49
Sumber: Data Primer diolah
Gambar 11. Persentase Penilaian Responden terhadap Pengolahan Limbah yang Telah Dilakukan Pihak Rumah Sakit Selama ini
Selanjutnya, responden yang pernah merasakan bau akan dibawa pada pertanyaan apakah mereka merasa terganggu karena bau tidak sedap yang
diakibatkan dari aktivitas rumah sakit. sebanyak 42,9 responden merasa terganggu dan sebanyak 57,1 responden tidak merasa terganggu dan telah terbiasa. Selain
itu, Rumah Sakit X juga memberikan banyak bantuan untuk warga dalam bentuk pengobatan gratis, beasiswa pendidikan serta santunan untuk anak-anak yatim
sehingga meskipun letak rumah sakit yang telah lama berdampingan dengan permukiman warga serta memiliki berbagai permasalahan mengenai limbah,
warga sekitar rumah sakit dan rumah sakit dapat berdampingan dengan harmonis.
Sumber: Data Primer diolah
Gambar 12. Persentase Responden yang Merasa Terganggu Akibat Adanya Limbah Rumah Sakit
Masyarakat sekitar rumah sakit menilai bahwa rumah sakit tetap membuang limbah cair yang membahayakan ke tempat lain dan jauh dari
permukiman wagra. Hal tersebut terjadi karena letak IPAL yang berada di sisi lain dari permukiman warga sehingga upaya yang dilakukan rumah sakit untuk
malakukan pengolahan limbah dengan membangun IPAL tidak pernah diketahui
oleh warga sekitar.
sangat baik 28,6
lebih baik 57,1
masih buruk 14,3
terganggu 42,9
tidak terganggu
57,1
VII EFISIENSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT X
Rumah sakit ataupun kegiatan usaha lain yang dapat menghasilkan limbah cair diwajibkan membuat IPAL untuk menurunkan kadar pencemaran yang
terkandung dalam limbah cair yang dihasilkan tersebut. Namun, pengawasan terhadap hasil pengolahan IPAL belum banyak diamati dan dipelajari.
Perhitungan efisiensi IPAL perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan. Limbah cair yang dihasilkan memiliki berbagai
parameter pencemaran yang dapat menimbulkan kerusakan bagi lingkungan. Proses pengolahan limbah cair dengan IPAL dapat menurunkan kadar pencemaran
yang terkandung dalam limbah tersebut. Namun, penurunan setiap parameter kadar pencemaran limbah harus sesuai dengan peraturan pemerintah dan tidak
melebihi baku mutu yang ditentukan. Kemampuan IPAL seharusnya terus diamati secara berkala untuk menjaga kandungan pencemaran tetap berada pada batas
aman sehingga kualitas lingkungan dapat terus terjaga. Kemampuan fisik IPAL dapat diketahui dengan menggunakan perhitungan efisiensi dan uji statistik.
7.1 Efisiensi Kemampuan Fisik IPAL Rumah Sakit X
Penilaian kemampuan fisik IPAL dilakukan dengan mengolah data dari uji laboratorium terhadap sampel hasil olahan IPAL yang dibandingkan dengan hasil
uji laboratorium sebelum pengolahan serta membandingkannya dengan standar baku mutu yang ditetapkan pemerintah. Parameter pencemaran yang di uji dalam
penelitian ini yaitu BOD, COD, TSS dan . Berdasarkan hasil uji laboratorium,
nilai BOD sebelum dan sesudah pengolahan mengalami penurunan. Rata-rata inlet BOD adalah sebesar 85 mgl dimana jumlah tersebut berada jauh lebih tinggi
daripada standar baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah sebesar 50 mgl. setelah pengolahan, konsentrasi BOD rata-rata turun menjadi 5,39 mgl.
Penurunan parameter BOD tersebut pada posisi di bawah standar baku mutu atau dengan kata lain air limbah dapat dibuang tanpa membahayakan lingkungan.
51
Sumber: Data Divisi Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit X
Gambar 13. Perbandingan Konsentrasi Parameter BOD Limbah Cair Rumah Sakit X tahun 2006-2013 dengan Standar Baku Mutu
Penurunan yang terjadi pada parameter COD terlihat signifikan dengan rata-rata inlet COD sebesar 249 mgl dan standar baku mutu untuk COD adalah 80
mgl. Berdasarkan data outlet yang ada di Rumah Sakit X, di dapatkan rata-rata outlet sebesar 24,43 mgl. Jumlah tersebut sangat jauh dari standar baku mutu
yang ditetapkan pemerintah. Hal ini membuktikan IPAL Rumah Sakit X bekerja dengan baik dalam menurunkan kadar pencemaran COD.
Sumber: Data Divisi Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit X
Gambar 14. Perbandingan Konsentrasi Parameter COD Limbah Cair Rumah Sakit X tahun 2006-2013 dengan Standar Baku Mutu
Parameter selanjutnya yang dinilai dalam penelitian ini adalah TSS. Rata- rata inlet TSS dari limbah Rumah Sakit X adalah sebesar 62 mgl. setelah
dilakukan pengolahan dengan IPAL, didapatkan outlet rata-rata sebesar 3,93 mgl.
20 40
60 80
100
inlet rata- rata
BM outlet rata-
rata
mgl
Konsentrasi BOD
Konsentrasi BOD
50 100
150 200
250
inlet rata- rata
BM outlet rata-
rata
mgl
Konsentrasi COD
Konsentrasi COD
52
Nilai outlet tersebut berada dibawah standar baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah yaitu sebesar 50 mgl. Hasil tersebut menunjukkan bahwa IPAL
Rumah Sakit X dapat menurunkan kadar pencemaran TSS dengan baik dan tidak membahayakan lingkungan.
Sumber: Data Divisi Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit X
Gambar 15. Perbandingan Konsentrasi Parameter TSS Limbah Cair Rumah Sakit X tahun 2006-2013 dengan Standar Baku Mutu
Parameter terakhir yang diamati dalam penelitian ini adalah yang
memiliki standar baku mutu sebesar 10 mgl. Setelah dilakukan pengolahan dengan IPAL didapatkan nilai outlet rata-rata sebesar 3,08 mgl. penurunan
tersebut menunjukkan IPAL Rumah Sakit X bekerja dengan baik dan hasil pengolahan tidak membahayakan bagi lingkungan.
Sumber: Data Divisi Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit X
Gambar 16. Perbandingan Konsentrasi Parameter Limbah Cair
Rumah Sakit X tahun 2006-2013 dengan Standar Baku Mutu
20 40
60 80
inlet rata- rata
BM outlet rata-
rata
mgl
Konsentrasi TSS
Konsentrasi TSS
5 10
15 20
25 30
inlet rata- rata
BM outlet rata-
rata
mgl
Konsentrasi NH3
Konsentrasi NH3