Limbah Rumah Sakit Efektivitas Biaya Pengelolaan Limbah Rumah Sakit X di Jakarta Selatan

10 Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi dengan obat selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik. e. Limbah farmasi Limbah farmasi merupakan limbah yang berasal dari obat-obatan yang digunakan dalam pengobatan pasien. f. Limbah kimia Limbah kimia merupakan limbah yang dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis, laboratorium, proses sterilisasi dan riset. g. Limbah radioaktif Limbah radioaktif merupakan limbah yang berasal dari bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan riset radionukleotida atau medis. Limbah-limbah rumah sakit yang beragam tersebut merupakan hasil dari berbagai aktivitas yang ada di rumah sakit. Sumber dari limbah-limbah tersebut dapat berasal dari aktivitas medis maupun non medis. Kegiatan operasional dari rumah sakit akan menghasilkan limbah medis dan non medis, berikut pembagian unit-unit penghasil limbah di rumah sakit: 1. Limbah non medis banyak dihasilkan dari kegiatan non medis yaitu berasal dari ruang perkantoran, dapur, perawatan, dan lain-lain. 2. Instalasi di rumah sakit yang berpotensi sebagai sumber panghasil limbah medis adalah: a unit kegiatan pelayanan medis yaitu rawat jalan, unit rawat inap termasuk ICU, unit gawat darurat, unit bedah, dan unit bersalin. b unit kegiatan penunjang medis yaitu radiologi, laboratorium, hemodialysis, dan farmasi. Karakteristik limbah perlu untuk diketahui agar lebih memudahkan dalam pengelolaan limbah. Disamping itu karakteristik limbah juga akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas dari sumber daya yang akan dimanfaatkan.

2.4 Strategi Pengelolaan Limbah

Limbah yang dihasilkan rumah sakit memiliki dampak yang berbahaya sehingga diperlukan tindakan pengolahan limbah yang baik. Pengelolaan limbah 11 yang baik membutuhkan strategi yang tepat agar limbah yang dihasilkan sesuai dengan peraturan yang ditetapkan pemerintah. Strategi pengolahan limbah ini mulai dari proses pengolahan limbah hingga memastikan limbah hasil proses pengolahan dibuang dengan aman. Beberapa aspek dalam strategi pengolahan limbah menurut Depkes RI 1991, yaitu: 1. Pemisahan dan Pengurangan Limbah hendaknya ditangani dengan penuh perhatian dan untuk memudahkan dalam penanganan sebaiknya memisahkan limbah sesuai dengan klasifikasi tertentu. Kandungan bahan berbahaya dalam limbah tidak dapat dilakukan pengelolaan dengan perlakuan biasa namun, diperlukan perlakuan khusus untuk mengelolanya. Hal itu menjadikan pengelolaan limbah perlu dilakukan dengan pemisahan agar memudahkan dalam pengolahannya. Pengurangan jumlah limbah memerlukan perlakuan khusus dalam pengolahannya karena setiap limbah memiliki karakteristik dan kandungan yang berbeda. Pemisahan dan pengurangan limbah dimaksudkan untuk memudahkan dan menghindari kesalahan dalam penanganan. Keselamatan pengelola juga dapat dimaksimalkan dengan adanya pemisahan dan pengurangan jumlah limbah. 2. Penampungan Pengolahan limbah tidak dapat dilakukan secara berlebih dan harus sesuai dengan kemampuan dari fasilitas pengolah limbah tersebut sehingga perlu dilakukan penampungan terlebih dahulu. Fasilitas penampungan limbah harus tersedia dan memadai sesuai dengan limbah yang dihasilkan. Penampungan limbah hendaknya berada di tempat yang tepat dan jauh dari wilayah yang banyak terdapat aktivitas manusia karena berbagai limbah yang di tampung tersebut mengandung berbagai bahan berbahaya. 3. Standardisasi Kantong dan Kontainer Pembuangan Limbah Kantong untuk pembuangan limbah hendaknya memiliki warna yang berbeda untuk memudahkan dan mengurangi kesalahan dalam pemisahan. Keuntungan membedakan warna kantong pembuangan limbah sesuai dengan jenis limbah serta keseragaman satandar kantong dari kontainer adalah 12 mengurangi biaya dan waktu pelatihan staf, meningkatkan keamanan secara umum, pengurangan biaya produksi kantong dan biaya kontainer. Membedakan warna kantong sesuai dengan jenis limbah dapat dijadikan standar dalam penanganan limbah. Penanganan limbah yang baik diperlukan dukungan dan kepedulian pengelola dalam menyediakan kantong dan kontainer sesuai dengan standar yang berlaku. Perlakuan limbah seperti ini tidak hanya demi mencegah pencemaran terhadap lingkungan, tetepi juga demi keselamatan pengelola dalam menangani limbah. Standarisasi warna dan logo menurut Depkes RI 1996 digunakan untuk limbah infeksius, limbah sitotoksik dan limbah radioaktif. Limbah infeksius dengan kantong berwarna kuning, limbah sitotoksik dengan kantong berwarna ungu dan limbah radioaktif dengan kantong berwarna merah. Penjelasan standarisasi warna dan kantong limbah terdapat pada Tabel 1. Tabel 1. Standarisasi Warna dan Logo Kantong Limbah Jenis Limbah Warna dan Logo Limbah infeksius Kantong berwarna kuning dengan symbol biohazard Limbah sitotoksik Kantong berwarna ungu dengan symbol limbah sitotoksik Limbah radioaktif Kantong berwarna merah dengan symbol radioaktif Sumber: Depkes RI, 1996 Kualitas kantong dan kontainer haruslah diperhatikan dan memiliki kualitas yang baik agar tidak mudah rusak dan membahayakan. Ketebalan kantong limbah harus sesuai dengan kantong limbah domestik yang memiliki kualitas baik. Perbedaan warna kantong untuk masing-masing jenis limbah dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Warna dan Kantong Limbah Berdasarkan Jenis Limbah Warna Kantong Jenis Limbah Hitam Limbah rumah tangga biasa Kuning Semua jenis limbah yang akan dibakar Kuning dengan strip hitam Jenis limbah yang sebaiknya dibakar tetapi dapat juga dibuang ke sanitary landfill bila dilakukan pengumpulan secara terpisah Biru muda atau transparan dengan strip biru tua Limbah untuk autoclaving pengolahan sejenis sebelum dibuang di pembuangan akhir Sumber: Depkes RI, 1996