Unsur-unsur pembelajaran Kajian Teori 1. Landasan Konseptual Pembelajaran

c. Teori-teori Belajar

Secara garis besar dikenal ada tiga rumpun besar teori belajar menurut pandangan psikologi yaitu: 1 Teori disiplin mental Teori belajar ini dikembangkan tanpa didasari eksperimen, ini berarti dasar orientasinya adalah filosofis atau spekulatif, teori ini menganggap bahwa dalam belajar mental siswa didisiplinkan atau dilatih. Teori yang berlawanan sekali dengan teori disiplin mental ialah teori perkembangan ilmiah. Menurut teori ini, anak itu akan berkembang secara ilmiah. Teori yang berlawanan dengan teori disiplin mental dan perkembangan ilmiah adalah teori apersepsi, yang merupakan suatu asosionisme mental yang dinamis, didasarkan pada premis fundamental bahwa tidak ada gagasan bawaan sejak lahir, apapun yang diketahui seseorang datang dari luar dirinya. Menurut teori apersepsi, belajar merupakan suatu proses terasosiasinya gagasan-gagasan baru dengan gagasan lama yang sudah membentuk pikiran. 15 2 Teori Behaviorisme Ada beberapa ciri dari teori ini yaitu: mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil, bersifat mekanisme, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, dan menekankan kepentingan latihan. Tokoh yang mengembangkan teori ini adalah Thorndike yang mengemukakan tiga prinsip atau hukum dalam belajar yaitu : belajar akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut, belajar akan berhasil apabila banyak latihan dan ulangan, dan belajar akan bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. 15 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2003, h. 41. Prinsip belajar menurut teori behaviorisme yang dikemukakan oleh Harley dan Davis yang banyak dipakai adalah: proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila siswa ikut terlibat secara aktif didalamnya, materi pelajaran diberikan dalam bentuk unit-unit kecil dan diatur sedemikian rupa sehingga hanya perlu memberikan suatu proses tertentu saja, tiap-tiap respon perlu diberi umpan balik secara langsung sehingga siswa dapat dengan segera mengetahui apakah respon yang diberikan betul atau tidak, dan perlu diberikan penguatan setiap kali siswa memberikan respon apakah bersifat positif atau negatif. 16 3 Teori Cognitive Gestalt Teori belajar Gestalt meneliti pengamatan dan problem solving, dari pengamatannya ia menyesalkan penggunaan metode menghafal di sekolah, dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis. 27 Suatu konsep yang penting dalam psikologis Gestalt adalah tentang insight yaitu pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antara bagian-bagian dalam situasi permasalahan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan teori Gestalt, guru tidak memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu satu kesatuan yang utuh. 17 Menurut teori Gestalt perbuatan belajar itu tidak berlangsung seketika, tetapi berlangsung berproses kepada hal-hal yang esensial, sehingga aktifitas belajar akan menimbulkan makna yang berarti. Sebab dalam proses belajar, makin lama akan timbul suatu pemahaman mendalam terhadap materi pelajaran yang dipelajari. 16 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, …, h. 43. 17 Ibid., h. 47.

2. Mastery Learning a. Pengertian dan Konsep dasar Mastery Learning belajar tuntas

Secara bahasa, kata “mastery” berarti“penguasaan” atau “keunggulan”. 19 Sedang “learning” sering diartikan “belajar” atau “pengetahuan”. 20 Sehingga kalau digabung dua kata tersebut “mastery learning” berarti “penguasaan pengetahuan” atau “penguasaan penuh”. Namun dalam dalam dunia pendidikan “mastery learning” bisa diartikan dengan “belajar tuntas” atau “pembelajaran tuntas.” Mastery learning belajar tuntas dalam KTSP adalah pendekatan pembelajaran yang mempersyaratkan siswa menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. 21 Pengertian tersebut menunjukkan bahwa mastery learning merupakan strategi pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas, dengan tujuan agar sebagian besar siswa dapat menguasai tujuan pembelajaran kompetensi secara tuntas. 22 Mastery learning merupakan proses pembelajaran yang dilakukan secara sistematis dan terstruktur, bertujuan untuk mengadaptasikan pembelajaran pada siswa kelompok besar klasikal, membantu mengatasi perbedaan-perbedaan yang terdapat pada siswa dan berguna untuk menciptakan kecepatan belajar rate of progress. Pendekatan ini bersifat individual dan diharapkan mampu mengatasi kelemahan-kelemahan pembelajaran yang bersifat klasikal. Artinya, mastery learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menganut azas ketuntasan belajar, dengan tolok ukur yang digunakan pada pencapaian hasil belajar, yakni tingkat kemampuan siswa orang perorang, bukan per kelas dalam 19 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1996, h. 374 20 Ibid., h.374 21 Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, h. 327. 22 E.Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, Implementasi, dan inovasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010, h. 53. mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Pembelajaran individual individualized instruction merupakan ciri khas dari mastery learning ini. Secara konseptual, mastery learning ini merupakan strategi atau model pembelajaran yang telah lama digagas oleh Carrol dalam bukunya “model of school learning”. Teori Carrol tersebut kemudian dimodifikasi secara operasional oleh Bloom, lalu dikembangkan lagi oleh Block. 23 Namun demikian, model ini tetap masih relevan dan baik, apalagi diterapkan dalam upaya pencapaian standar kompetensi siswa, terutama dalam pembelajaran ekonomi dalam KTSP sebagai kurikulum yang berbasis kompetensi. Artinya mastery learning merupakan suatu keniscayaan dan bagian integral yang tak dapat dipisahkan. Pendekatanstrategi pembelajaran ini lebih menekankan pencapaian kompetensi dan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, sehingga memberikan pengalaman belajar yang bermakna meaningful learning. Pembelajaran tuntas yang dimaksudkan dalam pelaksanaan KTSP merupakan suatu pola pembelajaran yang menggunakan pendekatan diagnosticpreskriptif mengetahui kesulitan belajar siswa dan ketuntasan secara individual. Hal ini diperlukan pemberian kebebasan belajar serta berupaya mengurangi kegagalan siswa dalam belajar. Pada sisi lain, strategi pembelajaran tuntas sebenarnya menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada kelompok siswa klasikal, tetapi juga mengakui dan memberikan layanan sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual siswa, sehingga potensi masing-masing siswa berkembang secara optimal. Dasar pemikiran dari mastery learning dengan pendekatan individual ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual masing-masing. 24 23 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, h. 84. 24 Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru,, h. 327

