Pengertian Akses Hak Kepemilikan dan Rezim Kepemilikan

budaya, sosial dan wilayah sendiri. Pengertian ini juga serupa dengan apa yang dikemukakan oleh Durning dalam Mitchell yang dikutip oleh Ansaka 2006 yang menyebutkan lima definisi masyarakat adat, antara lain 1 merupakan penduduk asli suatu daerah yang kemudian dihuni oleh sekelompok masyarakat dari luar yang lebih kuat, 2 sekelompok orang yang memiliki bahasa, tradisi, budaya, dan agama yang berbeda dengan kelompok yang lebih dominan, 3 selalu diasosiasikan dengan beberapa tipe kondisi ekonomi masyarakat, 4 merupakan masyarakat pemburu, nomadik, peladang berpindah, dan 5 masyarakat dengan hubungan sosial yang menekankan pada kelompok, pengambil keputusan melalui kesepakatan, serta pengelolaan sumberdaya secara kelompok. Masyarakat adat kasepuhan juga termasuk masyarakat tradisional, seperti yang dikemukakan oleh Suhandi dalam Ningrat 2004 yang mencirikan masyarakat tradisional sebagai berikut: 1. Hubungan atau ikatan masyarakat desa dengan tanah sangat erat 2. Sikap hidup dan tingkah laku yang magis religious 3. Adanya kehidupan gotong-royong 4. Memegang tradisi dengan kuat 5. Menghormati para sesepuh 6. Kepercayaan pada pimpinan lokal dan tradisional 7. Organisasi kemasyarakatan yang relatif statis 8. Tingginya nilai sosial Menurut pengertian di atas, masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi yang mengidentifikasikan diri mereka menjadi masyarakat adat memang termasuk dalam kriteria yang sudah dijelaskan. Seperti yang dipaparkan oleh salah satu tokoh adat kasepuhan yang mendefinisikan masyarakat kasepuhan sebagai suatu kelompok masyarakat yang mempunyai asal-usul sejarah yang jelas, berdiam di suatu wilayah geografis tertentu, mempunyai sistem, budaya, politik, sosial, ekonomi, hukum adat, tata nilai, kelembagaan, warga adat, perangkat adat, dan peradilan adat.

2.1.2 Pengertian Akses

Pengertian akses dalam penelitian ini merujuk pada teori akses dari Peluso 2003 yang mendefinisikan akses sebagai kemampuan untuk memperoleh manfaat dari sesuatu. Dalam akses yang lebih diutamakan adalah kemampuan, dibandingkan kepemilikan yang ada di teori property. Akses dalam pengertiannya lebih pada bundle of power, yang mengandung arti bahwa memberikan perhatian pada wilayah yang lebih luas pada hubungan sosial yang mendesak dan memungkinkan orang untuk mendapatkan keuntungan dari sumberdaya tanpa menfokuskan diri pada hubungan kepemilikan semata. Akses lebih melihat pada masalah-masalah mengenai siapa yang memanfaatkan dan siapa yang tidak memanfaatkan sesuatu, dengan menggunakan cara apa, dan kapan dalam keadaan seperti apa. Kemampuan yang dimiliki dalam akses lebih mirip dengan kekuasaan. Kekuasaan menyatu dengan hubungan dan bisa timbul dari aliran melalui hal yang dikehendaki dan tidak dihendaki sebagai efek dari hubungan sosial. Peluso 2003 melihat akses, seperti halnya kepemilikan, selalu berubah, tergantung pada posisi individu dan kelompok serta kekuasaan dengan variasi hubungan sosial. Berfokus pada sumberdaya alam sebagai suatu hal yang dimanfaatkan seseorang untuk memperoleh keuntungan, konsep akses menggambarkan mengenai kekuasaan yang diwujudkan dan dilakukan melalui berbagai macam mekanisme, proses, dan hubungan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam memperoleh keuntungan dari sumberdaya alam. Kekuasaan ini merupakan material, budaya, politik, ekonomi, yang merupakan alur dalam ikatan dan jaringan kekuasaan yang menyusun akses terhadap sumberdaya alam. Analisis akses digunakan untuk mengidentifikasi kumpulan makna, hubungan, dan proses yang memungkinkan berbagai pihak untuk mendapatkan manfaat dari sumberdaya. Konsep akses yang dihasilkan untuk menganalisis siapa yang sesungguhnya memperoleh keuntungan dari sesuatu dan melalui proses-proses apa yang dapat dilakukan.

