Hasil Persepsi Efektivitas Anggota Organisasi

Tabel 16 Hasil skoring analisis stakeholder Keterangan: S: Sumber daya Manusia F: Finansial P: Politik Sumber: Data primer diolah 2013 Berdasarkan hasil skoring menunjukan stakeholder KPH Perhutani memiliki poin pengaruh tertinggi, yaitu 4.33. Sedangkan Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Tasikmalaya memiliki poin pengaruh tertinggi kedua, yaitu 4. Pihak KPH Perhutani dan Disparbud masuk ke dalam kategori key players. Oleh karena itu, stakeholder tersebut memiliki keterlibatan dalam memberi pengaruh terhadap kebijakan-kebijakan yang akan ditetapkan dalam pengelolaan wana wisata. Hasil skoring dapat menentukan posisi stakeholder di dalam aktor grid. Posisi stakeholder digambarkan dalam empat jenis kategori, yaitu key players, subject , context setter, dan crowd . Setiap kategori memiliki tingkat kepentingan dan tingkat pengaruh yang berbeda-beda. Kategori key players yang memiliki tingkat kepentingan dan tingkat pengaruh yang tinggi. No Stakeholder Kriteria evaluasi Kepentingan Skor Kepentingan Pengaruh Skor Pengaruh S F P 1 KPH Perhutani Perencanaan, penanaman pemeliharaan, sampai produksi hasil hutan 4 5 4 4 4.33 2 Disparbud Perumusan kebijakan teknis mengenai urusan pariwisata dan budaya 4 4 5 3 4 3 Pemda Kabupaten Tasikmalaya Koordinasi kebijakan dengan pihak disparbud 4 3 5 3 3.67 4 Koparga Koordinasi pelaku usaha di kawasan wana wisata 4 4 3 3 3.33 5 LMDH Manfaatkan fasilitas dan menjaga keberlanjutan hutan lindung di kawasan wana wisata 3 3 3 3 3 6 Dinas Pekerjaan Umum Pengelolaan sampah di kawasan wisata 3 2 3 2 2.33 7 Dinas Perhubungan Pengelolaan pakir di kawasan Cipanas 3 3 4 3 3.33 Keterangan : Kuadran I : Subject Subjek Kuadran III : Crowd Penonton Kuadran II : Key Players Pemain Kuadran IV : Context Setter Aktor Gambar 6 Aktor grid Berdasarkan aktor grid, stakeholder yang termasuk ke dalam kategori key players adalah Pemda, Disparbud, KPH Perhutani, Koparga, LMDH, dan Dishub. Hal ini disebabkan masing-masing stakeholder memiliki sumber daya manusia, yaitu petugas yang terlibat langsung di lapang sebagai pelaksana dalam pengelolaan kawasan wana wisata. Oleh karena itu, kewenangan dan kepentingannya sangat tinggi karena mampu mengendalikan sistem secara langsung. Sebagian besar stakeholder berperan langsung sebagai pemain. Oleh karena itu, tidak terdapat stakeholder kategori subject. Masyarakat di dalam pengelolaan kawasan wana wisata terbagi dua, yaitu masyarakat yang berpartisipasi dan masyarakat yang pasif. Masyarakat yang partisipatif dan Dinas PU termasuk ke dalam kategori context setter karena mereka dapat mempengaruhi kewenangan berdasarkan informasi yang dimiliki. Pihak Dinas PU berpotensi menjadi pemain ketika intensitas tingkat kunjungan wisatawan tinggi karena memiliki kewenangan dan kepentingan yang tinggi untuk mengatur proses pembuangan sampah. Pihak yang termasuk kategori crowd adalah masyarakat yang tidak partisipatif. Masyarakat yang tidak partisipatif hanya bertindak sebagai penonton. 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 1 2 3 4 5 K e p e n ti n gan Pengaruh KPH Disparbud PEMDA Koparga LMDH PU Dishub I II III IV

6.4 Multiplier Effect

Kegiatan wisata menghasilkan dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar. Pengunjung mengeluarkan sejumlah biaya untuk memenuhi kebutuhan wisata. Pengeluaran pengunjung diterima oleh unit usaha, tenaga kerja lokal, dan pihak pengelola. Rata-rata pengeluaran wisatawan adalah Rp122 500, pengeluaran tersebut tidak semua dikeluarkan di lokasi wisata tetapi juga pengeluaran di luar lokasi wisata. Pengeluaran wisatawan di tingkat lokal meliputi pengeluaran terhadap pembelian tiket, pembayaran parkir, pembayaran toilet, dan pembelian konsumsi. Kebocoran yang terjadi yaitu pengeluaran terhadap transportasi menuju lokasi wisata. Total kebocoran yang dikeluarkan wistawan sebesar Rp 5 705 000, dengan rata-rata kebocoran Rp 57 050. Tabel berikut memperlihatkan proporsi pengeluaran di lokasi lebih besar berbanding tingkat kebocoran. Tabel 17 Proporsi pengeluaran wisatawan Komponen Proporsi Total biaya Rpkunjungan100 wisatawan 12 250 000 Rata-rata biaya Rpkunjunganwisatawan 122 500 Total biaya dalam lokasi Rpkunjungan100 wisatawan 6 545 000 Rata-rata biaya dalam lokasi Rpkunjunganwisatawan 65 450 Kebocoran Rpkunjungan100 wisatawan 5 705 000 Proposisi Pengeluaran 53.43 Proporsisi Kebocoran 46.57 Total kunjungan wana wisata pertahun orang 21 528 Total kunjungan wana wisata perbulan orang 1 794 Rata-rata pengeluaran wisatawan dalam lokasi Rpbulan 117 417 300 Rata-rata kebocoran Rpbulan 102 347 700 Sumber: Data primer diolah 2013

6.4.1 Dampak Langsung

Dampak langsung adalah total pengeluaran pengunjung dalam melakukan aktivitas wisatanya yang diterima langsung oleh unit usaha dan pihak pengelola. Pengeluaran wisatawan yang diterima langsung oleh unit usaha berupa pengeluaran untuk pembelian konsumsi. Sedangkan jenis pengeluaran yang diterima langsung oleh pihak pengelola berupa pembelian tiket, parkir, dan toilet. Unit usaha memperoleh total pendapatan sebesar Rp 54 390 000 perbulan. Pihak