Perhitungan Rasio Biaya Penurunan Konsentrasi per Parameter Limbah

64

8.4 Efektivitas Biaya Penurunan Parameter Limbah pada Dua Sistem Pengolahan Limbah Cair yang Berbeda

Biaya dalam sebuah proyek dapat dikatakan efektif jika nilai rasio efektivitas biayanya lebih rendah dari rasio efektivitas biaya pada alternatif lain. Nilai rasio efektivitas biaya penurunan setiap parameter limbah yang didapatkan akan dibandingkan dengan rasio efektivitas biaya pada penelitian sebelumnya. Nilai rasio efektivitas biaya yang akan dibandingkan adalah rasio efektivitas biaya pada penelitian yang dilakukan oleh Haqq tahun 2009. Lokasi pada penelitian sebelumnya yaitu berada di Kota Semarang. Rumah Sakit Y merupakan rumah sakit kelas B dengan 295 tempat tidur berdasarkan data pada tahun 2009. Kapasitas pelayanan yang begitu besar menjadikan limbah yang dihasilkan juga sangat banyak sehingga diperlukan sistem pengolahan limbah dengan kapasitas yang besar. Rumah Sakit Y memiliki IPAL dengan luas sebesar 235,84 . IPAL yang dimiliki oleh Rumah Sakit Y mampu mengolah limbah cair sebesar 300 atau 300.000 liter setiap harinya dengan sistem pengolahan Bioreaktor Lumpur aktif. Berikut ini adalah perbedaan sistem pengolahan limbah cair antara Rumah Sakit X dengan Rumah Sakit Y. Tabel 11. Perbandingan Sistem Pengolahan Limbah pada Rumah Sakit X dan Rumah Sakit Y Indikator Sistem Pengolahan Rumah Sakit X Y Tipe Rumah Sakit Kelas D Kelas B Jumlah Tempat Tidur 60 Tempat Tidur 295 Tempat Tidur Debit pengolahan limbah per hari 20 300 Luas IPAL 12 235,84 Jenis IPAL Biofilter anaerob-aerob Bioreaktor lumpur aktif Biaya Investasi Rp. 200.000.000 Rp. 1.200.000.000 Rata-rata biaya pengolahantahun Rp. 78.172.212 Rp. 150.426.091 Penurunan Parameter:  BOD 79,61 mgl 33,25 mgl  COD 224,57 mgl 86,86 mgl  TSS 58,07 mgl 78,03 mgl  25,74 mgl 17,19 mgl Keterangan: X = Rumah Sakit yang saat ini diteliti Y = Rumah Sakit yang telah diteliti dengan kondisi tahun 2006 65 Kapasitas dan jenis IPAL dipengaruhi oleh debit limbah yang dihasilkan. Rumah sakit dengan kapasitas tempat tidur lebih banyak membutuhkan IPAL dengan kapasitas yang lebih besar karena semakin besar daya tampung rumah sakit maka jumlah limbah yang dihasilkan akan semakin besar. Pengolahan air limbah rumah sakit dengan kapasitas besar, pada umumnya menggunakan teknologi pengolahan air limbah “lumpur aktif” atau Activated Sludge Process. Namun, untuk pengolahan limbah dengan kapasitas kecil seperti pada rumah sakit kelas c dan d atau jumlah tempat tidur kurang dari 200 dapat menggunakan teknologi pengolahan air limbah sistem kombinasi Biofilter anaerob dan aerob karena pengoperasiannya sangat mudah dibandingkan dengan sistem lumpur aktif dan biaya pengoperasiannya lebih murah Widayat dan Said, 2005. Pengolahan limbah antara kedua sistem yang berbeda menghasilkan output yang berbeda yaitu berupa besarnya penurunan masing-masing parameter pencemaran. Berdasarkan perbandingan data di atas, penurunan parameter dalam sistem pengolahan Biofilter anaerob-aerob lebih besar dibandingkan penurunan parameter dalam sistem pengolahan Bioreaktor lumpur aktif untuk parameter BOD, COD dan . Sedangkan pada perameter TSS, penurunan parameter dalam sistem pengolahan Bioreaktor lumpur aktif lebih besar menurunkan kadar pencemaran TSS dibandingkan dengan Biofilter anaerob-aerob. Biaya investasi yang besar menjadikan biaya rata-rata pengolahan limbah cair dengan sistem Bioreaktor lumpur aktif per tahun juga lebih besar dari pada biaya rata-rata pengolahan limbah cair dengan sistem Biofilter anaerob-aerob per tahunnya. Biaya rata-rata pengolahan limbah cair dengan sistem Bioreaktor lumpur aktif per tahun sebesar Rp. 150.426.091 atau sebesar Rp. 412.126,28 per hari. Biaya rata-rata pengolahan limbah cair per tahun dengan sistem Bioreaktor lumpur aktif dua kali lebih besar dibandingkan biaya rata-rata pengolahan limbah cair dengan sistem Biofilter anaerob-aerob. Namun, jika kedua biaya tersebut dinyatakan dalam satuan yang sama dengan cara membaginya dengan debit pengolahan limbah per hari masing-masing sistem pengolahan didapatkan biaya yang dinyatakan dalam satuan rupiah per hari per liter dan didapatkan hasil perhitungan biaya rata-rata pengolahan limbah per hari per liter pada IPAL 66 dengan sistem Biofilter anaerob-aerob lebih besar dari pada IPAL dengan sistem Bioreaktor lumpur aktif. Berdasarkan data pada penelitian sebelumnya, biaya rata-rata pengolahan limbah dengan sistem Bioreaktor lumpur aktif adalah sebesar Rp. 1, 374 per hari per liter. Sedangkan biaya pengolahan limbah rumah sakit dengan sistem Biofilter anaerob-aerob adalah sebesar Rp. 10,709 per hari per liter. Perbandingan nilai rasio efektivitas biaya dalam kedua penelitian dapat dilihat dalam tabel di bawah. Tabel 12. Perbandingan Rasio Efektivitas Biaya Penurunan Konsentrasi per Parameter Limbah. Parameter BiayaHari Rp Rasio Efektivitas Biaya Penurunan Parameter Limbah BOD 10,709 1,374 0,135 0,044 COD 0,048 0,016 TSS 0,184 0,018 0,416 0,089 Sumber: Data Primer diolah Keterangan: : Biofilter Anaerob-aerob : Bioreaktor Lumpur Aktif Nilai rasio efektivitas biaya pada pengolahan limbah dengan sistem Biofilter anaerob-aerob lebih besar dari pada rasio efektivitas biaya pengolahan limbah dengan sistem Bioreaktor lumpur aktif pada setiap parameter. Parameter BOD dengan sistem Biofilter anaerob-aerob didapatkan nilai rasio efektivitas biaya sebesar 0,135 sedangkan dengan sistem Bioreaktor lumpur aktif didapatkan nilai rata-rata rasio efektivitas biaya sebesar 0,044. Parameter lain yang dibandingkan yaitu COD, TSS dan juga dapat terlihat dengan sistem Biofilter anaerob-aerob memiliki nilai rasio efektivitas biaya yang lebih besar dengan perbandingan COD sebesar 0,048 dan 0,016, TSS sebesar 0,184 dan 0,018, sebesar 0,416 dan 0,089.