5.4.6 FASE-2 : Research and Analysis Riset dan analisis
Setelah baseplan MOS disiapkan dalam tahapan sebelumnya, tahapan ini
menjadi tahap lanjutan setelah persiapan dan pengumpulan data, baik data primer hasil survei lapang ataupun data sekunder dari tim arsitek yang telah melakukan
pengumpulan data lebih dulu. Ada beberapa bagian dalam tahapan ini. Pertama desainer menentukan tujuan dari analisis tapak yang akan dilakukan guna
menentukan apa saja yang mungkin dilakukan pada tapak nantinya. Seperti evaluasi dan pengelompokan masalah dan potensi serta karakteristik yang ada
pada tapak tersebut Booth, 1983. Nilai positif yang dimiliki SFA dalam proses perancangan yang
diterapkannya pada fase-2 ini adalah kemudahan dalam pekerjaan analisis data, karena SFA telah melakukannya pada sesi
Initial Thought diawal. Riset dan analisis pada fase ini berorientasi pada hasil analisis
initial thought. Selain itu, SFA juga mendapatkan
saving waktu dari fase ini, dimana fase ini ditargetkan selama 5 minggu, tetapi bisa selesai dalam 1 minggu. Hal ini juga meringankan
dan memperbanyak waktu pengerjaan untuk fase-fase selanjutnya yang lebih membutuhkan waktu ekstra.
Pada proyek Gudang Garam Office Complex ini dilakukan 2 pembagian
analisis tapak, yaitu analisis context Tower Position konteks posisi tower dan
analisis general umum yang tetap berorientasi pada hasil analisis yang telah
dilakukan pada saat persiapan initial thought, tetapi dikembangkan ke dalam
analisis yang lebih mendalam.
a. Analisis Context Tower Position
Lokasi pelaksanaan proyek ini memiliki posisi yang cukup strategis untuk dikembangkan. Permintaan klien yang menginginkan
tower Gudang Garam ini menjadi
landmark dan vocal point bagi daerah disekitarnya, didukung oleh situasi daerah sekitar yang tidak memiliki gedung tinggi. Berdasarkan teori yang
dipaparkan De Chiara dan Koppelman 1994 yang menyatakan bahwa jalan sirkulasi merupakan unsur penting untuk rancangan pengelompokan yang harus
diletakkan secara fungsional dan sesuai kenyaman. Hal inilah yang menjadi dasar SFA menekankan pada potensi aksesibilitas dari posisi tapak yang akan dibangun
terhadap area sekitar kota Jakarta secara luas, khususnya area disekitar tapak. Gambar untuk analisis
context tower position dapat dilihat pada gambar no.26. Posisi tapak yang berada dijalur-jalur utama kota Jakarta, yaitu kemudahan akses
menuju daerah central di Jakarta seperti Monas, Bundaran HI, dan Kemayoran. Selain itu juga menjadi kemudahan bagi SFA untuk menentukan pola sirkulasi
desain yang akan diterapkan nantinya. Adapun pola sirkulasi yang ditentukan SFA untuk desain tidak jauh berbeda dengan kondisi yang ada saat ini, yaitu
sirkulasi primer, sekunder, dan tersier. Kemudahan sirkulasi ini juga menopang lancarnya sirkulasi pekerjaan yang dilakukan oleh PT. Gudang Garam yang
merupakan salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia. Kendala yang ada adalah posisi tapak ada dibawah
underpass Wiyoto Wiyono. Ini akan menyebabkan desain tidak muncul atau tidak dapat dinikmati
user dari berbagai arah pandangan. Tetapi ini dapat dijadikan potensi untuk memunculkan desain yang menjadi
vocal point area tersebut, didukung dengan desain
tower yang menjulang tinggi. Itu semua akan menjadi sesuatu yang unik dan menarik bagi daerah sekitar pada khususnya, dan kota Jakarta pada umumnya.
b. Analisis General Umum
Pada analisis umum ini terbagi atas 4 aspek yang menjadi fokus dalam analisis yang ditampilkan dalam satu gambar, yaitu : analisis sirkulasi , analisis
visual, analisis noise kebisingan, dan analisis bayangan serta musim. Keempat
aspek tersebut digabung menjadi satu gambar oleh SFA dengan tujuan untuk menghemat waktu dalam pembuatan dokumentasi gambarnya. Gambar untuk
analisis general dapat dilihat pada Gambar 27.
