Uji Statistik Kemampuan Fisik IPAL Rumah Sakit X

58 Rumah Sakit X belum pernah membandingkan kinerja IPAL dengan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk mengelola limbah cair sampai saat ini. Nilai efisiensi dapat dijadikan sebagai bahan untuk membandingkan manfaat yang didapat dari adanya pengelolaan limbah cair dengan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan limbah cair. Jika efisiensi atau manfaat yang diperoleh rumah sakit belem sesuai dengan biaya yang dikeluarkan, maka pengelola rumah sakit perlu melakukan evaluasi menyeluruh dalam pembiayaan pengelolaan limbah maupun secara teknis. Nilai efisiensi juga dapat menjadi pertimbangan dalam memilih atau mengganti jenis teknologi pengolahan limbah lain yang lebih efisien baik dalam segi teknis maupun pembiayaan. Hasil yang didapatkan dari perhitungan efisiensi dan beban pencemaran aktual membuktikan IPAL yang dimiliki Rumah Sakit X memiliki kemampuan yang baik dan efisien untuk pengolahan parameter BOD, COD, TSS dan . Nilai efisiensi dan BPA yang didapatkan dari keempat parameter tersebut menjadikan hasil pengolahan limbah atas keempat parameter tersebut dinyatakan tidak mencemari. Efisiensi pengolahan limbah yang dilakukan oleh pengelola rumah sakit tidak hanya bermanfaat bagi rumah sakit tetapi juga bagi masyarakat sekitar rumah sakit. Hasil pengolahan limbah yang dinyatakan tidak mencemari menjadikan lingkungan sekitar rumah sakit tetap terjaga sehingga masyarakat sekitar yang secara langsung maupun tidak langsung berinteraksi dengan saluran pembuangan limbah yang terdapat di sekitar permukiman tidak merasakan dampak terhadap kesehatan maupun kesejahteraan dari limbah cair rumah sakit. Hal ini dapat dijadikan sebagai strategi bagi pengelola untuk terus memperbaiki sistem pengelolaan limbah secara umum dan secara khusus di Rumah Sakit X. VIII EFEKTIFITAS BIAYA PENURUNAN KONSENTRASI PARAMETER LIMBAH RUMAH SAKIT X Penggunaan IPAL sebagai alat pengolahan limbah cair rumah sakit telah menjadi kewajiban sebagai upaya untuk tidak mencemari lingkungan. Namun, pengawasan pemerintah mengenai hasil pengolahan limbah masih belum optimal sehingga hasil pengolahan limbah cair rumah sakit yang di buang ke sungai atau lingkungan tidak diketahui kadar pencemarannya. Penelitian mengenai hasil limbah cair terus berkembang dan bertambah, namun sedikit penelitian dengan limbah cair rumah sakit sebagai objeknya. Rumah sakit dengan berbagai aktivitas didalamnya dapat menghasilkan limbah yang berbahaya bersifat infeksius dan seharusnya hal ini dapat menjadi perhatian lebih mengingat letak rumah sakit yang biasanya berada di tengah permukiman masyarakat. Meskipun limbah cair yang dihasilkan sangat berbahaya, dengan semakin berkembangnya teknologi, limbah tersebut dapat diolah dan air hasil pengolahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas tertentu seperti mencuci mobil, menyiram tanaman atau sebagai media memelihara ikan. Namun, pemanfaatan hasil pengolahan limbah cair rumah sakit masih jarang ditemukan di Indonesia sehingga penelitian terdahulu yang dilakukan mengenai limbah cair rumah sakit masih sebatas teknis saja dan belum membahas dari segi ekonomi. Penelitian mengenai pengolahan limbah dalam sudut pandang ekonomi perlu dilakukan untuk membantu rumah sakit dalam efisiensi dan dapat menjadi pertimbangan untuk penghematan biaya dalam pengolahan limbah. Selain itu penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui alternatif pengolahan limbah lain yang lebih efektif dengan biaya yang lebih efisien. Penelitian dalam bidang ekonomi dapat dimulai dengan mengidentifikasi keseluruhan biaya yang dibutuhkan dalam pengelolaan limbah cair dengan IPAL. Berdasarkan identifikasi biaya yang digunakan dalam pengolahan limbah cair dengan IPAL tersebut, dapat diketahui biaya rata-rata pengolahan limbah cair yang dikeluarkan pihak rumah sakit serta dapat ditentukan biaya pengolahan limbah cair yang dapat dibebankan kepada pasien. Hal tersebut perlu dilakukan 60 untuk tetap menjaga keuangan perusahaan dalam hal ini rumah sakit. Diharapkan dengan adanya biaya yang dibebankan kepada pasien, pengolahan limbah rumah sakit menjadi lebih baik. Selain itu, dalam penelitian ini akan didapatkan besarnya biaya yang dibutuhkan dalam menurunkan per-miligram parameter limbah untuk mengetahui efektifitas biaya penurunan setiap parameternya.