b. Karakteristik Mastery Learning

Adapun karakteristik mastery learning, sebagai berikut: 25 1 Pada dasarnyanya strategi mastery learning adalah jika kepada para siswa diberikan waktu yang cukup, dan mereka diperlakukan secara tepat, maka mereka akan mampu dan dapat belajar sesuai dengan tuntutan kompetensi yang diharapkan. 2 Belajar atas tujuan pembelajaran yang hendak dicapai yang ditentukan terlebih dahulu. Tujuan pembelajaran memberi arah balik kepada guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran, ini berarti bahwa tujuan strategi pembelajaran adalah agar hampir atau semua siswa dapat mencapai tingkat penguasaan tujuan pendidikan. Jadi, baik sarana, metode, materi pelajaran maupun evaluasi yang digunakan untuk keberhasilan siswa berkaitan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. 3 Memperhatikan perbedaan individu individual difference Suatu kenyataan bahwa individu mempunyai perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan-perbedaan itu disebabkan karena faktor-faktor intern maupun ekstern. Terutama faktor ekstern melalui indra dan kecepatan belajar siswa. Untuk itu pelaksanaan pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan kepekaan indra siswa. Jadi, proses pembelajaran yang tepat adalah menggunakan multimedia dan multi metode yang sesuai dengan tujuan dan keadaan individu siswa. 4 Menggunakan prinsip siswa belajar aktif active learning Belajar aktif active learning memungkinkan para siswa memperoleh pengetahuan dan mengembangkan ketrampilan berdasarkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan sendiri. Cara belajar yang demikian memungkinkan siswa untuk 25 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, ..., h. 86.

Dokumen yang terkait

Pengaruh penggunaan strategi mastery learning terhadap hasil belajar IPS siswa Mts Al-Khairiyah tegal parung jakarta selatan tahun ajaran 2014/2015

1 14 146

PENERAPAN METODE BELAJAR TUNTAS (MASTERY LEARNING) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA Penerapan Metode Belajar Tuntas (Mastery Learning) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Pada Siswa Kelas V Sd Negeri Pajang III Laweyan Surakarta.

0 1 15

PENERAPAN METODE BELAJAR TUNTAS (MASTERY LEARNING) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA Penerapan Metode Belajar Tuntas (Mastery Learning) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Pada Siswa Kelas V Sd Negeri Pajang III Laweyan Surakarta.

0 1 16

PENERAPAN METODE BALAJAR TUNTAS ( MASTERY LEARNING) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENULIS KARANGAN Penerapan Metode Balajar Tuntas ( Mastery Learning) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Menulis Karangan Bahasa Indonesia Kelas IV SD Negeri Sambirejo 4 Ta

0 0 16

PENERAPAN METODE BELAJAR TUNTAS (MASTERY LEARNING) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENULIS KARANGAN BAHASA Penerapan Metode Balajar Tuntas ( Mastery Learning) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Menulis Karangan Bahasa Indonesia Kelas IV SD Negeri Sambire

0 0 16

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI BELAJAR TUNTAS (MASTERY LEARNING) Peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika melalui belajar tuntas (mastery learning) berbasis tutor sebaya pada pokok bahasan aritmatika so

0 2 17

7.PEMBELAJARAN TUNTAS 18022008

0 0 10

Strategi Penerapan e Learning Tahap Pere

0 0 20

Standar Kompetensi Lulusan dan Model Pen

0 1 19

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI BELAJAR TUNTAS (MASTERY LEARNING) TERHADAP PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 SURANENGGALA - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 17