Analsis sirkulasi yang menjadi fokus adalah pergerakan pejalan kaki di area depan tapak. Dimana, terdapat pergerakan pejalan kaki di depan tapak yang
tidak teratur garis panah hijau pada gambar. Hal ini akan menjadi kendala utama dalam pembuatan desain nantinya, dimana desain secara tidak langsung
diharapkan dapat merubah kebiasaaan yang tidak baik dari pejalan kaki yang sembarangan dalam menggunakan fasilitas umum tersebut. Oleh karena itu,
berdasarkan teori yang dipaparkan De Chiara dan Koppelman 1994 yang menyatakan bahwa jalan sirkulasi merupakan unsur penting untuk rancangan
pengelompokan yang harus diletakkan secara fungsional dan sesuai kenyaman. Sebagian besar masalah fisik dapat ditangani dengan perbaikan akses dan batas
tapak. Hal ini akan semakin parah dan memburuk apabila dibiarkan terus menerus. Dari permasalahan yang ada dapat ditarik sebuah peluang untuk
menciptakan sebuah welcome area yang dapat memperbaiki akses dan
memperjelas batas. Tapak memiliki potensi pada visualisasinya, oleh karena itu analisis visual
terbagi menjadi 2 level visual. Pertama level atas, yaitu level dimana pengguna jalan berada di atas Jalan Tol Wiyoto Wiyono yang menuju kearah utara dapat
dengan leluasa menikmati pemandangan dari kemegahan desain tower Gudang
Garam tersebut tanda panah biru pada gambar. Dan kedua, level tingkat bawah, yaitu level dimana terjadinya pergerakan yang menghubungkan kegiatan hotel,
rumah sakit, dan kampus Trisakti kearah selatan dari tapak dengan Carrefour dan persimpangan utama ke utara. Sedangkan untuk visual secara umum,
tower baru Gudang Garam ini akan tampak secara luas keseluruh area sekitar terutama ke
arah barat laut dan barat daya terlihat tanda panah merah pada gambar. Hal ini dapat menjadi fasilitas rekrreasi
refreshing bagi pengguna tapak user nantinya dengan menikmati keindahan lanskap kota Jakarta disekitar tapak secara lebih
leluasa dari TowerBuilding yang akan dibangun nantinya.
Untuk analisis kebisingan dipengaruhi oleh lalu lintas di depan tapak yang sangat padat yang menjadi sumber kebisingan garis zigzag kuning pada gambar
baik di level bawah satu level dengan tapak maupun level atas yang berada di jalan tol, akan membutuhkan perlakukan dan tanggapan desain tertentu untuk
menciptakan keselarasan akan desain baru dengan area sekitarnya. Untuk analisis bayangan dan musim, terlihat pada gambar dengan studi
warna untuk membedakan musim panas tertinggi dan sebaliknya musim hujan, yaitu pada 22 Juni yaitu musim kemarau shade ungu pada gambar dan 22
Desember musim hujan shade biru muda pada gambar. Analisis tersebut bertujuan untuk menentukan daerah disekitar
towerbuiding menjadi tempat aktivitas yang nyaman bagi
user nantinya dengan adanya bantuan bayangan. Hal ini juga digunakan untuk menetukan posisi
seating area di sekitar gedung yang menjadi pusat aktivitas rekreasi bagi
user. Selain itu juga digunakan untuk
menentukan penataan dan pemilihan jenis tanaman yang akan dimasukkan kedalam desain nantinya. Hal ini disebabkan karena tanaman akan mengejar
cahayasinar matahari untuk pertumbuhannya, sedangkan posisi tapak sedikit tertutup bangunan permanen seperti
underpass. Jadi hasil analisis bayangan ini akan menjadi orientasi dan pertimbangan untuk penyelesaian masalah di tahapan
berikutnya. Gambar analisis shadow dapat dilihat pada Gambar 24 dan 25.
Gambar 24. Analisis shadow pada Bulan Juni
Sumber : Chandra, 2012
Gambar 25. Analisis shadow pada Bulan Desember
Sumber : Chandra, 2012
Gambar 26 . Analysis Context Tower Position
Sumber : SFA 2012
75
Gambar 27. Analysis General
Sumber : SFA 2012
76
5.4.7 FASE-3 : Concept Design Konsep Desain
Tahapan Concept Design merupakan tahapan lanjutan dalam proses
perancangan, dimana hasil dari tahap ini baru berupa conceptual plan. Menurut
Booth 1983, conceptual plan adalah gambar rencana awal yang menampilkan
usulan pengembangan tapak. Gambar ini yang akan digunakan untuk perumusan master plan. Master plan untuk main area dibuat berdasarkan master plan yang
telah dibuat oleh tim arsitek, namun terdapat beberapa perubahan pada master
plan yang baru. Perubahan-perubahan tersebut diantaranya adalah perubahan pada bagian
welcome area, dan area di sekitar tower yang termasuk dalam tapak pengembangan desain lanskapnya. Tetapi, perubahan tersebut tetap berorientasi
pada konsep dasar dan desainnya. Dalam tahapan ini terdapat dua tahapan lainnya, yaitu : 1. Perumusan Konsep Dasar dan 2. Perumusan Konsep Desain