8.1 Biaya-biaya Pengelolaan Limbah Cair Rumah Sakit X

Perhitungan biaya penurunan konsentrasi dari setiap parameter limbah membutuhkan data seluruh biaya mulai dari biaya investasi hingga biaya operasional. Data biaya yang dibutuhkan seperti biaya investasi IPAL, biaya operasional, pemeliharaan dan perawatan, gaji pegawai dan biaya listrik. Data yang digunakan merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan rumah sakit mulai dari bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Desember 2012. Sedangkan biaya investasi yang dikeluarkan akan dibagi dengan umur ekonomis IPAL. Biaya investasi yang dikeluarkan pada tahun 2006 adalah sebesar Rp. 200.000.000,00 dan umur ekonomis IPAL adalah 10 tahun. Biaya instalasi dengan umur ekonomis 10 tahun adalah sebesar Rp. 20.000.000,00. Biaya operasional meliputi biaya pembelian kaporid, antifoam dan biaya pembelian pupuk untuk pakan bakteri. Biaya operasional tersebut merupakan biaya bulanan yang besarnya sama setiap bulannya yaitu sebesar Rp. 200.000,00. Sedangkan biaya lain di luar biaya operasional seperti biaya uji laboratorium untuk outlet, pembayaran gaji pegawai serta pembayaran listrik. Biaya uji laboratorium untuk outlet dikeluarkan setiap tiga bulan sekali sebesar Rp. 440.000,00. Pembayaran gaji pegawai untuk pengolahan limbah cair pada tahun 2010, 2011 dan 2012 adalah sebesar Rp. 22.560.000,00, Rp. 23.280.000,00 dan Rp. 24.000.000,00. Sedangkan untuk pembayaran listrik untuk pengolahan limbah cair di Rumah Sakit X pada tahun 2010, 2011 dan 2012 adalah sebesar Rp. 22.768.276,00, Rp. 25.687.921,00 dan Rp. 28.900.438,00. Berdaasarkan hasil identifikasi keseluruhan biaya pengelolaan limbah cair dengan IPAL, didapatkan besaran biaya pengelolaan limbah cair rata-rata per tahun sebesar Rp. 78.172.212,00 atau biaya rata-rata per hari sebesar Rp. 214.170,44. Besar biaya tersebut dapat digunakan dalam perhitungan biaya 61 penurunan konsentrasi per parameter limbah serta sebagai pertimbangan dalam penentuan biaya yang dapat dibebankan kepada pasien. Tabel 9. Perhitungan Biaya Pengolahan IPAL Rata-rata per Hari Rumah Sakit X Tahun 2010-2012. Jenis Biaya Jumlah Rp Investasi 20.000.000 Operasional Pemeliharaan 9.106.667 Pembayaran Gaji Pegawai 25.785.545 Listrik 23.280.000 Jumlah biaya rata-ratatahun 78.172.212 Jumlah biaya rata-ratahari 214.170,44 Sumber: Data Primer diolah

