yang diperlukan secara penuh, maka tingkat penguasaan kompetensi siswa tersebut belum optimal.
27
Block dalam Winkel menyatakan tingkat penguasaan kompetensi siswa sebagai berikut:
Degree of learning = f time actually spent : time needed
Model ini menggambarkan bahwa tingkat penguasaan kompetensi degree of learning ditentukan oleh seberapa banyak waktu yang benar-benar digunakan
time actually spent untuk belajar dibagi dengan waktu yang diperlukan time needed untuk menguasai kompetensi tertentu.
28
Mastery learning berasumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat, semua siswa mampu belajar dengan baik dan
memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar semua siswa memperoleh hasil yang maksimal pembelajaran harus dilaksanakan
dengan sistematis. Kesistematisan akan tercermin dari strategi yang dilaksanakan, terutama dalam mengorganisasi tujuan dan bahan belajar, melaksanakan evaluasi
dan memberikan bimbingan terhadap siswa yang lambat mencapai tujuan kompetensi yang telah ditetapkan.
Mastery learning dilandasi oleh dua asumsi. Pertama, teori yang mengatakan bahwa adanya hubungan antara tingkat keberhasilan dengan kemampuan potensi
yang dimiliki bakat. Hal ini sesuai dengan teori bakat menurut Carrol dalam Mulyasa, yang menyatakan bahwa apabila siswa didistribusikan secara normal
dengan memperhatikan kemampuannya secara potensial untuk beberapa bidang pengajaran, kemudian mereka diberikan pembelajaran yang sama dalam jumlah
pembelajaran dan waktu yang tersedia untuk belajar, maka hasil belajar yang dicapai akan tersebar secara normal pula. Hal ini berarti bahwa siswa yang
berbakat cenderung untuk memperoleh nilai yang tinggi atau dapat dikatakan bahwa hubungan antara bakat dan tingkat penguasaan adalah tinggi.
29
Kedua, apabila pembelajaran dilaksanakan secara sistematis, semua siswa
27
W.S Winkel,, Psikologi Pengajaran , …, h. 268.
28
Ibid., h. 270.
29
Ibid., h. 53-54
akan mampu menguasai bahan yang disajikan kepadanya.Mulyasa menyatakan bahwa pada dasarnya bakat bukanlah merupakan indeks kemampuan seseorang,
melainkan sebagai ukuran kecepatan belajar measure of learning rate. Artinya orang yang memiliki bakat tinggi memerlukan waktu relatif lebih sedikit untuk
mencapai taraf penguasaan bahan dibandingkan dengan siswa yang memiliki bakat rendah. Sehingga dengan demikian, siswa dapat mencapai penguasaan
penuh terhadap bahan yang disajikan, bila kualitas pembelajaran dan kesempatan waktu belajar dibuat tepat sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa. Oleh
karena itu, implikasinya dalam kegiatan belajar harus diberikan waktu belajar yang berbeda-beda untuk masing-masing siswa.
30
d. Prinsip-prinsip Mastery Learning
Pada dasarnya mastery learning akan menciptakan siswa memiliki kemampuan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya, mengecilkan
perbedaan antara anak cerdas dengan anak kurang cerdas atau anak yang berbakat dengan anak yang tidak berbakat.
31
Secara tegas dapat dikatakan bahwa sistem pembelajaran yang menggunakan prinsip mastery learning adalah tidak menerima
perbedaan prestasi belajar siswa sebagai konsekuensi perbedaan bakat.
32
Sebagaimana yang telah dikemukakan Carrol tentang teori bakat pada penjelasan sebelumnya. Pada posisi ini, prinsip mastery learning adalah menciptakan siswa
dapat mencapai tujuan pembelajaran kompetensi. Sehingga dengan demikian, di dalam kelas tidak terjadi anak cerdas akan mencapai semua kompetensi,
sementara anak yang kurang cerdas mencapai sebagian kompetensi atau tidak mencapai sama sekali kompetensi yang diharapkan. Melalui prinsip mastery
learning semua siswa akan mencapai kompetensi, hanya saja waktu yang diperlukan berbeda.
30
E.Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, …, h 54
31
Martinis Yamin, Profesionalitas Guru Dan Implementasi KTSP, Jakarta: Gaung Persada Press, 2007, h. 121
32
Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2003, h. 84.
Argumentasi tersebut sangat sejalan dengan pendapat Winkel yang mengemukakan bahwa bilamana siswa tidak mencapai tingkat keberhasilan yang
dituju, hal ini karena tidak disediakan waktu yang cukup, sesuai dengan kebutuhan siswa atau karena waktu yang disediakan dan sebenarnya cukup itu,
tidak digunakan dengan sungguh-sungguh. Artinya tingkat penguasaan bahan kompetensi dalam pembelajaran sangat tergantung pada jumlah waktu yang
disediakan.
33
Berdasarkan konsep tersebut, dapat dipahami bahwa harapan dari proses pembelajaran dengan pendekatan mastery learning adalah untuk mempertinggi
rata-rata prestasi siswa dalam belajar dengan memberikan kualitas pembelajaran yang lebih sesuai, bantuan, serta perhatian khusus siswa yang lambat belajar slow
learners agar menguasai standar kompetensi atau kompetensi dasar.
34
Hal tersebut mencerminkan adanya variasi penguasaan materi pembelajaran sekaligus
juga mengakui adanya perbedaan kemampuan siswa dalam menguasai kompetensi.
Berdasarkan uraian tersebut dapatlah disimpulkan bahwa prinsip mastery learning adalah: Pertama, ditetapkan batas minimal tingkat kompetensi yang
harus dikuasai oleh siswa. Kedua, menggunakan pendekatan penilaian acuan patokan PAP untuk menilai keberhasilan belajar siswa mencapai standar
ketuntasan minimal KKM. Ketiga, siswa tidak diperbolehkan pindah ke topik atau tugas berikutnya, jika topik atau tugas yang sedang dipelajarinya belum
dikuasai sampai standar minimal. Keempat ,memberikan kemampuan yang utuh, mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap. Kelima, setiap peserta
diberi kesempatan untuk mencapai standar minimal, sesuai dengan irama dan kemampuan belajarnya masing-masing individualized learning. Keenam,
33
W.S Winkel,, Psikologi Pengajaran , …, h. 268.
34
Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP …, h. 327.