Sistem Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit

18 3. Bak Aerob Proses aerob adalah proses penguraian bahan organik dengan bantuan bakteri aerob. Proses lumpur aktif digunakan dalam proses aerob sebagai pengolahan kedua dalam bak aerob ini. Limbah organik dimasukkan ke dalam tangki dimana kultur bakteri aerob dipertahankan melekat pada media. Lingkungan aerob diperoleh melalui suplai udara dengan menggunakan air blower yang dilengkapi dengan pipa distribusi untuk memasukkan udara yang akan menciptakan gelembung udara di dalam bak aerob. 4. Bak Sedimentasi Proses dalam bak sedimentasi yaitu terjadi pengendapan lumpur secara gravitasi yang berasal dari proses pengolahan aerob. Sebagian lumpur yang mengendap akan dikembalikan lagi menuju sistem aerob dengan menggunakan bak yang berfungsi untuk memisahkan lumpur dari effluent yang telah diolah dengan sistem aerob. Hal ini dilakukan karena lumpur masih membawa mikroorganisme aktif yang berguna untuk menguraikan bahan organik. 5. Bak Effluent Bak effluent merupakan tempat penampung sementara sebelum air olahan hasil pengolahan limbah dibuang ke dalam saluran pembuangan atau ke badan air.

2.6 Dampak Limbah Rumah Sakit terhadap Kualitas Lingkungan dan

Kesehatan Limbah rumah sakit perlu diolah sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir agar tidak mencemari lingkungan. Adapun dampak yang timbul apabila limbah tidak diolah yaitu mencemari air permukaan, air tanah dan badan-badan air, mengganggu biota air, mengganggu estetika, terjadi pendangkalan pada sungai dan badan air, menyebabkan penurunan kesehatan dan kehilangan nyawa, menimbulkan kerugian ekonomi masyarakat dan mengurangi kesejahteraan masyarakat Depkes RI, 1993. Zat-zat yang terdapat dalam limbah dapat menyebabkan dampak negatifbagi kualitas lingkungan. Terdapat tiga kategori polutan limbah yaitu, fisik, kimia dan biologis. Polutan fisik memiliki resiko lingkungan dan kesehatan yang terkait dengan limbah medis. Resiko tersebut dapat berupa pengaruh insenerasi 19 terhadap kesehatan seperti iritasi mata dan saluran pernafasan sampai hujan asam dan juga cedera fisik yang dapat timbul karena tertusuk limbah benda tajam. Polutan kimia kemungkinan dapat bersifat karsinogenik dan cedera fisik seperti terbakar karena terkena bahan kimia yang mudah terbakar. Sedangkan polutan biologis dapat menyebabkan resiko terkena infeksi apabila limbah biologis memiliki dosis agen infeksi yang tinggi dan limbah. Resiko ini dapat terjadi pada pemulung dan anak-anak yang ada di sekitar tempat pembuangan. Pada dasarnya, adanya limbah dapat memberi resiko dampak bagi semua orang yang ada di sekelilingnya termasuk pengunjung, masyarakat, pekerja kesehatan dan pemulung Aqarwal, 2005.

2.7 Upaya Meminimisasi Limbah

Pengolahan limbah merupakan salah satu upaya untuk meminimisasi limbah baik dalam mengurangi jumlah, konsentrasi atau bahaya limbah, pasca produksi atau kegiatan, melalui proses fisika, kimia atau secara hayati. Minimisasi limbah meliputi upaya mengurangi limbah pada sumbernya dan upaya pemanfaatan limbah. Menurut Soemantojo dalam Djunaedi 2007, terdapat beberapa cara dalam meminimisasi limbah, yaitu : 1. Reduksi pada sumbernya source reduction dilakukan dengan cara memilih bahan baku yang relatif aman, melakukan pengolahan bahan dan modifikasi bahan, operasi misalnya housekeeping, segregasi limbah, preventive maintenance, pengaturan kondisi operasi dan proses pengolahan, modifikasi proses dan perubahan produk. Berbagai cara yang digunakan untuk reduksi limbah pada sumbernya adalah Hananto, 1999: a Housekeeping yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam menjaga kebersihan lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran, tumpahan atau kebocoran bahan serta menangani limbah yang terjadi dengan sebaik mungkin. b Segregasi aliran limbah, yakni memisahkan berbagai jenis aliran limbah menurut jenis komponen, konsentrasi atau keadaanya, sehingga dapat mempermudah, mengurangi volume, atau mengurangi biaya pengolahan limbah. 20 c Pelaksanaan preventive maintenance, yakni pemeliharaanpenggantian alat atau bagian alat menurut waktu yang telah dijadwalkan. d Pengelolaan bahan material inventory, adalah suatu upaya agar persediaan bahan selalu cukup untuk menjamin kelancaran proses kegiatan, tetapi tidak berlebihan sehiugga tidak menimbulkan gangguan lingkungan, sedangkan penyimpanan agar tetap rapi dan terkontrol. e Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik: sesuai dengan petunjuk pengoperasianpenggunaan alat dapat meningkatkan efisiensi. f Penggunaan teknologi bersih yakni pemilikan teknologi proses kegiatan yang kurang potensi untuk mengeluarkan limbah B3 dengan efisiensi yang cukup tinggi, sebaiknya dilakukan pada saat pengembangan rumah sakit baru atau penggantian sebagian unitnya. 2. Re-use atau penggunaan kembali adalah pemanfaatan limbah dengan jalan menggunakan kembali untuk keperluan yang sama atau fungsinya sama tanpa mengalami pengolahan atau perubahan bentuk. Contohnya, botol infus dapat digunakan kembali sebagai botol infus. 3. Daur ulang atau re-cycle adalah pemanfaatan kembali limbah melalui pengolahan secara fisik, kimiawi untuk menghasilkan produk yang sama atau produk lain. Contohnya, besi bekas dapat digunakan kembali untuk membuat barang berbahan besi. 4. Perolehan kembali adalah upaya pemanfaatan limbah dengan jalan memprosesnya guna memperoleh kembali salah satu komponen yang terkandung di dalamnya. Contohnya, pengambilan logam perak dari limbah. 5. Pemanfaatan kembali ataupun daur ulang limbah rumah sakit harus menggunakan teknologi yang benar-benar tepat. Apabila tidak, dapat dipastikan, kuman atau bibit penyakit yang menempel dan bersarang akan tetap hidup, yang selanjutnya menularkan kepada penggunanya. Apabila pengguna ini misal : anak-anak terkontaminasi lalu terjangkit penyakit HIV atau hepatitis melalui limbah medis, dalam puluhan tahun diasumsikan kualitas SDM remaja Indonesia menurun, belum lagi