8.2 Perhitungan Unit Daily Cost dari Pengelolaan Limbah Cair

Pengelolaan limbah yang dilakukan rumah sakit membutuhkan biaya yang merupakan pengeluaran bagi rumah sakit. Biaya yang dikeluarkan untuk pengolahan limbah merupakan biaya sosial yang di keluarkan sebagai upaya untuk mengatasi eksternalitas negatif yang ditimbulkan dari adanya aktivitas rumah sakit yaitu limbah. Pengeluaran yang meningkat dalam suatu managemen rumah sakit dapat berpengaruh pada aktivitas rumah sakit itu sendiri, seperti berkurangnya kualitas pelayanan, pengurangan tenaga kerja serta penurunan keuntungan. Sebagai rumah sakit swasta, Rumah Sakit X selain menjalankan fungsi sosialnya, juga harus tetap memperhatikan neraca pengeluaran agar dapat tetap mempertahankan keuntungan demi kelangsungan rumah sakit. Kewajiban mengelola limbah cair yang dihasilkan menjadikan Rumah Sakit X harus membangun IPAL yang membutuhkan biaya dan dapat mempengaruhi neraca pengeluaran. Sebagai upaya mengurangi beban pengeluaran dalam pengelolaan limbah cair, rumah sakit dapat membebankan biaya tersebut pada pasien yang menempati kelas tertentu atau berdasarkan jenis pelayanan kesehatan tertentu dengan konsep Unit Daily Cost UDC. UDC merupakan rata-rata biaya pengelolaan limbah cair yang dikeluarkan per harinya dibagi dengan jumlah kamar pasien Djaja, 2006. Perhitungan ini dapat digunakan untuk mengetahui besar biaya yang dapat dibebankan kepada 62 pasien rawat inap. Selain pasien rawat inap, penetapan biaya ini juga dapat dibebankan pada pasien kelas tertentu atau pada unit pelayanan tertentu seperti operasi besar yang menghasilkan limbah infeksius lebih banyak. Namun, kebijakan penentuan tarif ini sepenuhnya menjadi hak dari rumah sakit dan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan jika rumah sakit ingin melakukan penetapan tarif untuk pengelolaan limbah tersebut. Berdasarkan perhitungan biaya pengelolaan limbah cair di Rumah Sakit X, didapatkan biaya rata-rata pengolahan limbah per hari adalah sebesar Rp. 214.170,44. Sedangkan kapasitas tempat tidur Rumah Sakit X adalah sebanyak 60 bed. Berdasarkan data tersebut, besar UDC yang didapatkan adalah sebesar Rp. 3.569,51. Biaya pengelolaan limbah cair yang dibebankan pada pasien selain bertujuan untuk menjaga neraca pengeluaran juga sebagai upaya dalam meningkatkan pengelolaan limbah cair menjadi lebih baik dan dapat meminimalkan dampak negatif dari limbah terhadap lingkungan dan masyarakat baik dalam segi ekonomi maupun sosial.

8.3 Perhitungan Rasio Biaya Penurunan Konsentrasi per Parameter Limbah

Setelah diketahui biaya pengolahan IPAL rata-rata per hari, langkah selanjutnya adalah menghitung biaya pengolahan per hari per liter limbah. Debit limbah rata-rata Rumah Sakit X setiap harinya adalah sebesar 20 atau 20.000 liter sehingga didapatkan hasil perhitungan biaya pengolahan per hari per liter limbah sebesar Rp. 10,709. Biaya hasil perhitungan yang didapat, dinyatakan dalam satuan biaya per hari per liter karena dalam konsentrasi limbah dinyatakan dengan satuan mg per liter. Perhitungan untuk mengetahui rasio efektivitas biaya penurunan konsentrasi per parameter limbah dilakukan dengan membagi biaya pengelolaan per hari per liter dengan penurunan konsentrasi pada setiap parameter. Parameter BOD memiliki rata-rata penurunan konsentrasi sebesar 79,61 mgl sehingga rasio efektivitas biaya penurunan konsentrasi untuk parameter BOD adalah sebesar 0,135. Hasil efektivitas biaya yang didapatkan tersebut berarti IPAL Rumah Sakit X dapat menurunkan rata-rata 79,61 mgl BOD dengan rasio efektivitas biaya penurunan konsentrasi sebesar 0,135. Sedangkan untuk parameter COD memiliki