Estimasi waktu yang diperlukan untuk pengerjaan proyek ini selama 5-6 bulan paling lambat, dan itu diluar proses pengawasan implementasi rancangan.
Untuk tata cara pembayaran upah pengerjaan proyek tersebut adalah sebagai berikut :
a. Down payment uang mukasebesar 15
b. Concept Design konsep desain sebesar 25
c. Draft design development sebesar 20
d. Final design development sebesar 20
e. Construction Documentation sebesar 20
Sesi kontrak sudah dijelaskan pada teori yang dipaparkan oleh Booth 1983 dan Hill 1995. Perbedaan yang terjadi adalah penempatan sesi kontrak pada kedua
teori tersebut. Booth 1983 menempatkan sesi kontrak pada tahapan pertama dalam proses perancangan seperti yang dilakukan oleh SFA. Tetapi Hill 1995
menempatkan sesi kontrak pada tahapan terakhir yaitu execution dalam proses
perancangan. Kelemahan dari teori yang dipaparkan oleh Hill 1995 yaitu akan merugikan konsultan sebagai pihak kedua dalam pekerjaan proyek. Dimana
konsultan akan dirugikan oleh pihak utama yaitu klien apabila setelah semua proses perancangan selesai, dan konsultan telah menghasilkan produk gambar tetapi klien
utama menolak kontrak pekerjaan. Hal ini yang dihindari SFA sebagi konsultan internasional. Setelah semua administrasi selesai, tahapan selanjutnya yang
dilakukan oleh pihak SFA dan tim kerjanya adalah melakukan survey tapak untuk mendapatkan data yang lebih akurat terkait kebutuhan proses perancangan lanskap
tersebut.
c. Survey
Survei atau inventarisasi proyek ini dilakukan sejak akhir tahun 2010 oleh konsultan arsitektur. Tetapi pihak SFA tetap melakukan survey ulang untuk
melihat perubahan yang terjadi dalam 6 bulan sampai 1 tahun sebelumnya, karena pelaksanaan survey oleh SFA dilakukan pada tahun 2011. Oleh karena itu untuk
melihat perubahan data tapak, harus dilakukan pengecekan ulang. Baik itu data primer tapak maupun data sekunder dari pihak terkait yang membantu dalam
proses inventarisasi survey ini. Tahapan ini sangatlah penting dilakukan untuk mendapatkan desain yang akurat serta menghindari kesalahan perancangan yang
akan mengakibatkan ketidaknyamanan user nantinya karena perubahan data untuk analisis nantinya. Sebelum melakukan inventarisasi atau
ground check, ada beberapa hal yang harus disiapkan. Pada tabel dibawah ini dapat dilihat tugas dan
hasil yang harus dicapai dalam tahap ini.
Tabel 10. Tugas dan Hasil Inventarisasi
Tugas Hasil
Menyiapkan mastermap OS dari klien
yang nantinya diubah sesuai standar SFA
Data CAD yang sesuai standar SFA A124-MOS
Base mapping dari google earth Foto citra kondisi tapak sebagai acuan
Documentations File fotografi
Pengecekan peta hasil surveiklien dengan kondisi di lapang
Peta dalam CAD yang lebih akurat Sumber : Chandra, 2012
Sebelum melakukan survei lapang SFA menyiapakan mastermap OS yang
didapat dari klien PT. Anggara Architeam, beserta data konturlevel tapak, vegetasi, dan utilitas yang ada dalam bentuk CAD.
File ini merupakan peta dari pihak arsitek PT. Anggara Architeam yang berisi tentang batasan dan luasan
tapak. Kemudian peta inilah yang diolah oleh SFA untuk dijadikan peta dasar dalam kegiatan perancangan. Namun, sebelum menggunakan peta tersebut, SFA
mengganti semua layer di dalamnya untuk diubah ke dalam format layer yang
telah sesuai standar SFA. Setiap elemen pada gambar CAD bangunan, jalan, vegetasi, utilitas dll
dapat diketahui dengan mudah setelah proses standarisasi layer selesai.
Selanjutnya Base mapping dari google earth berfungsi membantu dalam melihat
kondisi lapang. SFA melakukan survei atau inventarisasi langsung ke tapak dalam waktu yang berkala. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih akurat
dengan berbagai waktu yang berbeda. Semua data hasil survei akan diolah sebagai pendukung proses pembuatan
masterplan. Semua kegiatan tersebut walaupun dilakukan pengerjaannya di studio SFA Indonesia, tetapi pihak SF UK tetap
mengawasi jalannya proses tersebut dan memberikan masukan untuk
pengembangan dan pengolahan data hingga proses perancangan selesai. Jadi distribusi data dari SFA dan SF UK tetap berlangsung melalui email.Berikut
adalah hasil survey yang dilakukan SFA berupa masterplan buildingtower
Gudang Garam OS, photography, dan MOS.
a.
