tahapan ini dibuat gambar potongan dari 4 spot yang berbeda yang diberi nama section A, D, E F. Ke empat gambar spot potongan ini menampilkan perbedaan ketinggian level dari desain yang dibuat. Section A – Entrance Area, gambar potongan ini menjelaskan kondisi tampak samping dari pintu masuk utama ke kawasan kantor yang memiliki level terendah. Pintu masuk yang berada satu level dengan pedestrian track pada welcome area memiliki perbedaan ketinggian sekitar 1,5 meter. Sedangkan pedestrian track nya memiliki kemiringan 2 untuk mencegah terjadinya run off dipermukaan. Gambar potongan berikutnya adalah section D E – roof garden north south. Gambar potongan D menjelaskan penampang dari rest area di area podium, Terdapat deck yang didesain dengan bahan kayu bengkirai anti slip dan seating wall di bagian timur yang dipisahkan oleh islands. Pada gambar potongan E menampilkan kondisi seating wall lebih detil. Seating wall didesain dengan bahan dari granite clad dan dasar lantai dari stone paving. Perpaduan tekstur kasar dari dua jenis bahan yang berbeda ini bertujuan untuk mengurangi efek licin yang berbahaya bagi user yang melewatinya pada saat keadaan basah. Mengingat hardscape ini dipasang di outdoor. Section F – Roof Garden North-Thru Island, menjelaskan tentang kondisi tampak potongan dari roof garden dan islands dibagian timur dari tower Gudang Garam. Island dibuat dengan permukaan seperti ombak untuk memberikan kesan seperti air. Karena klien utama tidak ingin adanya water features di area podium, maka dibuatlah tekstur yang menyerupai tekstur air. Sedangkan pada seating area, untuk lantainya terbuat dari timber bridge kayu bengkirai. Fasilitas yang disediakan di area ini adalah fasilitas berupa seating wall, dan bangku-bangku taman. Gambar 34. Master Plan Gudang Garam Office Complex Sumber : Basemap SFA, Ilustratif Chandra, 2012 Gambar 35. Section A – Entrace Area Sumber : Chandra, 2012 95 Gambar 36. Section D E – Roof Garden North South Sumber : Chandra, 2012 96 Gambar 37. Section F – Roof Garden North-Thru Island Sumber : Chandra, 2012 97 Gambar 38. Tampak Samping Tower Gudang Garam Sumber : Chandra, 2012 98

5.4.10 FASE-6 : Construction Documentations

Tahapan ini merupakan tahapan terakhir dalam proses perancangan . Untuk melengkapi proses perancangan tersebut, SFA sebagai konsultan pelaksanan mempersiapkan gambar konstruksi yang memenuhi standar untuk pelaksanaan pembangunan, seperti layouting plan, grading plan, planting plan, hardscape, softscape, detil konstruksi yang lebih spesifik, dan lain-lain sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Booth 1983. Dalam teorinya tersebut, Booth 1983 menyatakan bahwa semua gambar-gambar tersebut dibuat sebagai sarana untuk berkomunikasi bagaimana membangun semua elemen proyek dari keseluruhan lokasi tapak. Kontraktor menggunakan dokumen-dokumen ini sebagai instruksi untuk proses pembangunan. Pada tahapan ini konsultan perancang lebih konsen dengan masalah teknis dan mekanikal, walaupun estetik juga tetap diperhatikan. Teori tersebut menjadi dasar kegiatan yang dilakukan oleh SFA pada fase construction documentations ini. Adapun kegiatan yang dilakukan SFA pada tahapan Construction Documentations ini adalah sebagai berikut : 1. mengerjakan detil posisi dan konstruksi dari setiap elemen hardscape yang akan dipasang pada tapak. 2. Mengerjakan detil softscape, dalam hal ini planting plan termasuk menentukan titik tanam, spesifikasi tanaman, serta jenis dan jumlah tanaman yang digunakan. Pada dasarnya, kompenen lanskap kantor tidak mempunyai acuan standar yang baku dalam teori, semua itu disesuaikan dengan kebutuhan klien utama akan fasilitas apa saja yang akan menjadi komponen lanskap kantor. Dalam proyek ini, pihak klien utama yaitu PT. Gudang Garam menginginkan fasilitas yang mengakomodasi kegiatan kantor, contohnya seperti refreshing area dan gathering area tetapi tidak meninggalkan aspek utama sebagai kantor, bukan tempat rekreasi. Oleh karena itu SFA meletakkan beberapa fasilitas pendukung tersebut pada detil desain yang ditampilkan pada fase ini. Adapun fasilitas tersebut seperti shared space, entrance and exit gate, parking area, pos satpam, seating area, dan lain sebagainya. Semua fasilitas tersebut dibuat atas permintaan dari klien sendiri. Untuk pembuatan detil setiap elemen fasilitas tersebut dikerjakan pada fase ini. Adapun durasi pengerjaan pada fase ini yaitu 7 minggu pengerjaan pada jadwal, tetapi SFA mengerjakannya selama 5 minggu pengerjaan. Hal ini dapat terwujud karena maintenance waktu yang efektif dalam studio yang diterapkan oleh SFA. Berikut adalah uraian detil setiap elemen yang dibuat pada proyek ini.

a. Hardscape