2.1.3 Hak Kepemilikan dan Rezim Kepemilikan

Konsep kepemilikan ini meliputi berbagai jenis kumpulan hak, yang dapat berasal dari negara, adat, hukum agama, atau kerangka kerja normatif lainnya. Kepemilikan sering dianggap sebagai sesuatu yang memiliki kendali penuh dan hak atas sumberdaya. Berdasarkan definisinya, kepemilikan merupakan hak untuk memperoleh keuntungan dari sesuatu. Macpherson 1978 dalam Peluso 2003 menyatakan bahwa karakteristik kepemilikan sebagai suatu hak yang berarti suatu klaim dilaksanakan untuk menggunakan beberapa atau manfaat dari sesuatu. Sebuah klaim dilaksanakan apabila diakui dan didukung oleh masyarakat melalui hukum, adat, atau konvensi. Hak kepemilikan menentukan berbagai jenis klaim seseorang terhadap sumberdaya dengan menentukan apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan dan manfaat apa yang berhak diperoleh. Hak kepemilikan secara signifikan untuk mengatasi kepentingan dan kebutuhan yang didasarkan pada adanya hak institusi dan mencerminkan nilai-nilai lokal dan norma-norma. Bromley 1991 dalam Peluso 2003 menyebutkan bahwa hak milik dapat didefinisikan sebagai kapasitas untuk membangkitkan atau membangun suatu kebersamaan dimana dibalik hal tersebut terdapat klaim seseorang terhadap suatu manfaat. Jadi, hak milik melibatkan hubungan antara pemegang hak, orang lain, dan lembaga untuk mendukung klaim tersebut. Hak kepemilikan atas tanah dan sumberdaya alam lainnya seringkali secara luas diklasifikasikan sebagai publik dimiliki oleh negara, umum dimiliki oleh komunitas atau kelompok pengguna, dan swasta dimiliki oleh perseorangan atau seperti perusahaan. Menurut Schlager dan Ostrom dalam Meinzen-Dick dan Knox 2001 membagi tipe hak kepemilikan meliputi : a. Hak Menggunakan Hak menggunakan meliputi, hak akses access, yaitu untuk masuk ke domain sumberdaya, misalnya hak untuk melewati sebidang tanah, pergi ke suatu hutan atau kanal dan hak pemanfaatan withdrawal yaitu untuk menghilangkan sesuatu, misalnya untuk mengambil air, beberapa kayu bakar, pakan ternak, atau ikan. b. Hak Kontrol Hak kontrol meliputi, hak pengelolaan management, yaitu untuk memodifikasi atau mengubah sumberdaya, misalnya dengan menanam pohon atau semak, memperbesar sebuah kanal, atau membatasi apa yang bisa dipanen. Serta hak eksklusif exclusion, yaitu untuk menentukan siapa lagi yang dapat menggunakan sumberdaya, dan hak pengalihan alienation yaitu untuk mengalihkan hak kepada orang lain, baik oleh warisan, penjualan, atau hadiah. Rezim pemilikan sendiri khususnya dalam pengelolaan sumberdaya alam menurut Feeny et al, 1990; Lynch dan Harwell 2002 4 dikelompokkan sebagai berikut : 1. Akses terbuka open access Tidak ada hak kepemilikan terhadap sumberdaya. Sumberdaya bebas dan terbuka diakses oleh siapapun. Tidak ada regulasi yang mengatur. Hak-hak kepemilikan property right tidak didefinisikan dengan jelas. 2. Milik privat private property Sumberdaya dimiliki oleh organisasi swasta. Sumberdaya ini bukan milik negara. Ada aturan yang mengatur hak-hak pemilik dalam memanfaatkan sumberdaya alam. Manfaat dan biaya ditanggung sendiri oleh pemilik. Hak pemilikan dapat dipindah tangankan. 3. Milik umum atau masyarakat common property Sumberdaya dikuasai oleh sekelompok masyarakat dimana para anggota punya kepentingan untuk kelestarian pemanfaatan. Pihak luar bukan anggota tidak boleh memanfaatkan. Hak kepemilikan tidak bersifat eksklusif, dapat dipindah tangankan sepanjang sesuai aturan yang disepakati bersama. Aturan pemanfaatan mengikuti anggota kelompok. 4. Milik negara state property Hak pemanfaatan sumberdaya alam secara eksklusif dimiliki oleh pemerintah. Pemerintah memutuskan tentang akses, tingkat dan sifat eksploitasi sumberdaya alam. 4 Dikutip dari bahan kuliah “Pengelolaan Kolaboratif Sumberdaya Alam” pada Bab Teori Sumberdaya Bersama oleh Soeryo Adiwibowo tahun 2010. Gambar 1. Spektrum Rezim Kepemilikan Harwell, E.E dan Lynch, OJ. 2002

2.1.4 Konsep Strategi Nafkah