Prinsip-prinsip Mastery Learning Kajian Teori 1. Landasan Konseptual Pembelajaran

dalam merancang suatu program pembelajaran, yaitu: 39 Pertama, perumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi efektifitas keberhasilan proses pembelajaran. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil manakala siswa dapat mencapai tujuan secara optimal. Keberhasilan itu merupakan indikator keberhasilan guru merancang dan melaksanakan proses pembelajaran. Kedua, tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar siswa. Tujuan yang jelas dan tepat dapat membimbing siswa dalam melaksanakan aktifitas belajar. Berkaitan dengan itu guru juga dapat merencanakan dan mempersiapkan tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk membantu siswa. Ketiga, tujuan pembelajaran dapat membantu dalam mendesain sistem pembelajaran. Artinya, dengan tujuan yang jelas dan tepat dapat membantu guru dalam menentukan materi pembelajaran, strategi, alat, media dan sumber belajar, serta menentukan dan merancang alat evaluasi untuk melihat keberhasilan belajar siswa. Keempat, tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai kontrol dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran. Artinya melalui penetapan tujuan, guru dapat mengontrol seberapa jauh siswa telah menguasai kemampuan-kemampuan sesuai dengan tujuan dan tuntutan kurikulum yang berlaku. Lebih jauh dengan tujuan dapat ditentukan daya serap siswa dan kualitas suatu sekolahmadrasah. 2 Menjabarkan materi pembelajaran bahan ajar atas sejumlah unit pembelajaran sekarang disebut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP. Materi pembelajaran dikembangkan sesuai dengan tujuan pembelajaran, berdasarkan kurikulum yang sedang berlaku KTSP. Agar rencana pembelajaran membantu guru dalam pembelajaran, rincian pokok-pokok materi hendaknya 39 Wina Sanjaya, Kajian Kurikulum dan Pembelajaran, …, h. 99. dicantumkan secara cermat dalam rencana pembelajaran. Dalam mengorganisasikan materi, guru dapat menempuh berbagai cara. Guru dapat menyusunnya dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari yang konkret ke yang abstrak, atau yang ada disekitar siswa. 40 Pemilihan materi pembelajaran bahan ajar harus sejalan dengan kriteria-kriteria yang digunakan untuk memilih isi kurikulum bidang, yaitu: 1 akurat dan up to date, sasarannya sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan penemuan baru dalam bidang teknologi; 2 kemudahan, sasarannya untuk memenuhi prinsip, generalisasi dan memperoleh data; 3 kerasionalan, sasarannya mengembangkan kemampuan berfikir rasional, bebas dan logis; 4 esensial, sasarannya untuk mengembangkan moralitas penggunaan pengetahuan; 5 kemaknaan, sasarannya bermakna bagi siswa dan perubahan sosial; 6 keberhasilan, sasarannya keberhasilan untuk mempengaruhi perubahan tingkah laku siswa; 7 keseimbangan, sasarannya mengembangkan pribadi siswa secara seimbang dan menyeluruh; 8 kepraktisan, sasarannya mengarahkan tindakan sehari-hari dan untuk pelajaran berikutnya. 41 3 Memberikan pelajaran secara klasikal, sesuai dengan unit pembelajaran yang sedang dipelajari. Proses pembelajaran menurut Muslich dikelompokkan ke dalam tiga kegiatan besar, yaitu: 1 kegiatan awal, biasanya diisi dengan mengemukakan hal-hal yang menarik minat siswa untuk belajar, membahas ulang pengetahuan prasyarat atau menyampaikan informasi awal atau penjelasan tugas secara klasikal. Pengetahuan prasyarat yang dibahas hendaknya betul-betul yang dekat dengan konsep baru yang dipelajari, tidak terlalu jauh sehingga waktu yang digunakan menjadi singkat; 2 kegiatan inti, disediakan untuk siswa mengalami kegiatan seperti melakukan percobaan, bermain peran, kegiatan pemecahan 40 Wardani, Pemantapan Kemampuan Guru Mengajar, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2004, h. 8. 41 Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, hlm. 223. masalah, atau simulasi yang sebaiknya dilakukan secara berpasangan atau kelompok. Apabila kegiatan ini dilakukan siswa secara perorangan maka harus diikuti dengan kegiatan yang melibatkan lebih dari satu orang, misalnya saling menjelaskan proses dan hasil belajar kepada temannya. Hal ini dimaksudkan agar tercipta interaksi diantara mereka sehingga hasil belajar mereka menjadi mantap; 3 kegiatan penutup, biasanya diisi dengan rangkuman hasil belajar secara klasikal. Alokasi waktu untuk kegiatan awal dan penutup sebaiknya tidak lebih dari 10-15 menit sehingga sisanya untuk kegiatan inti. 42 4 Memberikan tes kepada siswa pada akhir masing-masing unit pembelajaran, untuk mengecek kemajuan masing-masing siswa dalam mengolah materi pembelajaran. Tes itu bersifat formatif, yaitu bertujuan mengetahui sampai seberapa jauh siswa dalam pengolahan materi pembelajaran diagnostic progress test. Menurut Yamin dalam test formatif ini, ditetapkan norma yang tetap dan pasti, misalnya 80 dari jumlah pertanyaan dalam tes itu harus dijawab betul, supaya siswa dinyatakan berhasil atau telah menguasai tujuan pembelajaran. 43 5 Siswa yang belum mencapai tingkat penguasaan yang dituntut, diberikan pertolongan khusus, misalnya bantuan dari seorang teman yang bertindak sebagai tutor sebaya, mendapat pengajaran dalam kelompok kecil, disuruh mempelajari buku bidang lain dan mengambil unit pelajaran yang telah diprogramkan. 6 Setelah semua siswa mencapai tingkat penguasaan pada unit pembelajaran yang bersangkutan barulah guru mulai mengajarkan unit berikutnya. 7 Setelah siswa paling sedikit kebanyakannya, mencapai tingkat keberhasilan yang dituntut guru mulai mengajar unit pelajaran ketiga. Jadi seluruh siswa dalam kelas selalu mulai mempelajari suatu unit pelajaran baru secara bersama-sama. 42 Masnur Muslich, KTSP:Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, h. 60. 43 Martinis Yamin, Profesionalitas Guru Dan Implementasi KTSP, …, h. 127.

