kawasan TNGHS dan pengarahan mengenai kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan di kawasan TNGHS. Dalam pengarahan ini, pihak TNGHS menegaskan
bahwa masyarakat bisa mengolah lahan garapan baik untuk sawah, huma, dan kebun asalkan lahan tersebut tidak diperluas, tidak dimiliki, serta tidak
diperbolehkan menebang kayu. Kegiatan pengamanan kawasan melibatkan peran masyarakat kasepuhan dan polisi hutan TNGHS yang dilaksanakan sekitar dua
kali dalam satu minggu. Sedangkan untuk kegiatan pemulihan kawasan, masyarakat dianjurkan untuk menanam tanaman-tanaman kehutanan seperti
puspa, rasamala, kayu hutan, dan kayu alam di lahan garapan masing-masing.
7.2 Beberapa Pandangan
Mengenai Model Kampung Konservasi MKK
Kegiatan MKK
yang dilakukan di Kampung Cimapag sudah berlangsung
selama lima tahun sampai saat ini. Menurut Bapak KR 47 tahun selaku pengelola TNGHS, berdasarkan fakta di lapangan, program MKK yang dilakukan
di Kampung Cimapag bisa dikatakan kurang berhasil. Ketidakberhasilan ini, salah satunya bisa dilihat dari pembentukan kelompok MKK yang pada awalnya
berjumah 10 kelompok, kini hanya 3 kelompok yang masih aktif. Selain itu, menurut pengalaman petugas di lapangan adanya MKK seolah-olah dipandang
menghambat kegiatan-kegiatan adat kasepuhan, sehingga mengurangi aktivitas masyarakat dalam kegiatan kasepuhan.
Pandangan mengenai
MKK juga diungkapkan oleh Abah selaku ketua adat, Abah mengungkapkan bahwa :
“MKK merupakan program TNGHS dan JICA yang bertujuan untuk membantu perekonomian masyarakat melalui alternatif
usaha ekonomi di bidang lain. Namun, pandangan kami menyatakan bahwa program ini hanya dijadikan semacam proyek
yang mana masyarakat diberikan modal untuk kegiatan ekonomi agar masyarakat tidak bergantung pada hutan lagi. Padahal di
hukum adat, lahan-lahan tersebut masih menjadi hak bagi kami untuk mengolahnya. Selain itu, kontrol dari TNGHS yang mungkin
kurang sehingga program ini belum berhasil dilakukan.”
Bapak ZN 39 tahun,merupakan salah satu warga Kampung Cimapag yang pernah tergabung dalam kelompok MKK. Beliau mengungkapkan bahwa:
“kegiatan MKK sudah bagus karena memiliki tujuan menyejahterakan masyarakat dan melindungi hutan. Tidak
dipungkiri, adanya MKK dapat meningkatkan ekonomi masyarakat. Namun, kalau melihat kekurangan MKK disini, terus
terang saya merasa masih ada bantuan dari TNGHS yang tidak sesuai dengan sasaran. Kalaupun ingin meningkatkan ekonomi
masyarakat, harusnya dilihat yang tingkat ekonominya masih rendah. Selain itu, kurang adanya kontrol dari pihak TNGHS
tentang keberlanjutan MKK.”
Pada dasarnya kegiatan MKK merupakan kegiatan yang bertujuan untuk melindungi kawasan konservasi yang diikuti dengan peningkatan ekonomi
masyarakat melalui alternatif usaha ekonomi. Namun, terlihat bahwa adanya ketergantungan dari masyarakat terhadap TNGHS dan JICA mengenai
keberlanjutan program MKK.bHal ini bisa dibuktikan dengan kelompok MKK yang mengalami penurunan menjadi tiga kelompok dikarenakan kurangnya
kontrol dari pihak TNGHS. Selain itu, dalam pelaksanaan MKK ini tidak membahas mengenai hukum adat yang menjadi prinsip hidup masyarakat
kasepuhan dalam keterkaitannya dengan alam. Oleh karena itu, perlu dijadikan pertimbangan bagi pihak TNGHS bahwa upaya kolaboratif yang dibangun, tidak
melupakan unsur penting dari masyarakat kasepuhan, yakni hukum adat.
7.3 Ikhtisar