III. KERANGKA OPERASIONAL
Keadaan topografi Gunung Galunggung serta kekayaan alamnya mendukung terbentuknya kawasan wana wisata. Kawasan wana wisata di bawah
pengelolaan kelembagaan, yaitu KPH Perhutani Tasikmalaya dengan program pengelolaan kawasan hutan bersama masyarakat dan program kemitraan bina
lingkungan. Namun telah terjadi perubahan tata kelola dalam proses pengelolaannya. Perubahan pengelolaan terjadi antara pihak KPH Perhutani
Tasikmalaya dengan lembaga swadaya masyarakat yaitu Lembaga Masyarakat Desa Hutan LMDH. Pihak KPH Perhutani unit III Tasikmalaya bersama-sama
LMDH berkoordinasi dengan Koperasi Pariwisata Galunggung Koparga sebagai wadah dalam pelaksanaan pengelolaan kawasan wana wisata yang melibatkan
partisipasi masyarakat. Kerjasama dalam kelembagaan tersebut menghasilkan bentuk kelembagaan dengan tata kelola yang baru. Perubahan kelembagaan
melalui tahapan inisiasi pencetusan, tahap pembentukan, dan tahap sosialisasi kepada seluruh anggota organisasi.
Perubahan pengelolaan tersebut mempengaruhi substansi kelembagaan struktur, kelengkapan, monitoring, dan penegakan hukum, persepsi antar
anggota terhadap kelembagaan, dan dampak ekologi dalam pengelolaan kawasan wana wisata yang dapat dilihat melalui efektivitas kelembagaan. Nilai efektivitas
kelembagaan yang terjadi dapat dilihat melalui persepsi masing-masing stakeholde
r yang terlibat didalam pengelolaan dengan menggunakan analisis stakeholder
. Identifikasi dan analisis stakeholder penting dilakukan agar para aktor mampu berkoordinasi dengan baik dalam pengelolaan kawasan wana wisata.
Hubungan aktor yang baik dapat memberikan manfaat bagi keberlanjutan pengelolaan kawasan wana wisata, diantaranya mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan memberikan dampak ekonomi serta sosial kepada masyarakat di sekitar kawasan wana wisata. Oleh karena itu, penting mengetahui
kelembagaan didalam pengelolaan kawasan wana wisata, meliputi: proses perubahan
kelembagaan, efektivitas
kelembagaan, stakeholder
terkait pengelolaan, dan dampak ekonomi yang dihasilkan dari pengelolaan kawasan
wana wisata.
Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional Keterangan :
: Aspek yang dikaji Kelembagaan Kawasan Wana Wisata
Gunung Galunggung
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat dan Program Kemitraan Bina Lingkungan
Pengelolaan oleh Perum Perhutani
Koperasi Pariwisata Gunung Galunggung
Pengembangan Kawasan Wanawisata
Identifikasi manfaat ekonomi
Proses Perubahan Kelembagaan
Analisis Efektivitas Kelembagaan
Analisis kuantitatif melalui Multiplier Effect
Inisisasi Pembentukan
Sosialisasi 1. Subtansi
kelembagaan 2.
Persepsi Kelembagaan
3. Analisis dampak
ekologi
Analisis Kuantitatif dan analisis deskriptif
Analisis Kualitatif dan analisis deskriptif
Simpulan dan Rekomendasi
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Gunung Galunggung yang terletak di Desa Linggarjati, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat.
Lokasi penelitian dipilih secara purposive sengaja dengan mempertimbangkan bahwa lokasi tersebut memenuhi kriteria perubahan kelembagaan yang sesuai
dengan tujuan penelitian. Pengambilan data primer untuk penelitian pada bulan April hingga Juni 2013.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui tahap wawancara langsung dengan para responden
menggunakan daftar pertanyaan yang terstruktur kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui literatur, referensi, dan data pendukung yang diperoleh
dari Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Tasikmalaya,
Dinas Perhubungan
Kabupaten Tasikmalaya, Kantor Desa Linggarjati, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat, KPH
Perhutani Tasikmalaya, Koparga, dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan Wana Lingga Mukti.
Data primer digunakan untuk menganalisis proses perubahan kelembagaan stakeholder
yang berperan, pola interaksi antar stakeholder, kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wana wisata, dan analisis terhadap efektivitas
kelembagaan. Sedangkan data sekunder meliputi struktur kelembagaan, pembagian peran, fungsi, wewenang masing-masing aktor, Infrastruktur
kelembagaan terkait pengelola kawasan wana wisata, dan peraturan perundang- undangan.
4.3 Metode Penentuan Sampel Data
4.3.1 Penentuan Sampel
Pengambilan sampel dimulai dengan menentukan populasi masing-masing responden. Target penentuan sampel adalah responden dan key person. Key