pelanggarnya dan penyembuhannya hanya bisa disembuhkan oleh pihak yang membuat larangan tersebut dan pada gole obon biasanya disertakan sepasang kaki
kambing atau sapi yang artinya bahwa apabila ada pelanggaran, maka dikenakan sanksi berupa ternak seperti yang dipasang gole obon tersebut.
Gambar 21 Gole obon
5.2.4 Pengontrol kelestarian sumberdaya alam Maq legat
Maq legat adalah orang yang ditunjuk dan dilantik oleh kepala dusun untuk
menjaga keutuhan sumberdaya alam seperti hutan-hutan adat, sumber-sumber air yang ada di wilayah tersebut dari perusakan-perusakan baik oleh manusia ataupun
hewan peliharaan berupa sapi atau kuda akibat kelalaian masyarakat. Di samping itu pula, maq legat bertugas mengontrol pengambilan hasil
tanaman milik masyarakat tanpa sepengetahuan pemiliknya. Semua pelanggaran yang ada dikenakan sanksi sesuai dengan berat ringannya kerusakan yang terjadi akibat
kelalaian tersebut.
5.2.5 Penggunaan lahan
Setiap anggota masyarakat memiliki lahannya masing-masing yang dijadikan sebagai tempat bercocok tanam. Dalam penggunaan lahan ini dibagi menjadi dua
bagian yakni pekarangan kolun dan kebun mar. Kolun merupakan lahan yang letaknya dekat dengan tempat tinggal dan digarap setiap tahunnya dengan luasan
yang relatif kecil sedangkan mar adalah lahan yang letaknya minimal 1 km dari tempat tinggal dan penggarapannya adalah 2-3 tahun sekali. Hal ini dimaksudkan
untuk pemulihan kembali lahan seperti semula atau hatak yang mengandung humus yang tinggi yang baik untuk pertumbuhan tanaman nantinya.
Gambar 22 Kolun dan mar
Pengolahan lahan untuk bertani pun tidaklah sekedar menanam bibit, memelihara dan memanen hasil tetapi lebih jauh terkait nilai-nilai kultural religius
atau kepercayaannya. Dalam pembukaan lahan dilangsungkan ritual yang dmaksudkan sebagai pemberitahuan kepada leluhur dan perwujudan simbolisme
pendinginan dan tanah dan proses penyuburannya. Dalam kaitannya dengan pemaknaan tersebut, kepercayaan terhadap keberhasilan dari pertanaman dan
pertumbuhan tergantung dari tingkat kesucian. Kesucian akan terwujud jika semua kegiatan dilakukan atas dasar ketaatan terhadap tata cara atau adatnya. Menurut
kepercayaan mereka, konsep pensucian dapat dilakukan dengan darah, api dan air. Darah selain sebagai pensuci juga bermakna pada kesuburan, sedangkan air sebagai
pendingin dan api memiliki karakter panas. Oleh karena itu ada suatu kewajiban pada awal kegiatan bertani harus didahului dengan upacara korban untuk mendapatkan
darah, dan biasanya yang mereka lakukan adalah menyembelih hewan piaraan seperti ayam atau babi. Darah hewan inilah yang digunakan sebagai prasyarat dalam