Pengelolaan Limbah Padat Rumah Sakit X

40 shift dan dilakukan pengumpulan sampah masing-masing lantai untuk kemudian disatukan dalam tempat penampungan sementara. Sampah domestik akan diangkut oleh truk pengangkut sampah dari Dinas Kebersihan Jakarta Selatan dari tempat penampungan sementara ke tempat pembuangan sementara untuk kemudian diangkut menuju tempat pembuangan sampah akhir. Pengangkutan sampah oleh Dinas Kebersihan dilakukan pada pukul 05.00 yaitu waktu dimana orang-orang belum banyak beraktivitas di luar rumah. Pengangkutan sampah pada waktu ini untuk menghindari dampak negatif pengangkutan sampah yaitu bau yang berasal dari sampah dapat tercium oleh orang yang berada dekat dengan truk pengangkut selama dilakukan proses pengangkutan. Sumber: Data Sekunder Unit IPRS Rumah Sakit X Keterangan: = proses di luar rumah sakit Gambar 3. Diagram Alir Proses Pengumpulan Limbah Padat Rumah Sakit X Sampah tersebut diangkut untuk kemudian di bawa ke Tempat Pembuangan Akhir TPA. Rumah Sakit X wajib membayar retribusi sampah sebesar Rp. 1.000.000 per bulan. Sedangkan sampah medis khususnya yang bersifat infeksius diangkut oleh mobil khusus pengangkut sampah medis untuk kemudian dibakar di insenerator yang dimiliki oleh PT. WASTEC. Rumah Sakit X tidak memiliki insenerator sendiri untuk membakar limbah medis padat karena selain biaya investasi pembuatan insenerator yang besar, lokasi Rumah Sakit X yang berada di tengah permukiman tidak memungkinkan adanya insenerator yang dapat menimbulkan bau akibat pembakaran limbah tersebut. Pengangkutan TPA Incenerator Kerjasama dengan PT. Wastec Ruang Operasi dan UGD Mobil Pengangkut Limbah Medis TPS Umum RS Tempat Sampah MedisKantong Plastik Kuning Tempat Sampah UmumKantong Plastik Hitam Poliklinik Ruang Isolasi Ruang Perawatan Taman Dapur dan Kantin Ruang Administrasi dan Kantor Troli Pengangkut Sampah Troli Pengangkut Sampah TPS Medis RS Truk Sampah Dinas Kebersihan 41 sampah medis dilakukan satu kali dalam seminggu yaitu pada hari rabu. Sampah medis yang dihasilkan setiap harinya sebanyak 2-3 kantong besar sehingga sampah medis yang diangkut dan dibakar setiap minggunya dapat mencapai 21 kantong besar. Besar biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit untuk menangani sampah medis tersebut adalah sebesar Rp. 6.000.000 per bulan.

