2.2 Lanskap Kota
Lynch 1977 dalam bukunya yang berjudul “The Image of the City” menyatakan bahwa ada lima elemen pokok yang biasa digunakan orang untuk
membangun citra mental dari sebuah kota, yaitu jalur sirkulasi paths, bagian
wilayah kota distrik, batas wilayah edges, pusat aktivitas kota nodes, dan
tengaran landmark.
Menurut Simonds 1983, kota adalah pemukiman yang tersebar dan padat ekonomi, sosial, dan aktivitas politik. Kota memiliki posisi geografi yang relatif
tetap dan kekuasaan pemerintah yang spesifik. Selain itu, kota bersifat dinamis pertumbuhannya, dan organisasi didalamnya berfungsi dengan baik. Kota harus
mempunyai kemampuan kerja sosial, ekonomi, dan struktur politik yang dinyatakan dalam bentuk tiga dimensi. Sehingga dapat dinyatakan lanskap kota
merupakan suatu lanskap buatan manusia sebagai akibat dari aktivitas manusia dalam mengelola lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Lanskap kota
terjadi karena adanya pengorganisasian ruang yang mencerminkan kegiatan masyarakat setiap hari.
2.3 Lanskap Industri
Menurut Tandy 1975 dalam “Landscape of Industry”, lanskap industri
atau pabrik yang menyatu dengan perkantoran menjadi salah satu bagian pembentuk lanskap kota. Tetapi tipe lanskap ini berbeda dengan lanskap lainnya
seperti perumahan atau yang lainnya. Lanskap industri atau perkantoran biasanya ditandai dengan beberapa poin seperti :
a. membutuhkan skala bangunan yang besar dan lanskap yang luas
b. membutuhkan ruang untuk pengembangan ekspansi
c. membutuhkan ruang penyangga seperti hutan
Hal itu dikarenakan lanskap industri kantor merupakan pusat dari kegiatan banyak orang, tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan efek positif
maupun negatif bagi lingkungan sekitar. Oleh karena itu lanskap tersebut membutuhkan penutupan lahan dari vegetasi penyangga untuk menjaga stabilitas
lingkungan disekitarnya.
2.4 Public Green Open Space
Definisi ruang terbuka menurut Simonds dan Starke 2006, menggambarkan karakter arsitektural ketika mendekati seluruh atau sebagian dari
elemen struktur. Seperti suatu ruang yang merupakan tambahan suatu bangunan. Kadang-kadang ini menjadi batasan satu bangunan atau gabungan dari beberapa
bangunan. Ini dapat terlihat dari hubungan antara ruang, struktur, dan lanskap yang digabungkan dalam proses desain. Jika struktur volume ruang terbuka di satu
sisi, ini menjadi suatu transisi antara struktur dan lanskap. Jika terbuka pada suatu pemandangan, biasanya ini menjadi pusat lokasi dengan pemandangan terbaik dan
tempat dengan pemandangan terbaik yang dapat dilihat dari berbagai sisi. Menurut Baud-Bovy dan Lawson 1998, taman berguna untuk orang yang
hidup di kota dan desa untuk berhubungan langsung dengan alam dan bersantai sehingga membebaskan dari kepadatan jalan raya. Area berumput menjadi area
informal yang menjadi area permainan bagi anak-anak dan area bersenang-senang untuk orang dewasa. Orang yang hidup dan bekerja di sekitar area
menggunakannya untuk makan siang di ruang terbuka atau untuk berlatih. Area ini dapat difungsikan oleh anak-anak dan melatih peliharaannya.
Ruang hijau memiliki fungsi yang beragam: a.
sosial : ruang untuk bertemu dan bermain yang berhubungan dengan alam b.
struktural : desain urban dan pertamanan c.
ekologis : peraturan ekosistem urban dengan: - mengurangi masalah persepsi psikologis urban
- peningkatan iklim - mengantisipasi perbedaan iklim dan angin secara perlahan
- mengatur hujan dan banjir - mengelola keragaman tanaman dan hewan.
Chiara dan Koppelman 1994 menyatakan bahwa sifat khas keruangan lanskap pada umumnya tergantung pada tiga hal:
1. Besaran ruang
Besaran ruang penting untuk menentukan dampak visual secara menyeluruh, demikian juga potensinya untuk menyerap fungsi tertentu. Besaran dapat
dievaluasi menurut luas dan hubungan antara luas tersebut dengan semua ruang lainnya pada tapak tersebut.
2. Tingkat ketertutupan degree of enclosure visual
Tingkat ketertutupan visual ruang merupakan faktor spasial penting, terutama untuk menempatkan fungsi yang sangat dipengaruhi oleh kebutuhan
hubungan sirkulasi jalan atau jalan setapak, pemandangan yang bagus, atau vista pemandangan. Tingkat ketertutupan merupakan pertimbangan
perencanaan yang penting, tidak hanya dalam percapaian keruangan, tetapi juga dalam bentuk visualnya.
3. Sifat visual
Seseorang harus mengadakan penafsiran suatu ruang secara cermat menurut citra visual yang melekat untuk menentukan sifat khas dari ruang. Kualitas
visual yang melekat pada tapak sangat mempengaruhi jenis kegiatan yang terjadi. Ruang padat yang disekat rapat akan menghasilkan nuansa yang
sangat berbeda dengan ruangan yang terbuka, dan landai. Apabila suatu rencana akhir akan berhasil, maka kegiatan-kegiatan yang direncanakan untuk
berbagai tapak hendaknya mencerminkan kualitas yang melekat pada tapak tersebut.
2.5 Perancangan Lanskap