Master plan buildingtower Gudang Garam OS
Dari master plan buildingtower Gudang Garam atau yang disebut OS,
dapat dilihat kondisi tapak beserta luas area, fasilitas, vegetasi, dan level kontur pada tapak. Peta inilah yang diolah oleh SFA menjadi peta dasar untuk
proses perancangan berikutnya. Sebelum digunakan, tim kerja dari SFA merubah
layer berdasarkan standarisasi gambar kerja yang berlaku di SFA dan SF UK. Untuk contoh gambar
OS ditunjukkan pada Gambar 21. b.
Foto citra dan Photography
Dalam kegiatan survey, SFA mengambil beberapa foto sebagai ilustrasi acuan untuk analisis tapak nantinya. Sebagai basemap awal digunakan foto
udaracitra dari google earth sebagai acuan posisi tempat pengambilan
dokumentasi yang lainnya. Semua foto eksisting tapak dikumpulkan dalam satu
file folder yang bernama photography. Berikut sebagia foto hasil dokumentasi SFA yang nantinya akan dikembangkan dalam proses pembuatan
masterplan. Untuk memudahkan klien memahami gambar eksisting tapak, hasil dari dokumentasi disajikan dengan
layout standar SFA. Foto yang ditampilkan merupakan perwakilan dari tapak yang nantinya akan dilakukan
pengembangan. Setiap penambahan atau update dari foto tapak maka pihak SF
UK juga harus mendapatkan update-an nya. Untuk contoh gambar
photography ditunjukkan pada Gambar 22. c.
MOS
Peta ini adalah peta survey gabungan dari peta-peta sebelumnya. MOS
inilah yang nantinya akan dijadikan basemap utama dan menjadi acuan untuk
pembuatan gambar perancangan hingga masterplan. MOS terdiri dari data
bangunan, luasan, batas, sirkulasi, fasilitas, vegetasi dan lain lain yang diperlukan untuk proses analisi tapak berikutnya. Untuk contoh gambar
MOS ditunjukkan pada Gambar 23.
Gambar 14. Initial Thought
– Approach Metaphor Sumber : SFA 2012
61
Gambar 15. Initial Thought
– Illustrative entrance Sumber : SFA 2012
62
Gambar 16. Initial Thought
– Layer entrance Sumber : SFA 2012
63
Gambar 17. Initial Thought
– Illustrative elevation Sumber : SFA 2012
64
Gambar 18. Initial Thought
– Illustrative terrace Sumber : SFA 2012
65
Gambar 19. Initial Thought
– Layer terrace Sumber : SFA 2012
66
Gambar 20. Initial Thought
– Illustrative overall Sumber : SFA 2012
67
Gambar 21. Masterplan tower Gudang Garam OS oleh PT. Anggara Architeam
Sumber : SFA 2012
Gambar 22. Photography Survey
Sumber : Chandra, 2012
Gambar 23. MOS
Sumber : SFA, 2012
5.4.6 FASE-2 : Research and Analysis Riset dan analisis
Setelah baseplan MOS disiapkan dalam tahapan sebelumnya, tahapan ini
menjadi tahap lanjutan setelah persiapan dan pengumpulan data, baik data primer hasil survei lapang ataupun data sekunder dari tim arsitek yang telah melakukan
pengumpulan data lebih dulu. Ada beberapa bagian dalam tahapan ini. Pertama desainer menentukan tujuan dari analisis tapak yang akan dilakukan guna
menentukan apa saja yang mungkin dilakukan pada tapak nantinya. Seperti evaluasi dan pengelompokan masalah dan potensi serta karakteristik yang ada
pada tapak tersebut Booth, 1983. Nilai positif yang dimiliki SFA dalam proses perancangan yang
diterapkannya pada fase-2 ini adalah kemudahan dalam pekerjaan analisis data, karena SFA telah melakukannya pada sesi
Initial Thought diawal. Riset dan analisis pada fase ini berorientasi pada hasil analisis
initial thought. Selain itu, SFA juga mendapatkan
saving waktu dari fase ini, dimana fase ini ditargetkan selama 5 minggu, tetapi bisa selesai dalam 1 minggu. Hal ini juga meringankan
dan memperbanyak waktu pengerjaan untuk fase-fase selanjutnya yang lebih membutuhkan waktu ekstra.
Pada proyek Gudang Garam Office Complex ini dilakukan 2 pembagian
analisis tapak, yaitu analisis context Tower Position konteks posisi tower dan
analisis general umum yang tetap berorientasi pada hasil analisis yang telah
dilakukan pada saat persiapan initial thought, tetapi dikembangkan ke dalam
analisis yang lebih mendalam.
a. Analisis Context Tower Position