5.6.3 Karakteristik Pengunjung
Karakteristik pengunjung berdasarkan jenis kelamin, kategori umur,
tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Karakteristik pengunjung merupakan pengunjung yang mengunjungi kawasan wana wisata pada bulan April-Mei 2013.
Tabel 15 Karateristik pengunjung di Wana Wisata Gunung Galunggung
Karakterisitik Jumlah
Jiwa Persentase
1. Jenis Kelamin a. Laki-Laki
59 59
b. Perempuan 41
41 2. Umur Tahun
a. 15-24 65
65 b. 25-34
19 19
c. 35-44 6
6 d. 45
10 10
3. Tingkat Pendidikan a. Tidak Sekolah
1 1
b. SD 3
3 c. SMP
17 17
d. SMA 43
43 e. Perguruan Tinggi
36 36
4. Tingkat Pendapatan Rupiah a.500000
45 45
b. 500001-1000000 12
12 c. 1000001-2000000
18 18
d. 2000000 25
25
Total Setiap Karakteristik 100
100
Sumber: Data primer diolah 2013
Pengunjung dengan karakteristik jenis kelamin laki-laki merupakan pengunjung terbanyak sebesar 59 persen. Hal ini disebabkan pengunjung laki-laki
lebih tertarik terhadap wisata alam yang menantang berbanding dengan pengunjung berjenis kelamin yang lebih menyukai wisata belanja. Berdasarkan
karakteristik umur, umur 15-24 tahun adalah pengunjung dengan tingkat kunjungan paling banyak sebesar 65 persen karena penelitian dilakukan ketika
ujian akhir nasional berakhir sehingga para pelajar memilih refreshing di kawasan wana wisata wisata. Berdasarkan tingkat pendidikan, pengunjung terbanyak rata-
rata berprofesi sebagai pelajar sehingga mempengaruhi tingkat pendapatan yang diterima. Oleh karena itu, tingkat pendapatan 500 000 adalah tingkat
pendapatan pengunjung tertinggi sebesar 45 persen.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Perubahan Kelembagaan
Penyerobotan dalam penggunaan kawasan hutan lindung Gunung Galunggung sebagai lahan pertanian yang illegal karena lemahnya pengawasan
kelembagaan melatarbelakangi terjadinya perubahan kelembagaan. Perubahan kelembagaan diawali melalui diskusi yang merupakan tahapan dalam proses
inisiasi oleh pihak KPH Tasikmalaya. Diskusi yang dilakukan bertujuan mengidentifikasi pihak–pihak dalam masyarakat yang ingin melibatkan diri secara
langsung melalui pembentukan wadah pengelolaan kawasan wana wisata. Output yang dihasilkan dari tahapan inisiasi berupa pembentukan MOU Memorandum
Of Understanding dengan wadah pengelolaan bersama antara masyarakat dalam
LMDH wana Lingga Mukti dengan pihak KPH Perhutani. Pembentukan MOU antara Pihak Perhutani dan LMDH Wana Lingga
Mukti berdasarkan pada MOU nomor: 7059.9PHBMTSMIII2008 untuk menjelaskan tupoksi masing-masing kelembagaan. Pembentukan MOU
berdasarkan informasi dasar perjanjian sesuai pasal 1 keputusan Direksi Perum Perhutani No.268KPTSDir2007 tanggal 8 Maret 2007, Keputusan Bupati
Tasikmalaya No.5222.12Kep146Dishutbun2002 Tanggal 6 Mei 2002 tentang forum PHBM di Kabupaten Tasikmalaya, Surat Gubernur Jawa Barat No. 11
Tahun 2006 tentang Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Hutan Negara dan Perkebunan Besar, dan Nota Kesepakatan bersama antara Perum Perhutani KPH
dengan Pemerintah Desa Linggarjati tahun 2008. MOU terdiri dari 18 pasal dengan 2 lembar lampiran berisi Data Pangkuan Desa Hutan.
Pembentukan struktur kelembagaan dengan tata kelola baru melalui kerjasama antara pihak KPH unit III Tasikmalaya yang merupakan suatu unit
lembaga yang diberikan wewenang oleh Perum Perhutani Jawa Barat untuk mengelola kawasan hutan lindung di Gunung Galunggung. KPH unit III
menaungi LMDH dan Koparga. Namun Koparga berada di bawah institusi LMDH. LMDH berkaitan dengan kawasan hutan lindung dan kawasan yang dapat
diberdayakan oleh masyarakat desa. Sedangkan Koparga merupakan masyarakat