2.8 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu berjudul Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat untuk Pengembangan Kawasan Hutan Regaloh di Kabupaten Pati,
Jawa Tengah oleh Zulaifah 2006, yang bertujuan untuk merumuskan strategi pemanfaatan sumberdaya hutan bersama masyarakat untuk pengembangan
kawasan Hutan Regaloh. Metode yang digunakan berupa analisis deskriptif untuk menjelaskan penggunaan lahan, keanekaragaman hayati, dan kondisi kawasan
wana wisata. Sedangkan kebijakan-kebijakan terkait pengelolaan dianalisis menggunakan analisis SWOT.
Pengelolaan hutan di kawasan Hutan Regaloh dilakukan oleh Perum Perhutani bersama masyarakat. Fungsi hutan yang berpengaruh besar adalah
fungsi hutan sebagai fungsi produksi yang menghasilkan hasil produksi berupa kayu dan fungsi konservasi sebagai kawasan objek wisata. Organisasi sosial
seringkali membentuk struktur sosial yang lebih baik. Pelaksanaan pengelolaan hutan bersama masyarakat melalui LMDH. Kawasan Hutan Regaloh telah
terbentuk sepuluh LMDH yang telah resmi menjadi mitra kerja Perhutani. Keberadaan LMDH memang cukup penting karena lembaga ini mempunyai
tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota secara keseluruhan menyelenggarakan dan mengembangkan usaha di bidang pertanian dan jasa
berbasis kehutanan dengan memperhatikan azas kelestarian hutan. Zulaifa 2006. Faktor penunjang kawasan Hutan Regaloh cukup memadai terutama dari
segi infrastruktur, aksesibilitas, serta pembinaan petani pesanggem. Pemanfaatan Kawasan Hutan Regaloh memiliki faktor penunjang dalam pemanfaatan
sumberdaya hutan yang mendukung pengembangan kawasan hutan namun kondisi sosial ekonomi masyarakat Regaloh masih tergolong dalam kondisi
masyarakat yang miskin. Pemanfaatan hutan bersama masyarakat tidak sepenuhnya membantu permasalahan sosial ekonomi masyarakat karena faktor
input produksi masih rendah dan keterbatasan keterampilan penduduk. Zulaifa 2006.
III. KERANGKA OPERASIONAL
Keadaan topografi Gunung Galunggung serta kekayaan alamnya mendukung terbentuknya kawasan wana wisata. Kawasan wana wisata di bawah
pengelolaan kelembagaan, yaitu KPH Perhutani Tasikmalaya dengan program pengelolaan kawasan hutan bersama masyarakat dan program kemitraan bina
lingkungan. Namun telah terjadi perubahan tata kelola dalam proses pengelolaannya. Perubahan pengelolaan terjadi antara pihak KPH Perhutani
Tasikmalaya dengan lembaga swadaya masyarakat yaitu Lembaga Masyarakat Desa Hutan LMDH. Pihak KPH Perhutani unit III Tasikmalaya bersama-sama
LMDH berkoordinasi dengan Koperasi Pariwisata Galunggung Koparga sebagai wadah dalam pelaksanaan pengelolaan kawasan wana wisata yang melibatkan
partisipasi masyarakat. Kerjasama dalam kelembagaan tersebut menghasilkan bentuk kelembagaan dengan tata kelola yang baru. Perubahan kelembagaan
melalui tahapan inisiasi pencetusan, tahap pembentukan, dan tahap sosialisasi kepada seluruh anggota organisasi.
Perubahan pengelolaan tersebut mempengaruhi substansi kelembagaan struktur, kelengkapan, monitoring, dan penegakan hukum, persepsi antar
anggota terhadap kelembagaan, dan dampak ekologi dalam pengelolaan kawasan wana wisata yang dapat dilihat melalui efektivitas kelembagaan. Nilai efektivitas
kelembagaan yang terjadi dapat dilihat melalui persepsi masing-masing stakeholde
r yang terlibat didalam pengelolaan dengan menggunakan analisis stakeholder
. Identifikasi dan analisis stakeholder penting dilakukan agar para aktor mampu berkoordinasi dengan baik dalam pengelolaan kawasan wana wisata.
Hubungan aktor yang baik dapat memberikan manfaat bagi keberlanjutan pengelolaan kawasan wana wisata, diantaranya mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan memberikan dampak ekonomi serta sosial kepada masyarakat di sekitar kawasan wana wisata. Oleh karena itu, penting mengetahui
kelembagaan didalam pengelolaan kawasan wana wisata, meliputi: proses perubahan
kelembagaan, efektivitas
kelembagaan, stakeholder
terkait pengelolaan, dan dampak ekonomi yang dihasilkan dari pengelolaan kawasan
wana wisata.