Argumentasi tersebut sangat sejalan dengan pendapat Winkel yang mengemukakan bahwa bilamana siswa tidak mencapai tingkat keberhasilan yang
dituju, hal ini karena tidak disediakan waktu yang cukup, sesuai dengan kebutuhan siswa atau karena waktu yang disediakan dan sebenarnya cukup itu,
tidak digunakan dengan sungguh-sungguh. Artinya tingkat penguasaan bahan kompetensi dalam pembelajaran sangat tergantung pada jumlah waktu yang
disediakan.
33
Berdasarkan konsep tersebut, dapat dipahami bahwa harapan dari proses pembelajaran dengan pendekatan mastery learning adalah untuk mempertinggi
rata-rata prestasi siswa dalam belajar dengan memberikan kualitas pembelajaran yang lebih sesuai, bantuan, serta perhatian khusus siswa yang lambat belajar slow
learners agar menguasai standar kompetensi atau kompetensi dasar.
34
Hal tersebut mencerminkan adanya variasi penguasaan materi pembelajaran sekaligus
juga mengakui adanya perbedaan kemampuan siswa dalam menguasai kompetensi.
Berdasarkan uraian tersebut dapatlah disimpulkan bahwa prinsip mastery learning adalah: Pertama, ditetapkan batas minimal tingkat kompetensi yang
harus dikuasai oleh siswa. Kedua, menggunakan pendekatan penilaian acuan patokan PAP untuk menilai keberhasilan belajar siswa mencapai standar
ketuntasan minimal KKM. Ketiga, siswa tidak diperbolehkan pindah ke topik atau tugas berikutnya, jika topik atau tugas yang sedang dipelajarinya belum
dikuasai sampai standar minimal. Keempat ,memberikan kemampuan yang utuh, mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap. Kelima, setiap peserta
diberi kesempatan untuk mencapai standar minimal, sesuai dengan irama dan kemampuan belajarnya masing-masing individualized learning. Keenam,
33
W.S Winkel,, Psikologi Pengajaran , …, h. 268.
34
Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP …, h. 327.
disediakan program bimbingan remedial bagi peserta yang lambat slow learner, dan program pengayaan bagi peserta yang lebih cepat fast learner menguasai
kompetensi serta percepatan acceleration bagi anak yang superior dan istimewa.
e. Strategi Pelaksanaan Mastery Learning
Pendekatan mastery learning apabila dilakukan pada kondisi yang tepat, maka semua siswa akan mampu belajar dengan baik dan dapat mencapai hasil yang
maksimal. Agar semua siswa memperoleh hasil yang maksimal, pembelajaran harus dilakukan secara sistematis terstruktur, yakni tercermin dalam strategi
pembelajaran tuntas yang dilaksanakan. Strategi mastery learning menurut Hamalik adalah suatu strategi pembelajaran yang diindividualisasikan dengan
menggunakan pendekatan kelompok group based approach. Pendekatan ini memungkinkan para siswa belajar bersama-sama berdasarkan pembatasan bahan
pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa, sampai tingkat tertentu, penyediaan waktu belajar yang cukup, dan pemberian bantuan kepada siswa yang mengalami
kesulitan belajar.
35
Strategi mastery learning dapat diterapkan secara tuntas sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, terutama dalam level mikro yaitu
mengembangkan individu dalam proses pembelajaran di kelas. Menurut Mulyasa strategi mastery learning dapat dibedakan dari pembelajaran non-mastery
learning terutama dalam hal-hal berikut:
36
1 Pelaksanaan tes secara teratur untuk memperoleh balikan terhadap bahan yang diajarkan sebagai alat untuk mendiagnosa kemajuan diagnostic
progress test.
2 Siswa baru dapat melangkah pada pelajaran berikutnya setelah ia benar-benar menguasai bahan pelajaran sesuai dengan patokan yang ditetapkan.
35
Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA, …, h. 85.
36
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004,., h. 55.
3 Pelayanan bimbingan dan penyuluhan terhadap siswa yang gagal mencapai taraf penguasaan penuh, melalui pengajaran korektif yang menurut Marrison
merupakan pengajaran kembali, pengajaran tutorial, restrukturasi kegiatan belajar dan pengajaran kembali kebiasaan-kebiasaan belajar siswa, sesuai
dengan waktu yang diperlukan masing-masing. Sementara strategi mastery learning yang dikembangkan oleh Bloom
meliputi tiga bagian, yaitu mengidentifikasi prakondisi, mengembangkan prosedur operasional dan hasil belajar. Selanjutnya diimplementasikan dalam pembelajaran
klasikal dengan memberikan “bumbu” untuk menyesuaikan dengan kemampuan individual yang meliputi:
1 Corrective technique, semacam pengajaran remedial yang dilakukan dengan pemberian terhadap tujuan yang gagal dicapai oleh siswa, dengan
prosedur dan metode sebelumnya.
2 Memberikan tambahan waktu kepada siswa yang membutuhkan atau belum menguasai bahan dan kompetensi secara tuntas.
37
f. Pola dan Prosedur Mastery Learning Sebagai upaya menciptakan suatu pembelajaran yang baik dan berhasil,
Bloom mengembangkan suatu pola dan prosedur pembelajaran yang dapat diterapkan pada satuan kelas termasuk mastery learning. Secara operasional,
Bloom dan Winkel mempersiapkan langkah-langkah praktis dalam implementasi mastery learning sebagai berikut:
38
1 Menentukan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa, baik yang bersifat umum maupun khusus sekarang dikenal dengan istilah standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator.
Menurut Sanjaya ada beberapa alasan tujuan pembelajaran perlu dirumuskan
37
Martinis Yamin, Profesionalitas Guru Dan Implementasi KTSP, …, h. 125.
38
Ibid., h.126.
dalam merancang suatu program pembelajaran, yaitu:
39
Pertama, perumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi efektifitas keberhasilan proses pembelajaran. Suatu proses pembelajaran
dikatakan berhasil manakala siswa dapat mencapai tujuan secara optimal. Keberhasilan itu merupakan indikator keberhasilan guru merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran.
Kedua, tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar siswa. Tujuan yang jelas dan tepat dapat membimbing siswa
dalam melaksanakan aktifitas belajar. Berkaitan dengan itu guru juga dapat merencanakan dan mempersiapkan tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk
membantu siswa.
Ketiga, tujuan pembelajaran dapat membantu dalam mendesain sistem pembelajaran. Artinya, dengan tujuan yang jelas dan tepat dapat membantu guru
dalam menentukan materi pembelajaran, strategi, alat, media dan sumber belajar, serta menentukan dan merancang alat evaluasi untuk melihat keberhasilan belajar
siswa.
Keempat, tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai kontrol dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran. Artinya melalui penetapan
tujuan, guru dapat mengontrol seberapa jauh siswa telah menguasai kemampuan-kemampuan sesuai dengan tujuan dan tuntutan kurikulum yang
berlaku. Lebih jauh dengan tujuan dapat ditentukan daya serap siswa dan kualitas suatu sekolahmadrasah.
2 Menjabarkan materi pembelajaran bahan ajar atas sejumlah unit pembelajaran sekarang disebut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP.
Materi pembelajaran dikembangkan sesuai dengan tujuan pembelajaran,
berdasarkan kurikulum yang sedang berlaku KTSP. Agar rencana pembelajaran membantu guru dalam pembelajaran, rincian pokok-pokok materi hendaknya
39
Wina Sanjaya, Kajian Kurikulum dan Pembelajaran, …, h. 99.