Karateristik Tenaga Kerja Lokal

kelembagaan baru terbentuk memiliki struktur antar lembaga yang jelas. Proses monitoring dan evaluasi guna mengukur tingkat keberhasilan berdasarkan penguatan hukum, yaitu MOU dilakukan secara bersama-sama dengan rutin. Namun koordinasi dalam proses kelembagaan dilaksanakan secara tidak menyeluruh antara lembaga yang satu dengan lembaga yang lain, contoh Koparga tidak berkoordinasi secara langsung dengan Disparbud dan hanya berkoordinasi dengan pihak KPH Perhutani, kemudian Pihak KPH yang berhubungan dengan Disparbud. Hal ini menyebabkan penyampaian informasi kelembagaan yang kurang efektif. Efektivitas yang rendah ditunjukan melalui hasil wawancara dengan key person, yaitu kurangnya koordinasi antara Koparga dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan sehingga terjadi keterlambatan dalam penerimaan informasi seperti dalam perencanaan anggaran dana. Efektivitas kelembagaan dinilai berdasarkan persepsi mengenai kelembagaan dan dampak ekologi yang diakibatkan dari proses perubahan kelembagaan. Persepsi dinilai oleh anggota organisasi dan anggota non- organisasi. Anggota organisasi adalah pihak-pihak yang terlibat langsung dalam pengelolaan kawasan wana wisata. Sedangkan anggota non-organisasi adalah pihak-pihak yang tidak terlibat di dalam pengelolaan kawasan wana wisata.

6.2.1 Hasil Persepsi Efektivitas Anggota Non-organisasi

Hasil efektivitas anggota non-organisasi terdiri dari pelaku usaha berjumlah 19 orang dan wisatawan berjumlah 100 orang sehingga total anggota non-organisasi adalah 119 orang. Karakteristik yang dinilai meliputi kebersihan, lahan, akses, kualitas, dan tata tertib. Anggota non-organisasi menilai karakteristik kebersihan di kawasan wana wisata sangat baik karena terdapat petugas kebersihan yang telah dibayar melalui iuran, sebagian besar pihak sadar akan pentingnya kebersihan guna mendukung daya tarik wisatawan, dan penempatan tempat sampah yang mudah dijangkau. Karakteristik lahan di kawasan wana wisata dinilai sedang. Lahan di sekitar kawasan terlihat hijau didukung dengan suasana alam pegunungan yang dikelilingi pepohonan. Hal ini disebabkan oleh kegiatan reboisasi yang dilakukan pihak KPH Perhutani hingga tahun 2010. Namun lahan yang tersedia tidak didukung dengan penggunaan lahan secara maksimal, seperti terdapat lahan yang proses pembangunannya belum selesai sehingga nilai keindahan menjadi berkurang. Karakteristik aksesibilitas ±5 km menuju kawasan wana wisata dari jalan utama dinilai kurang baik karena jalan terdiri dari sisa material vulkanik yang disebabkan letusan Gunung Galunggung tahun 1982 dan hanya sebagian kecil jalan menuju akses Gunung Galunggung yang sudah diaspal. Karakteristik kualitas kawasan wana wisata menurut anggota non- organisasi dinilai sedang karena kawasan wana wisata sudah didukung dengan kondisi kawasan yang nyaman, sejuk, dilengkapi sarana, dan prasarana yang baik. Namun sarana dan prasarana tidak didukung dengan tata letak yang baik. Berdasarkan karakteristik tata tertib wisatawan berupa himbauan-himbauan agar wisatawan tetap aman dan nyaman dalam melakukan aktivitas wisata dinilai sedang. Himbauan telah diletakan di kawasan yang strategis namun terdapat beberapa tempat yang membutuhkan himbauan tetapi himbauan tidak tersedia seperti jalan kecil menuju kawasan pemandian yang licin. Hasil persepsi dapat dilihat pada gambar persepsi efektivitas berikut. Gambar 4 Persepsi efektivitas anggota non-organisasi

6.2.2 Hasil Persepsi Efektivitas Anggota Organisasi

Hasil efektivitas anggota organisasi terdiri dari pelaku usaha berjumlah 26 orang dan tenaga kerja berjumlah 28 orang sehingga total anggota organisasi adalah 54 orang. Persepsi anggota organisasi menilai karakteristik tupoksi, sangsi, Tata tertib Kualitas Akses Lahan Kebersihan 14 33 25 15 39 8 28 46 57 32 50 41 30 34 15 46 50 4 13 15 Sangat Baik Baik Sedang Kurang baik Tidak baik dan aturan dalam kelembagaan kawasan Wana Wisata Gunung Galunggung. Hasil persepsi dapat dilihat pada gambar persepsi efektivitas berikut. Gambar 5 Persepsi efektivitas anggota organisasi Karakteristik kebersihan dinilai sedang karena walaupun pihak kelembagaan telah membayar iuran, terdapat beberapa pihak seperti wisatawan yang tingkat kesadaran terhadap kebersihan masih rendah. Karakteristik lahan dinilai baik karena anggota organisasi dan non-organisasi menyadari bahwa sebagian lahan berupa hutan lindung dan lahan yang dapat dikembangkan harus dapat dimaksimalkan dengan baik. Karakteristik aksesibilitas dinilai tidak baik karena jalan menuju kawasan sebagian besar berupa material pasir sisa letusan dan hilir mudik truk pengangkut pasir sehingga jalan menjadi rusak. Menurut anggota organisasi faktor tersebut dapat mempengaruhi jumlah wisatawan yang berkunjung ke lokasi wisata. Karakteristik kualitas dinilai sedang karena menurut anggota organisasi kekayaan alam kawasan wana wisata sangat mendukung kualitas wisata ke depannya. Berdasarkan karakteristik tata tertib yang berlaku dinilai baik karena wisatawan dan anggota organisasi telah melaksanakan tata tertib dengan baik seperti melaksanakan tupoksi. Karakteristik tupoksi, aturan, dan sangsi dinilai baik. Anggota organisasi berpendapat setiap kelembagaan telah melaksanakan aturan dan memiliki tugas, pokok, dan fungsi yang jelas. Jika salah satu pihak melanggar aturan dan tidak melaksanakan tupoksi maka akan Aturan Sangsi Tupoksi Tata tertib Kualitas Akses Lahan Kebersihan 32 11 14 11 12 9 10 7 15 20 14 19 13 23 8 13 21 23 19 20 20 19 4 29 13 7 4 9 3 5 5 Sangat Baik Baik Sedang Kurang baik Tidak baik