Dokumen yang terkait

Pengaruh penggunaan strategi mastery learning terhadap hasil belajar IPS siswa Mts Al-Khairiyah tegal parung jakarta selatan tahun ajaran 2014/2015

1 14 146

PENERAPAN METODE BELAJAR TUNTAS (MASTERY LEARNING) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA Penerapan Metode Belajar Tuntas (Mastery Learning) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Pada Siswa Kelas V Sd Negeri Pajang III Laweyan Surakarta.

0 1 15

PENERAPAN METODE BELAJAR TUNTAS (MASTERY LEARNING) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA Penerapan Metode Belajar Tuntas (Mastery Learning) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Pada Siswa Kelas V Sd Negeri Pajang III Laweyan Surakarta.

0 1 16

PENERAPAN METODE BALAJAR TUNTAS ( MASTERY LEARNING) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENULIS KARANGAN Penerapan Metode Balajar Tuntas ( Mastery Learning) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Menulis Karangan Bahasa Indonesia Kelas IV SD Negeri Sambirejo 4 Ta

0 0 16

PENERAPAN METODE BELAJAR TUNTAS (MASTERY LEARNING) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENULIS KARANGAN BAHASA Penerapan Metode Balajar Tuntas ( Mastery Learning) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Menulis Karangan Bahasa Indonesia Kelas IV SD Negeri Sambire

0 0 16

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI BELAJAR TUNTAS (MASTERY LEARNING) Peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika melalui belajar tuntas (mastery learning) berbasis tutor sebaya pada pokok bahasan aritmatika so

0 2 17

7.PEMBELAJARAN TUNTAS 18022008

0 0 10

Strategi Penerapan e Learning Tahap Pere

0 0 20

Standar Kompetensi Lulusan dan Model Pen

0 1 19

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI BELAJAR TUNTAS (MASTERY LEARNING) TERHADAP PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 SURANENGGALA - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 17