Tumbuhan untuk acara adat

tersebut bertujuan untuk memisahkan orang yang sudah meninggal dari orang-orang yang masih hidup. Sehubungan dengan ritual ini dalam kehidupan masyarakat Bunaq adanya ritual yang dikenal dengan istilah “Lo lai” yang merupakan suatu ritual yang dilakukan terutama bagi orang yang meninggal karena kecelakaan tertentu. Ritual ini dimaksudkan agar kecelakaan yang dialami oleh orang yang telah meninggal tersebut tidak lagi terjadi bagi anggota atau orang-orang yang sesuku dengannya. Tumbuhan yang digunakan pada ritual ini adalah kelapa Cocos nucifera yakni daunnya dijadikan sebagai ketupat yang digantung pada sebuah tiang dan sebagai simbol dari ritual ini adalah dengan penghancuran ketupat-ketupat tersebut. Kedua, menyatukan misalnya dalam upacara perkawinan. Menyatukan antara pasangan pengantin laki-laki dengan pengantin perempuan dan keluarganya. Berkaitan dengan ritual ini yang menjadi simbol menyatukan kedua pihak tersebut adalah menyertakan sirih Piper betle atau sirih buah Piper amboinensis dan pinang Areca catechu atau irisannya yang telah kering juga kapur sirih yang dikenal dengan budaya “ molo-pu” yang artinya budaya makan sirih dan pinang Gambar 18. Di samping itu pula, makan sirih dan pinang ini menjadi satu kebiasaan untuk menghormati tamunya. Adapun makna dari perjamuan tersebut adalah sebagai simbol persaudaraan. Pengguna pinang untuk makan sirih adalah laki-laki maupun perempuan, tua ataupun muda. Kebiasaan menyertakan sirih dan pinang ini pun sebagai pelengkap sesaji dalam acara-acara ritual tertentu merupakan kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun dari orang tua dan pelajaran dari para leluhurnya Gambar 18. Gambar 18 Sirih dan pinang dalam budaya “molo pu”dan sebagai pelengkap sesaji Ketiga, tradisi atau peralihan misalnya dalam upacara khitanan yaitu upacara peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa atau remaja, nuju bulan dari masa sebelum mempunyai anak, mengandung hingga melahirkan bayi. Kekuatan magis dari tumbuhan-tumbuhan yang digunakan seringkali kekuatannya ditentukan sendiri oleh manusia karena di dalam diri manuia selalu ada harapan-harapan sedangkan tumbuhan atau sifat tumbuhan itu adalah seperti harapan manusia tersebut. Adapun spesies tumbuhan yang digunakan dalam ritual bagi bayi yang baru lahir yang dikenal dengan istilah uor said sagal yang menggunakan pisang luan Musa paradisiaca karena kharakteristik buahnya yang selalu hijau ketika masih muda hingga matang sekalipun direbus. Hal ini nantinya mengindikasikan sifat dan karakter bayi yang hendak dibentuk sejak dini sesuai dengan harapan-harapan orang tua dan sanak keluarga sehingga sampai dewasa pun tetap bertahan layaknya buah pisang yang selalu hijau. Masyarakat meyakini karakter dan sifat dari orang yang melakukan ritual ini akan nantinya diturunkan kepada si bayi tersebut. Sehubungan dengan itu, biasanya diundang sanak keluarga yang memiliki sifat dan karakter seperti yang diinginkan kedua orang tuanya dan keluarga pada umumnya. Sehubungan dengan itu, dalam ritual ini biasanya masyarakat mensimulasikan berbagai kegiatan berguna yang dilakukan dalam keseharian hidup sehingga kelak bayi tersebut ketika dewasa dapat melakukan semuanya itu. Ada juga ritual yang dilakukan ketika memasuki usia remaja guna menghindari sakit dan malapetaka besar yang disebut sebagai “Hotel hut palakter ” dengan menggunakan kayu-kayu keras seperti goya’ Syzygium sp, kesambi Scleichera oleosa, hur Casuarina junghuniana.

5.1.5.12 Tumbuhan untuk kegunaan lain

Tumbuhan penghasil kegunaan lain yang ditemukan adalah sebanyak 6 spesies diantaranya adalah spesies tumbuhan yang berfungsi sebagai pengasah atau menajamkan pisau adalah adalah erol guzu dengan mengosokkan mata pisau tau parang pada kulit kayu tersebut. Di samping itu, terdapat tumbuhan yang digunakan sebagai penangkal sakit atau penolak malapetaka biasanya masyarakat menggunakan in ma buleen Curcuma officinale, dila carica papaya, dan iu Cordia dichotoma yang buahnya dijadikan sebagai bahan lem. Ada pula tumbuhan yang diyakini masyarakat untuk mengantisipasi kekuatan lawan bicara ketika terjadi perdebatan dalam suatu forum dan menjadi pandai bicara yakni mun mauhale dan aikerelelun tidak teridentifikasi jenisnya.

5.1.5.13 Tingkat kegunaan tumbuhan

Setiap spesies tumbuhan memiliki manfaat atau tingkat kegunaan yang berbeda-beda. Berdasarkan jumlah kegunaannya, spesies tumbuhan yang memiliki tingkat kegunaan tertinggi adalah pupinang Areca catechu. Tingkat kegunaan tumbuhan pada masyarakat Bunaq seperti terlihat pada Tabel 14. Tabel 14 Tingkat kegunaan tumbuhan No Nama Lokal Nama Ilmiah Kegunaan Keterangan 1 Pu Arecha catechu 4 Pangan, adat, obat, bangunan 2 Molo Piper betle 3. komoditi, shampoo alami, obat. 3 Paol Zea mays 3 Pangan, adat, obat 4 Barut Aleurites moluccana 3 komoditi, shampoo alami, obat. 5 Kopi Coffea Arabica 3 Obat, pangan, ekonomi 6 In belis Alium sativum 3 Obat, pangan, ekonomi 7 Hoi Arachis hypogaea 2 Pangan, ekonomi 8 In buleen Alium cepa 2 Pangan, ekonomi 9 Diq hotel Manihot esculenta 2 Pangan, ekonomi 10 Ho gapa Vigna radiate 2 Pangan, ekonomi Spesies tumbuhan yang memiliki tingkat kegunaan yang tinggi adalah pinang yang dalam kehidupan masyarakat Bunaq memegang peranan yang penting dalam kehidupan berbudaya, sebagai bahan campuran ramuan obat khususnya ramuan yang pengolahannya dikunyah secara langsung dan cara pemakaiannya adalah dioleskan pada organ-organ atau bagian tubuh lainnya yang sakit atau luka. Selain itu kebiasaan mengunyah biji pinang ini diyakini pula sebagai obat untuk menahan haus dan lapar dan juga pemberi kekuatan agar dapat berjalan dengan cepat serta tidak mudah lelah ketika melakukan suatu perjalanan sarana budaya tradisional. Bagian tanaman pinang