Analisis Stakeholder TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kelembagaan

III. KERANGKA OPERASIONAL

Keadaan topografi Gunung Galunggung serta kekayaan alamnya mendukung terbentuknya kawasan wana wisata. Kawasan wana wisata di bawah pengelolaan kelembagaan, yaitu KPH Perhutani Tasikmalaya dengan program pengelolaan kawasan hutan bersama masyarakat dan program kemitraan bina lingkungan. Namun telah terjadi perubahan tata kelola dalam proses pengelolaannya. Perubahan pengelolaan terjadi antara pihak KPH Perhutani Tasikmalaya dengan lembaga swadaya masyarakat yaitu Lembaga Masyarakat Desa Hutan LMDH. Pihak KPH Perhutani unit III Tasikmalaya bersama-sama LMDH berkoordinasi dengan Koperasi Pariwisata Galunggung Koparga sebagai wadah dalam pelaksanaan pengelolaan kawasan wana wisata yang melibatkan partisipasi masyarakat. Kerjasama dalam kelembagaan tersebut menghasilkan bentuk kelembagaan dengan tata kelola yang baru. Perubahan kelembagaan melalui tahapan inisiasi pencetusan, tahap pembentukan, dan tahap sosialisasi kepada seluruh anggota organisasi. Perubahan pengelolaan tersebut mempengaruhi substansi kelembagaan struktur, kelengkapan, monitoring, dan penegakan hukum, persepsi antar anggota terhadap kelembagaan, dan dampak ekologi dalam pengelolaan kawasan wana wisata yang dapat dilihat melalui efektivitas kelembagaan. Nilai efektivitas kelembagaan yang terjadi dapat dilihat melalui persepsi masing-masing stakeholde r yang terlibat didalam pengelolaan dengan menggunakan analisis stakeholder . Identifikasi dan analisis stakeholder penting dilakukan agar para aktor mampu berkoordinasi dengan baik dalam pengelolaan kawasan wana wisata. Hubungan aktor yang baik dapat memberikan manfaat bagi keberlanjutan pengelolaan kawasan wana wisata, diantaranya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memberikan dampak ekonomi serta sosial kepada masyarakat di sekitar kawasan wana wisata. Oleh karena itu, penting mengetahui kelembagaan didalam pengelolaan kawasan wana wisata, meliputi: proses perubahan kelembagaan, efektivitas kelembagaan, stakeholder terkait pengelolaan, dan dampak ekonomi yang dihasilkan dari pengelolaan kawasan wana wisata. Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional Keterangan : : Aspek yang dikaji Kelembagaan Kawasan Wana Wisata Gunung Galunggung Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat dan Program Kemitraan Bina Lingkungan Pengelolaan oleh Perum Perhutani Koperasi Pariwisata Gunung Galunggung Pengembangan Kawasan Wanawisata Identifikasi manfaat ekonomi Proses Perubahan Kelembagaan Analisis Efektivitas Kelembagaan Analisis kuantitatif melalui Multiplier Effect  Inisisasi  Pembentukan  Sosialisasi 1. Subtansi kelembagaan 2. Persepsi Kelembagaan 3. Analisis dampak ekologi Analisis Kuantitatif dan analisis deskriptif Analisis Kualitatif dan analisis deskriptif Simpulan dan Rekomendasi

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Gunung Galunggung yang terletak di Desa Linggarjati, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara purposive sengaja dengan mempertimbangkan bahwa lokasi tersebut memenuhi kriteria perubahan kelembagaan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Pengambilan data primer untuk penelitian pada bulan April hingga Juni 2013.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui tahap wawancara langsung dengan para responden menggunakan daftar pertanyaan yang terstruktur kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui literatur, referensi, dan data pendukung yang diperoleh dari Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya, Dinas Perhubungan Kabupaten Tasikmalaya, Kantor Desa Linggarjati, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat, KPH Perhutani Tasikmalaya, Koparga, dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan Wana Lingga Mukti. Data primer digunakan untuk menganalisis proses perubahan kelembagaan stakeholder yang berperan, pola interaksi antar stakeholder, kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wana wisata, dan analisis terhadap efektivitas kelembagaan. Sedangkan data sekunder meliputi struktur kelembagaan, pembagian peran, fungsi, wewenang masing-masing aktor, Infrastruktur kelembagaan terkait pengelola kawasan wana wisata, dan peraturan perundang- undangan.

4.3 Metode Penentuan Sampel Data

4.3.1 Penentuan Sampel

Pengambilan sampel dimulai dengan menentukan populasi masing-masing responden. Target penentuan sampel adalah responden dan key person. Key