6.3 Pengelolaan Limbah Cair Rumah Sakit X

Rumah Sakit X memiliki IPAL yang terletak di bagian depan rumah sakit dengan kapasitas 20 atau 20.000 liter dan luas 12 . Letak IPAL yang berberada di depan, menjadikan IPAL rumah sakit dekat dengan aktivitas pelayanan dan dekat dengan pengunjung. Lokasi IPAL yang berada di depan dan berdekatan dengan tempat parkir menyebabkan bau yang timbul dari IPAL dapat tercium oleh pengunjung dan pegawai yang berada dekat dengan lokasi IPAL. Kondisi ini terjadi karena dalam perluasan rumah sakit yang disertai dengan pembangunan IPAL baru pada tahun 2006, pihak rumah sakit tidak memiliki cukup lahan yang dapat digunakan untuk pembangunan IPAL. Limbah cair Rumah Sakit X dihasilkan dari berbagai ruangan dan berbagai unit pelayanan. Limbah cair tersebut dibuang melalui pipa pembuangan yang akan terkumpul di sumpit utama sebelum diolah dengan IPAL. Ruangan yang menjadi sumber dari limbah cair yaitu seperti ruang perawatan, ruang isolasi, toilet, dapur, laundry, laboratorium dan ruang gizi. Pengolahan limbah cair menggunakan IPAL dengan sistem biofilter anaerob-aerob bertujuan untuk mengolah air limbah yang mengandung polutan berupa senyawa yang termasuk dalam parameter kimia seperti COD, BOD, TSS, zat organik, dan senyawa polutan lain yang dapat mencemari lingkungan. Proses pengolahan limbah dengan IPAL dilakukan untuk menurunkan kadar pencemaran yang terkandung pada limbah sehingga hasil pengolahan yang didapatkan sesuai dengan standar baku mutu dan tidak mencemari lingkungan. Air limbah yang dihasilkan harus memenuhi standar baku mutu air limbah yang ditetapkan dalam Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 122 Tahun 2005. 42 Air limbah dari seluruh sumber yang berasal dari kegiatan rumah sakit dan fasilitasnya dialirkan melalui saluran pembuangan dan dialirkan melalui saringan kasar bar screen untuk menyaring partikel-partikel padat yang berukuran besar. Setelah melalui proses screen, air limbah dialirkan ke bak pemisah lemak atau minyak yang berfungsi untuk memisahkan lemak atau minyak serta untuk mengendapkan kotoran pasir, tanah atau senyawa padatan yang tidak dapat terurai secara biologis. Air limbah dari bak pemisah lemak selanjutnya dialirkan ke bak ekualisasi yang berfungsi sebagai bak penampung limbah. Air limbah di dalam bak ekualisasi selanjutnya dipompa menuju proses pengolahan dengan unit IPAL. Proses pengolahan pertama dengan IPAL yaitu air limbah dialirkan ke bak pengendapan awal untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran organik. Bak pengendapan ini juga berfungsi mengurai senyawa organik yang berbentuk padatan, pengurai lumpur dan penampung lumpur. Setelah melalui bak pengendapan awal, air limbah dialirkan ke bak anaerob dengan proses biofilter anaerob. Proses pengolahan limbah secara anaerobik ini merupakan salah satu alternatif pengolahan secara biologi yang sering digunakan untuk limbah dengan beban organik yang tinggi. Proses pada bak anaerob yaitu akan terjadi pembusukkan zat-zat organik oleh mikro organisme pada kondisi tidak ada udara anaerob. Proses secara anaerob ini akan mengurai zat organic yang belum terurai pada bak pengendapan awal. Air limbah dari bak anaerob dialirkan ke bak aerob untuk proses aerasi dengan udara sehingga mikro organisme akan menguraikan zat organik yang ada dalam limbah serta menjadikan mikro organisme tumbuh dan menempel pada permukaan media. Mikro organisme yang tumbuh dan menempel pada media tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik serta mempercepat proses nitrifikasi sehingga efisiensi penghilangan ammonia menjadi lebih besar. Setelah proses aerasi di dalam bak aerob, air dialirkan ke bak pengendapan akhir. Lumpur aktif yang mengandung mikro organisme diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet aerob dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air hasil proses aerasi dialirkan ke bak khlorinasi. Proses dalam bak khlorinasi yaitu air limbah tersebut dilakukan kontak dengan senyawa khlor untuk membunuh mikro 43 organisme pathogen. Air hasil proses dari bak khlorinasi tersebut ditampung dalam bak penampung hasil IPAL sebelum dibuang ke saluran umum. Hasil pengolahan IPAL yang ada di bak penampung harus melal uji kadar pencemaran di laboratorium kimia untuk memastikan air hasil pengolahan limbah tersebut memiliki kadar pencemaran sesuai dengan standar dan dapat dibuang ke saluran pembuangan umum. Air hasil pengolahan limbah dengan IPAL Rumah Sakit X seluruhnya di buang melalui saluran umum dan bermuara di Sungai Grogol. Air hasil pengolahan limbah yang telah memenuhi baku mutu memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai media budidaya ikan, mencuci mobil, dan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lainnya. Uji baku mutu air limbah hasil pengolahan outlet wajib dilakukan di laboratorium Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah BPLHD Kota Jakarta. Uji baku mutu di laboratorium milik BPLHD Kota Jakarta wajib dilakukan setiap tiga bulan. Biaya yang dikeluarkan untuk pengujian outlet ini ditanggung oleh pihak rumah sakit. Besar biaya yang dikeluarkan untuk uji baku mutu di laboratorium BPLHD Kota Jakarta adalah sebesar Rp. 440.000. Pengujian outlet limbah merupakan salah satu upaya dalam pengawasan Pemerintah Kota Jakarta dalam menyikapi permasalahan limbah. Pengujian inlet tidak dilakukan karena bukan merupakan kewajiban yang dibebankan kepada pengelola limbah. Pengujian hasil pengolahan limbah dengan IPAL Rumah Sakit X juga dilakukan di laboratorium lain seperti di laboratorium swasta PT. UNILAB PERDANA dengan biaya sebesar Rp. 220.000. Pengujian laboratorium outlet tersebut tidak bersifat rutin dan hanya dijadikan sebagai perbandingan.Secara ringkas, alur pengolahan limbah cair Rumah Sakit X dapat dilihat pada Gambar 4.