kepandaian bagi manusia. Manusia ini berdiam di Esen Hitu, As Hitu akan tetapi sejak kecil nakal, suka berkelahi, sesudah dewasa, juga mulai mencuri, merusakkan
barang milik orang, lalu Hot memerintahkan mereka itu, untuk mendiami bumi. Sehubungan dengan itu, religi yang dilakukan pada saat membangun rumah
suku baru atau rumah adat ditujukan untuk memulihkan kembali keseimbangan antara para anggota suku yang membuat rumah dengan kayu, rumputan. Berdasarkan
pemikiran masyarakat Bunaq, bahwa kayu dan bahan lainnya yang digunakan adalah sesama makhluk yang sama dan sederajat dengan manusia, sehingga harus diadakan
perdamaian kembali dengan mereka. Sementara itu, terdapat ritual mengenai bahan makanan yakni kayu cendana
dan lilin lebah. Hal ini berdasarkan syair mitologis, bahwa bahan makanan, kayu cendana dan lebah adalah hasil penjelmaan seorang putera dan puteri bernama Dasi
Bau Maliq dan Dasi Bui Maliq. Dasi Bui Maliq menjadi lebah dan Dasi Bau Maliq menjelma menjadi bahan makanan dan kayu cendana. Kemudian, darah dagingnya
menjelma menjadi padi-padian, giginya menjadi jagung, lidahnya menjadi tebu, biji matanya menjadi kacang-kacangan, perutnya menjadi labu, pantatnya menjadi ubi.
Berdasarkan kepercayaan itu, maka ada berbagai upacara yang dilakukan yang berkaitan dengan bahan makanan yang ditujukan untuk menghindarkan bencana
alam, pemusnah makanan, melancarkan curah hujan, menambah kesuburan tanah serta memberikan hasil panen yang berlimpah Mali 2009.
4.6.6 Nama panggilan anak secara adat
Dalam kehidupan masyarakat suku Bunaq, setiap anak memiliki panggilan secara adat. Adapun panggilan untuk anak laki-laki maka panggilan apa’ untuk
memanggil anak sulung, pou untuk anak kedua, uju untuk anak ketiga dan uka untuk anak bungsu. Apabila anak laki-laki berjumlah lebih dari empat orang maka anak
kelima disebut sebagai anak sulung dengan panggilan apa’ dan seterusnya. Panggilan untuk anak perempuan sama halnya panggilan adat yang diberikan kepada anak laki-
laki hanya berbeda pada panggilan yang diberikan bagi anak sulung yakni pada anak perempuan diberi nama aiba.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Potensi Keanekaragaman Spesies Tumbuhan
Berdasarkan hasil identifikasi dan wawancara yang dilakukan dengan masyarakat suku Bunaq di Desa Dirun diperoleh bahwa dalam kehidupannya mereka
memanfaatkan sebanyak 257 spesies tumbuhan dari 71 famili seperti yang tersaji
pada Lampiran 1. Perolehan data ini menunjukkan bahwa dalam kesehariannya, masyarakat suku Bunaq memiliki interaksi yang sangat dekat dengan tumbuhan-
tumbuhan di sekitarnya dan memiliki potensi sebagai tumbuhan berguna untuk menunjang kehidupan mereka.
Berikut ini dikemukakan klasifikasi keanekaragaman tumbuhan berguna berdasarkan 1 Jumlah spesies dan famili tumbuhan berguna, 2 Keanekaragaman
spesies tumbuhan berdasarkan habitusnya, 3 Bagian tumbuhan yang digunakan, 4 Persentase asal tumbuhan, dan 5 Keanekaragaman manfaat tumbuhan berguna.
5.1.1. Jumlah spesies dan famili tumbuhan berguna
Keanekaragaman spesies dan famili yang digunakan sebagai tumbuhan berguna dalam kehidupan masyarakat suku Bunaq di Desa Dirun adalah sebanyak
257 spesies dari 71 famili. Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan adapun famili dengan spesies tumbuhan terbanyak adalah Fabaceae yang ditemukan
sebanyak 25 spesies, diikuti Poaceae sebanyak 17 spesies dan Euphorbiaceae sebanyak 19 spesies. Pada Gambar 4 hanya terdapat 17 famili yang memiliki jumlah
spesies lebih besar sama dengan tiga sedangkan daftar famili dengan jumlah spesies lebih besar sama dengan dua dan daftar selengkapnya secara keseluruhan dapat
dilihat pada Lampiran 1.