Tumbuhan penghasil kayu bakar

Tabel 7 Beberapa spesies tumbuhan penghasil kayu bakar yang ada di Desa Dirun No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian Yang Digunakan Kegunaan 1 Ai Rawan Scleichera oleosa Sapindaceae Batang Kayu Bakar 2 Tomol Cassia timoriana Fabaceae Batang Kayu Bakar 3 Lamtoro Leucaena leucocephala Fabaceae Batang Kayu Bakar 4 Tal Eucalyptus urophylla Myrtaceae Batang Kayu Bakar 5 Pie Eucalyptus alba Myrtaceae Batang Kayu Bakar 6 Hur Casuarina junghuniana Casuarinaceae Batang Kayu Bakar 7 Nor Nigi A Putrajiva roxburghii Sapotaceae Batang Kayu Bakar 8 Nor Nigi B Payena leerii Anacardiaceae Batang Kayu Bakar 9 Mokza Solanum verbascifolium Solanaceae Batang Kayu Bakar 10 Ai turis Myrsine avenis Myrsinaceae Batang Kayu Bakar Kayu bakar yang digunakan oleh masyarakat adalah berasal dari jenis tumbuhan yang multifungsi seperti kesambi Scleichera oleosa, tomol Cassia timoriana , lamtoro Leucaena leucocephala, tal Eucalyptus urophylla dan pie Eucalyptus alba yang merupakan penghasil bahan bangunan dan juga pakan. Alasan pengambilan spesies kayu bakar ini adalah karena memiliki kadar air yang rendah sehingga relatif mudah dikeringkan. Masyarakat biasanya mengambil kayu bakar di kawasan hutan lindung dari ranting–ranting yang kering dan terjatuh. Kayu bakar yang ada di lahan pertanian biasanya tidak dijadikan kayu bakar oleh mereka tetapi dibiarkan oleh mereka di lahan tersebut hingga musim penggarapan lahan tiba dan kayu-kayu tersebut nantinya dibakar guna mendapatkan kandungan zat-zat yng terbentuk dari hasil pembakaran yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman yang akan ditanam nantinya serta menghambat pertumbuhan gulma yang menganggu tanaman budidaya mereka. Karena kayu bakar merupakan sumber energi utama bagi masyarakat di Desa Dirun sehingga untuk mengantisipasi ketersediaan kayu bakar di musim hujan maka masyarakat melakukan pengambilan kayu secara intensif pada musim kemarau atau menjelang akhir musim kemarau Gambar 12. Gambar 12 Pengambilan kayu bakar

5.1.5.6 Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan

Tumbuhan berguna yang berfungsi sebagai penghasil tali, anyaman dan kerajinan dalam kehidupan masyarakat Bunaq di Desa Dirun adalah sebanyak 20 spesies. Beberapa spesies tumbuhan yang sering digunakan oleh masyarakat untuk keperluan tersebut adalah seperti tercantum pada Tabel 8. Tabel 8 Beberapa spesies tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan yang ada di Desa Dirun No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian Yang Digunakan Kegunaan 1 Heran Pandanus tectorius Arecaceae Daun Anyaman 2 Go Apa Gossypium sp. Malvaceae Buah Tenunan 3 Mah Bambusa sp. Bambusaceae Batang Kerajinan 4 Hak Corypha gebanga Arecaceae Daun Tali dan anyaman 5 Kersen Muntingia calabura Elaeocarpaceae Kulit Batang Tali 6 Tali Balanda Agave cantula Agavaceae Kulit Batang Tali 7 Mun Tumel Elaegnus triflora Acanthaceae Batang Tali 8 Tilon Asa Caesalpinia furfurea Fabaceae Batang Tali 9 Kibu guzu Urena lobata sp. Malvaceae Kulit batang Tali 10 Bon Entada phaseoloides Fabaceae Kulit batang Tali Pada umumnya masyarakat membuat anyaman seperti tikar, wadah makanan, sirih ketika ada upacara adat pada umumnya yang disebut “Taka,opa”, wadah ketika memanen hasil seperti toluk dan nawa dengan berbahan dasar heran Pandanus tectorius serta hak Corypha gebanga dan juga membuat tenunan dengan berbahan buluh kapas Gossypium sp., yang dikenal dengan istilah “Hutus morok” yang prosesnya dilakukan secara sederhana Gambar 13. Masyarakat juga membuat kerajinan menggunakan bambu seperti gelas bertutup yang dapat dengan mudah dibawa ketika sedang berpergian yang dikenal dengan istilah “Kuni” Gambar 13. Gambar 13 Taka dan opa, toluk dan nawa, hutus morok, kuni. Membuat kerajinan berupa anyam-anyaman serta tenunan merupakan tugas pokok atau syarat utama bagi para remaja putri sebelum memasuki jenjang perkawinan dan dalam tradisinya akan menjadi aib bagi keluarga jika remaja putri tidak bisa memintal dan menenun kain. Waktu pengerjaannya biasanya dilakukan ketika waktu luang dan musim hujan di saat tidak banyak membutuhkan tenaga di ladang atau kebun. Namun seiring dengan perkembangannya, pewarisan pengetahuan dari budaya ini telah perlahan terkikis dan tidak banyak dijumpai remaja putri dan