Karateristik Pelaku Unit Usaha

desa yang aktif melakukan kegiatan ekonomi seperti pelaku unit usaha di sekitar kawasan wana wisata. Pelaku usaha dibedakan menjadi dua pihak, yaitu pihak Pemda yang diwakilkan oleh institusi Disparbud dengan daerah berjualan di lahan milik Pemda dan pihak Koparga di bawah institusi KPH Perhutani dengan daerah berjualan di lahan milik KPH Perhutani. Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya memberikan wewenang kepada Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Tasikmalaya untuk mengelola kawasan wana wisata dengan terjalin kerjasama yang menetapkan kebijakan berupa masuk kawasan wana wisata satu pintu. Hasil yang diperoleh melalui ticketing merupakan share antara KPH dan Disparbud. Gambar 3 Bentuk kelembagaan tata kelola baru Hasil kelembagaan dengan tata kelola baru berupa aturan main dan anggota kelembagaan yang baru. Oleh karena itu, dibutuhkan tahap sosialisasi kelembagaan untuk menyamakan persepsi. Stakeholder memberikan sosialisasi kepada anggota kelembagaan termasuk masyarakat sebagai anggota baru dalam kelembagaan guna mengetahui kerjasama antar lembaga sehingga mampu menjalankan tugas, pokok, dan fungsi masing-masing kelembagaan dan bentuk kerjasama yang koordinatif. Sosialisasi yang dilakukan dalam bentuk penyuluhan sehingga tercipta komunikasi feedback dengan mekanisme sharing.

6.2 Efektivitas Kelembagaan

Substansi kelembagaan disetiap lembaga memiliki struktur kelembagaan dan kelengkapan kelembagaan yang jelas karena diperkuat dengan hukum. Bentuk PEMDA DISPARBUD Perum Perhutani KPH Perhutani LMDH KOPARGA Masyarakat kelembagaan baru terbentuk memiliki struktur antar lembaga yang jelas. Proses monitoring dan evaluasi guna mengukur tingkat keberhasilan berdasarkan penguatan hukum, yaitu MOU dilakukan secara bersama-sama dengan rutin. Namun koordinasi dalam proses kelembagaan dilaksanakan secara tidak menyeluruh antara lembaga yang satu dengan lembaga yang lain, contoh Koparga tidak berkoordinasi secara langsung dengan Disparbud dan hanya berkoordinasi dengan pihak KPH Perhutani, kemudian Pihak KPH yang berhubungan dengan Disparbud. Hal ini menyebabkan penyampaian informasi kelembagaan yang kurang efektif. Efektivitas yang rendah ditunjukan melalui hasil wawancara dengan key person, yaitu kurangnya koordinasi antara Koparga dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan sehingga terjadi keterlambatan dalam penerimaan informasi seperti dalam perencanaan anggaran dana. Efektivitas kelembagaan dinilai berdasarkan persepsi mengenai kelembagaan dan dampak ekologi yang diakibatkan dari proses perubahan kelembagaan. Persepsi dinilai oleh anggota organisasi dan anggota non- organisasi. Anggota organisasi adalah pihak-pihak yang terlibat langsung dalam pengelolaan kawasan wana wisata. Sedangkan anggota non-organisasi adalah pihak-pihak yang tidak terlibat di dalam pengelolaan kawasan wana wisata.

6.2.1 Hasil Persepsi Efektivitas Anggota Non-organisasi

Hasil efektivitas anggota non-organisasi terdiri dari pelaku usaha berjumlah 19 orang dan wisatawan berjumlah 100 orang sehingga total anggota non-organisasi adalah 119 orang. Karakteristik yang dinilai meliputi kebersihan, lahan, akses, kualitas, dan tata tertib. Anggota non-organisasi menilai karakteristik kebersihan di kawasan wana wisata sangat baik karena terdapat petugas kebersihan yang telah dibayar melalui iuran, sebagian besar pihak sadar akan pentingnya kebersihan guna mendukung daya tarik wisatawan, dan penempatan tempat sampah yang mudah dijangkau. Karakteristik lahan di kawasan wana wisata dinilai sedang. Lahan di sekitar kawasan terlihat hijau didukung dengan suasana alam pegunungan yang dikelilingi pepohonan. Hal ini disebabkan oleh kegiatan reboisasi yang dilakukan pihak KPH Perhutani hingga tahun 2010. Namun lahan yang tersedia tidak didukung dengan penggunaan lahan secara maksimal, seperti terdapat lahan yang proses pembangunannya belum selesai